Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
'Membelah' Oase Hijau di Taman Wisata Muka Kuning, Kota Batam
7 Agustus 2019 8:37 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di tengah sibuknya industrial estate Kota Batam, ternyata wilayah yang bertetangga langsung dengan Singapura ini mempunyai oase hijau di jantung kotanya. Taman Wisata Alam (TWA) Muka Kuning, demikian namanya, yang sering dibicarakan di media online dan media sosial selama beberapa bulan belakangan ini, sehingga membuat banyak traveler atau para pejalan penasaran.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, nama TWA Muka Kuning kurang dikenal para traveler. Seperti halnya saya yang baru pertama kali mengetahuinya karena menghadiri kegiatan peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2019 pada 5-8 Agustus. Kebetulan, lokasi kegiatannya di kawasan tersebut.
Sejak pertama kali tiba di tempat area bumi perkemahan TWA Muka Kuning, saya langsung penasaran dengan Waduk Muka Kuning yang berlatar belakang hutan hijau di belakangnya. Rasa penasaran itu semakin menggelitik jiwa saya untuk mengetahui lebih jauh. Sepertinya asyik dan seru masuk ke hutan tersebut, jungle tracking 'membelah' oase hijau jantung Kota Batam itu.
Pada Selasa (6/8), di tengah cuaca Kota Batam yang terik dan panas, saya berkesempatan mengikuti field trip Tour D’ Muka Kuning (Jungle Track) 'membelah' hutan taman wisata alam tersebut. Kampung Trembesi, yang masuk wilayah penyangga dan berbatasan langsung dengan TWA Muka Kuning, menjadi titik awal perjalanan. Setelah melewati rumah-rumah dan ladang-ladang penduduk, baru kemudian kami sampai di kawasan hutan.
ADVERTISEMENT
Dari papan informasi yang saya baca di sekitar camping ground dan dari situs resmi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, diketahui bahwa kawasan konservasi seluas 2.065,65 hektare ini memiliki sejumlah potensi. Baik itu wisata alamnya, maupun flora dan faunanya.
Ada bermacam-macam flora, di antaranya ada kantong semar, bintagur, tempoyam, nibung, kempsa, pasak bumi, balam, meranti, riang-riang, manggis-manggisan, dan pelawan. Faunanya juga tak kalah beragam, seperti ada kera ekor panjang, babi hutan, kancil, napu, kijang, lutung, beruk, bajing, biawak, tiung, gagak, tekukut, raja udang, dan elang laut. Inventarisasi potensi alam lainnya masih terus dilakukan oleh pihak BBKSDA Riau.
Nuansa khas hutan hujan sangat jelas terlihat. Medan jalur tracking-nya tidak berat. Beberapa tanjakan yang saya lalui masih cenderung landai. Tidak ada yang ekstrem. Kemiringannya tidak lebih dari 15 derajat.
ADVERTISEMENT
Dari Kampung Trembesi, kami tracking memasuki hutan TWA Muka Kuning menuju camping ground yang berada di sekitar Waduk Muka Kuning. Menikmati panorama hutan disepanjang jalur tracking di jantung Kota Batam memiliki sensasi tersendiri. Walaupun tidak sempat bertemu dengan jenis satwa yang ada hidup disini, namun tetap tidak mengurangi keseruannya.
Setelah berjalan sekitar 90 menit 'membelah' hutan, akhirnya saya pun tiba di salah satu objek wisata alam yang ada di dalamnya. Telaga Bidadari, begitu nama tempat tersebut dikenal. Saya sendiri belum mendapat informasi, kenapa tempat tersebut diberi nama seperti itu. Asumsi saya, mungkin karena tempatnya yang berada di tengah hutan TWA Muka Kuning yang sunyi.
Berada di antara bebatuan dengan aneka bentuk, membuat telaga tersebut terlihat unik dan menarik. Kolam telaga memang mengundang siapa pun yang tiba di tempat ini untuk merasakan kesegaran airnya. Namun, karena tidak membawa pakaian ganti, saya pun melewati kesempatan tersebut.
ADVERTISEMENT
Kemarau yang berkepanjangan, membuat debit air telaga bidadari terlihat berkurang. Begitulah kata sekelompok pemuda yang saya temui sedang berada di sana. Mereka mengatakan, kalau musim penghujan, airnya lebih banyak dan sangat jernih. Namun menurut saya, di musim kemarau seperti saat ini pun telaga bidadari tetap terlihat pesona kecantikannya.
Meninggalkan kawasan telaga bidadari, saya kembali ke jalur tracking untuk menyusuri hutan. Melalui beberapa jembatan kayu. Sekitar setengah jam mendekati area camping ground, jalur tracking yang saya lalui melintasi pinggiran Waduk Muka Kuning.
Sepanjang jalur ini menyajikan panorama tersendiri. Sesekali, saya sengaja berjalan ke sisi waduk untuk melihat lebih dekat. Terlihat cantik dan menyegarkan. Di tengah-tengah waduk terlihat ada daratan kecil seperti pulau.
ADVERTISEMENT
Embusan angin waduk memberikan kesejukan setelah berjalan menyusuri hutan. Serasa ingin berlama-lama rasanya. Suasanya tenang dan sunyi. Rumpun kantong semar yang tumbuh di pinggir waduk menarik perhatian saya saat itu. Salah satu jenis kantong semar yang hidup di dalam kawasan TWA Muka Kuning.
Beberapa saat setelah meninggalkan Waduk Muka Kuning, saya pun tiba kembali di areal camping ground, lokasi yang bersih dengan pemandangan langsung Waduk Muka Kuning. Tidak hanya berkemah, di sini kalian juga bisa hammock-kan. Asyiknya pengelola, dalam hal ini BBKSDA Riau, telah membangun fasilitas berupa toilet yang keren, lho. Seperti bangunan glam camp yang sedang hit beberapa tahun belakangan ini.
Namun jangan salah, itu toilet bersih dan nyaman. Ada juga musala. Selain itu, ada fasilitas edukasi juga yang dibangun: Rumah Edukasi buat kamu yang ingin membaca buku-buku dan berdiskusi tentang konservasi alam serta berkegiatan di dalamnya sambil menikmati kopi nusantara. Di dalam Rumah Edukasi tersebut juga terpampang peta kawasan konservasi di Indonesia.
Tidak jauh dari tempat tersebut, ada juga rumah kantong semar. Di sini, kalian dapat melihat langsung jenis-jenis kantong semar yang menjadi penghuni TWA Muka Kuning. Lengkap dengan informasi mengenai apa itu kantong semar serta bagaimana cara tumbuhnya dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Untuk kalian yang ingin menuju TWA Muka Kuning gampang, kok. Lokasinya sangat strategis, karena akses jalan raya mengelilinginya. Jarak Batam Centre ke lokasi hanya sekitar 3-5 kilometer.
Untuk mencapainya, kamu dapat naik pesawat udara dari Jakarta ke Batam sekitar 1,5 jam. Lalu dari Bandara International Batu Besar-Hang Nadim, Batam, ke lokasi kawasan TWA Muka Kuning, kalian dapat naik transportasi darat (taksi, kendaraan online, bus umum dan lainnya).
Alternatif lainnya dari Jakarta ke Batam, kalian dapat naik kapal laut dengan waktu tempuh sekitar 24 jam atau Jet Voil sekitar 17 jam. Lalu dari Pelabuhan Sekupang, Batam, ke TWA Muka Kuning menggunakan transportasi darat sekitar 20 menit.
Gimana, keren kan? Siap mengunjungi TWA Muka Kuning dan merasakan oase hijau jantung Kota Batam tersebut?