Konten dari Pengguna

Melihat Dieng Plateau Sebenarnya dari Puncak Prau

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
11 Mei 2020 0:08 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Puncak seribu bukit denga padang rumputnya, Gunung Prau, Dieng, salah satu yang terbaik di Jawa. Foto: Harley Sastha
zoom-in-whitePerbesar
Puncak seribu bukit denga padang rumputnya, Gunung Prau, Dieng, salah satu yang terbaik di Jawa. Foto: Harley Sastha
ADVERTISEMENT
Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateau). Nama yang sudah tidak asing lagi di kalangan para pelancong lokal maupun asing. Tanah tempat bersemayamnya para dewa. Itulah salah satu julukan yang ditujukan untuk dataran berketinggian sekitar 2.100 meter. Dataran tinggi kedua di dunia yang dihuni sekelompok masyarakat setelah Nepal.
ADVERTISEMENT
Berbagai tempat wisata alam, budaya, sejarah dan kuliner sudah sejak lama menjadi tempat kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara. Gunung Prau, adalah salah satu yang layak untuk kamu sambangi. Pemandangan dan magisnya matahari terbit dan terbenam dari puncaknya akan menyihir kamu.
Untuk mencapai puncak Gunung Prau, ada beberapa jalur pendakian yang dapat kamu lalui. Namun, Patak Banteng dan Dieng Kulon, menjadi dua jalur tercepat yang dapat menjadi pilihan kamu mendakinya. Karena, hanya membutuhkan waktu sekitar 2-3jam.
Walaupun medan pendakiannya dapat dikatakan relative ramah. Uniknya, sebagai salah satu landmark komplek gunung api Dieng, Prau baru marak dijelajahi setelah 2013, hingga berikutnya kini menjadi gunung favorit. Ribuan bunga yang bermekaran menghiasai bentangan karpet hijau pada musim semi, menjadi salah satu daya pikatnya.
ADVERTISEMENT
Dieng Kulon
Sekelompok pendaki sedang berjalan di punggungan menuju puncak seribu bukit dari puncak menara. Foto: Harley Sastha
pada April 2013 lalu, Saya dan beberapa kawan, memilih jalur Dieng Kulon untuk mendakinya. Home stay dan Restoran Bu Jono di sisi terminal Dieng, merupakan titik awal jalur ini. Kemudian berjalan melalui anak tangga di sisi rumah penduduk. Menyusuri jalan beraspal, memasuki ladang kentang dan sayur.
Lalu, memasuki batas ladang. Jika, cuaca cerah, sepanjang perjalanan kamu dapat melihat Gunung Prau di depan kanan dengan bentuknya yang khas – seperti perahu terbalik memanjang.
Kemudian, melewati punggungan dengan hutan yang tidak terlalu lebat, hingga tiba di puncak Menara – puncak berketinggian sekitar 2.575 meter dengan bangunan dan beberapa menara repeater radio komunikasi.
Kemudian menyusuri punggungan menuju dengan lembah di kiri dan kanan. Jika cuaca cerah, panorama sepanjang punggungan sungguh sangat menakjubkan. Jauh di bawah lembah kanan, kawasan Dieng terlihat begitu kecil. Sedang di sisi kiri lembahan hijau yang terkadang berbalut kabut.
ADVERTISEMENT
Tidak membutuhkan waktu lama, setelah melalui tanjakan dengan beberapa batuan, akan tiba di puncak tertinggi Gunung Prau di ketinggian 2.612 meter.
Puncak seribu bukit dengan latar belakang Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Foto: Harley Sastha
Dari puncak terlihatlah kecantikan Bukit Teletubbies atau Puncak Seribu Bukit yang menjadi ciri khas dari Puncak Gunung Prau. Panorama Gunung Sundoro dan Gunung Sumbing yang menjadi latar belakang, semakin menambah pesonanya. Menjelang malam, warna kemerahan matahari terbenam dapat kamu lihat dari sini.
Melihat Dieng di malam hari dari titik tertingginya adalah pengalaman yang tidak akan kamu lupakan. Kerlap-kerlip cahaya lampu dan Kawah Sikidang begitu memesona. Sedangkan di sisi dari Gunung Prahu tidak kalah indahnya. Terlihat kerlap-kerlip lampu Kota Kendal dan Semarang serta laut utara dengan kapal yang berhilir mudik, bagaikan ribuan kunang-kunang.
ADVERTISEMENT
Perjalanan menyusuri Bukit Teletubbies menuju Puncak Patak Banteng adalah perjalanan yang akan menggugah romantisme kamu. Terlebih, pada pagi hari, saat musim berbunga. Bukit nampak hijau dengan aneka bunga berwarna-warni. Sepanjang perjalanan, niscaya kamu terhipnotis.
Sekelompok pendaki berjalan di antara bunga yang sedang berbunga di puncak seribu bukit. Foto: Harley Sastha
Ketika melaluinya, kamu seperti berjalan di taman bunga dan sabana raksasa. Berada di antara bukit-bukit yang ditumbuhi sabana dan aneka warna bunga Aster dan Daisy.
Jika sedang musim, bunga Aster dan Daisy nyaris memenuhi seluruh bukit. Seekor Sigung yang tertidur di atas rerumputan, sempat menarik perhatian Saya, ketika melintasinya. Hewan tersebut nampak tertidur pulas, seolah tidak terusik.
Tugu Batas Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Kendal, menjadi pertanda Puncak Patak Banteng. Jika cuaca cerah, kamu dapat melihat panorama gunung-gunung di sekitarnya. Sungguh panorama yang sangat indah. Disini kamu dapat mendirikan tenda untuk bermalam.
Kawasan Dieng terlihat dari puncak seribu bukit. Foto: Harley Sastha
Sosok Gunung Sindoro nampak terlihat besar seperti melindungi saudaranya Gunung Sumbing yang menyembul disisinya. Disisi lain Gunung Ungaran, Telomoyo, Lawu, Merbabu dan Merapi dengan asap putih sulfataranya yang membumbung. Gunung Slamet dan Gunung Ciremai hanya terlihat kecil puncaknya dikejauhan.
ADVERTISEMENT
Panorama bukit dan lembahan di sekitar puncak Patak Banteng semakin mempercantik panorama pagi. Saat matahari terbit, kamu akan semakin terbuai dibuatnya.
Berikutnya, turun menuju jalur Desa Patak Banteng, dapat menjadi pilihan kamu. Walau jalur ini relative lebih curam, namun pemandangan yang disajikan tidak kalah indahnya.
Telaga warna, Kawah Sikidang, ladang, dan di kawasan Dieng Plateau menjadi teman sepanjang perjalanan turun. Setelah melalui hutan pinus, ladang penduduk, kamu tiba di basecamp pendakian Desa Patak Banteng.
Patak Banteng
Gunung-gunung di Jawa Tengah terlihat dari sekitar Puncak Patak Banteng, diantaranya: Gunung Sindoro, Sumbing, dan Kembang. Foto: Harley Sastha
Kamu haru melakukan pendaftaran dan registrasi di basecamp pendakian Patak Banteng, sebelum mendaki.
Setelah melewati jalan desa dan sungai, kamu akan mendaki melalui ladang. Jalur cukup curam hingga kamu tiba di ujung ladang atau batas ladang.
ADVERTISEMENT
Kemudian jalur terus naik mendaki melalui satu punggungan. Disisi kiri, Anda dapat melihat lembah yang dipenuhi ladang penduduk. Gunung Prau dengan bentuknya yang khas terlihat disisi kiri depan.
Selepas Pos 3 atau hutan pinus. menjadi tantang yang paling berat di sepanjang jalur pendakian. Cukup terjal. Tidak cukup kaki, bahkan kedua tangan harus kamu gunakan untuk memudahkan pendakian. Hingga akhirnya kamu tiba di Puncak Patak Banteng.
Telaga wana dan pengilon terlihat dari sekitar Puncak Banteng. Foto: Harley Sastha
Bulan-bulan terbaik, jika kamu ingin mendaki Gunung Prau, mulai Juni hingga September. Pada waktu-waktu tersebut, lautan awan akan seringkali menutup dataran di bawah puncak, sehingga kamu akan benar-benar merasakan seperti berada di atas awan, negeri kayangan.
Jangan lupa, satu yang harus kamu selalu ingat, menjadi pendaki cerdas dan bertanggungjawab. Mematuhi dan mengikuti aturan pengelola pendakian serta selalu menjaga adab dan kelestarian alam.
ADVERTISEMENT