Mengenal 4 Taman Nasional Termuda di Indonesia

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
Konten dari Pengguna
9 Juli 2021 19:24 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Salah satu sudut landskap TN Zamrud. Foto: Balai Besar KSDA Riau.
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu sudut landskap TN Zamrud. Foto: Balai Besar KSDA Riau.
ADVERTISEMENT
Tahukah kamu, sejak berdirinya 5 taman nasional pertama di Indonesia: Taman Nasional (TN) Gunung Leuser , TN Baluran, TN Komodo, TN Gunung Gede Pangrango dan TN Ujung Kulon, pada 6 Maret 1980, hingga tahun 2021, Indonesia telah mengoleksi sebanyak 54 taman nasional.
ADVERTISEMENT
Mereka menjadi cerminan fragmen atau cuplikan alam yang pernah menutupi bumi nusantara, dengan segala keunikan dan kekhasannya masing-masing. Melindungi keanekaragaman ekosistem dan mewakili sifat yang paling berharga negeri ini. Berabad-abad lamanya telah hidup harmonis dan berkembang antara alam, manusia dan budaya di dalamnya. Karena taman nasional juga menjaga dan melestarikan sejarah dan budaya.
Nah, dari sejumlah taman nasional tersebut, setidaknya, hingga tahun 2021, ada empat taman nasional yang lahir lima tahun belakangan ini, tepatnya, pada medio 2015-2016. Mereka melengkapi 50 taman nasional yang sudah lahir lebih dulu. Keempat taman nasional tersebut:
1. TN Tambora
Seorang pendaki berdiri di sekitar puncak tertinggi kaldera raksasa Tambora. Foto: Harley Sastha
Berdiri anggun di Semanjung Sanggar, Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat, 206 tahun yang lalu, 10-12 April 1815, Tambora yang agung, pernah mengguncang dunia dengan letusan akbarnya yang dahsyat dengan kekuatan mencapai 7 skala VEI.
ADVERTISEMENT
Letusannya ikut memengaruhi kehidupan sosial dan peradaban dunia, sesaat hingga 3-5 tahun setelahnya. Tetapi itu dulu, cerita masa lalunya. Karena, pada peringatan dua abad letusan besarnya, gunung api yang dijuluki dunia internasional dengan sebutan The greatest caldera in Indonesia, ditetapkan sebagai taman nasional ke-51. Hal tersebut tertuang dalam Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) dengan SK No. 111/MenLHK-II/2015 tanggal 7 April 2015, dengan luas 71.645,64 Ha.
Padang sabana jalur pendakia Piong (Zollinger Route) TN Tambora. Foto: Balai TN Tambora
Dari puncak tertingginya, bentang dan lanskap alam Tambora menyajikan cekungan kaldera raksasa yang menakjubkan dengan diameter lebih dari 7 km dan kedalaman lebih dari 1,2 km – kaldera gunung api terdalam di dunia.
Para ahli pun, hingga kini, terus mengais jejak-jejak sejarah, arkeologi, geologi dan ekologi Tambora. Bahkan beberapa satwa spesies baru pun masih ditemukan dalam kawasan taman nasional yang merupakan gabungan dari cagar alam, taman buru dan suaka margasatwa.
ADVERTISEMENT
2. TN Zamrud
Sebagian pesona landskap TN Zamrud. Foto: Balai Besar KSDA Riau.
Ditetapkan pada tanggal 4 Mei 2016, TN Zamrud, menambah koleksi taman nasional yang dimiliki provinsi Riau – sudah ada TN Bukit Tigapuluh dan TN Tesso Nilo. Kawasan konservasi yang masuk Kabupaten Siak tersebut, sebelumnya menyandang status sebagai Suaka Margasatwa (SM) Danau Pulau Besar dan Danau Bawah dan hutan produksi tetap Tasik Besar Serkap.
Berdasarkan keputusan Menteri LHK dengan SK No. 350/MenLHK/Setjen/PLA.2/5/2016 tanggal 4 Mei 2016, luas TN Zamrud mencapai 31.480 Ha. Menjadi taman nasional ke-52 di Indonesia.
Salah satu sudut yang akan kamu lalui saat menjelajahi TN Zamrud. Foto: Balai Besar KSDA Riau.
Kawasan taman nasional di Bumi Lancang Kuning, Riau, didominasi oleh ekosistem hutan rawa gambut yang kaya akan keanekaragaman hayati. Merupakan rumah atau habitat dari burung Serindit Melayu (Lariculus galgulus) dan 12 spesies burung lainnya, yang dilindungi. Hidup juga di sini ikan Arwana dan Balido. Termasuk menjadi tempat jelajah lintasan Harimau Sumatera (Pantheratigris sumatratensis) dan Beruang Merah (Helarcos malayanus) serta satwa lainnya.
ADVERTISEMENT
Dua danau yang letaknya berdampingan, membuat lanskap kawasan konservasi ini terlihat cantik bak zamrud. Danau Pulau Besar (2.416 Ha) – namanya diambil dari empat pulau yang ada di danau: Pulau Beruk, Pulau Tengah, Pulau Bungsu dan Pulau Beruk. Nah, uniknya, keempat pulau ini bisa berpindah-pindah loh. Karena, pulau-pulau ini terbentuk dari endapan lumpur dan tumbuh-tumbuhan. Sedangkan, satunya lagi Danau Bawa yang memiliki luas 360 Ha.
Sesungguhnya, ditetapkannya kawasan yang masih dalam pengelolaan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau sebagai taman nasional, merupakan upaya untuk melindungi ekosistem rawa gambut yang mempunyai peranan penting dalam ekosistem dan kehidupan manusia.
3. TN Gandang Dewata
Taman Nasional Gandang Dewata. Foto: Tri Nugroho. POLHUT BBKSDA Sulsel / https://www.instagram.com/bbksda_sulsel/
Menjulang tingggi berdiri setinggi 3.037 meter di atas permukaan laut, dalam barisan jajaran pegunungan Quarles serta gugusan gunung batu dengan kerimbungan hutan tropisnya, Gunung Gandang Dewata diambil menjadi nama taman nasional ke-53 yang di tetapkan Kementerian LHK.
ADVERTISEMENT
Mengungkungi tiga kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat: Mamasa, Mamuju dan Mamuju Tengah, TN Gandang Dewata, berdasarkan SK Menteri LHK No. 773/MenLHK/Setjen?PLA.2/10/2016 tanggal 3 Oktober 2016 mengantongi luas hingga mencapai 180.078 Ha.
Berada dalam garis wallacea, menjadikan menjadikan kawasan konservasi ini bernilai sangat tinggi dengan keberagaman, keaslian dan keunikan alam berserta flora dan faunanya. Juga kehidupan dan budaya sosial masyarakat sekitarnya – salah satu dasar utama dibentuknya TN Gandang Dewata. Menurut catatan LIPI pada 2013, Gandang Dewata merupakan rumah atau habitat sejumlah spesies burung endemik, bahkan ditemukan juga sejumlah spesies baru lainnya. Juga, tentu saja berbagai satwa endemik lainnya.
Landskap TN Gandang Dewata dengan gugusan puncak-puncaknya dan kerimbunan hutannya. Foto: Balai Besar KSDA Sulsel.
Kekayaan sosial budaya: sejarah dan nilai-nilai lokal sudah sejak lama menjadi tradisi masyarakat sekitar kawasan yang tumbuh dan berkembang secara harmonis. Sehingga alamnya dapat terus terjaga keberlanjutannya hingga kini.
ADVERTISEMENT
Salah satu keunikan lain dari TN Gandang Dewata adalah memilki tujuh puncak gunung dan merupakan hulu dari tujuh sungai yang mengalir dan menjadi urat kehidupan wilayah Sulawesi Barat.
Nah, ada mitos yang hingga saat ini masih dipercaya oleh sebagian masyarakat sekitarnya. Dikisahkan, jika ada seseorang yang masuk ke dalam hutan di kawasan Gandang Dewata, mempunyai maksud dan tujuan jelek, seperti mengambil hasil hutan, misalnya. Maka, akan terdengar suara gendang bertalu-talu dari arah puncak gunung, yang menandakan orang tersebut telah meninggal dunia.
Kawasan yang masih dalam pengelolaan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Selatan, merupakan rumah penting bari flora dan fauna endemik Sulawesi yang harus terus dapat terjaga kelestarian dan keberlanjutannya.
ADVERTISEMENT
4. TN Gunung Maras
Menjulang setinggi 699 mdpl, menjadi Gunung Maras sebagai titik tertinggi Pulau Bangka, Propinsi Kepulauan Bangka Belinung. Foto: Taufankharis/Balai Besar KSDA Sumatera Selatan.
Tingginya masih berada di bawah 1.000 meter di atas permukaan laut (mpdl). Namun, Gunung Maras yang berketinggian 699 mdpl, merupakan titik tertinggi dari Pulau Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Perlu waktu sekitar 4 jam mendaki untuk menggapainya.
Masuk Kecamatan Riau Silip dan Kecamatan Kalapa, Kabupaten Bangka dan Bangka Barat, Gunung Maras, menjadi taman nasional ke-54 di Indonesia. Berdasarkan keputusan Kementerian LHK dengan SK No. 576/MenLHK/Setjen/PLA.2/7/2016 tanggal 27 Juli 2017, TN Gunung Maras mengantongi luas 16.806,91 Ha.
Kawasan TN Gunung Maras, mempunyai tipologi ekosistem yang unik dan bervariasi: ekosistem hutan mangrove, pegunungan dan dataran rendah. Semuanya menjadi satu kesatuan bentang alam yang memesona.
Terlihat dikejauhan kawasan TN Gunung Maras yang kontras dengan lansdkap wilayah sekitarnya.. Foto: Balai Besar KSDA Sumatera Selatan.
Lanskap Gunung Maras, juga merupakan bagian dari tempat hidup Suku Maras – salah satu suku tertua di Pulau Bangka. Mereka telah mendiami dan menetap di desa-desa yang terbentang antara Teluk Kelabat hingga Gunung Maras. Beratus-ratus tahun lamanya mereka menjaga dan melindungi Gunung Maras. Hidup selaras harmonis dengan alam. Karena, bagi mereka, rusaknya Gunung Maras, akan membawa bencana bagi bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sebagai kawasan konservasi, Gunung Maras adalah rumah bagi 53 spesies pohon. Salah satunya pohon endemik Pulau Bangka: Jenis Pelawan (Pelawan air – Tristaniawhiteana Griff; Pelawan sungon – T. Obovata; Pelawan merah – T. aingayi).
ADVERTISEMENT
Disini juga hidup dan berkembang beragam jenis satwa, seperti diantaranya: Monyet ekor panjang (Macaca fascicularsi), Trenggiling (Manis javanica), Kancil (Tragulus javanicus), Musang (Paradoxurus hermaphroditus), Ayam hutan (Gallus varisu), Biawak (Varanus sp), Lutung (Tracypitherus auratus) dan berbagai jenis ular serta berbagai jenis burung.
Selain ke puncak tertingginya, kamu juga dapat trekking melalui hutan, melalui sungai, menuju beberapa air terjun – dua di antara yang populer, air terjun Dalil dan air terjun Tujuh Tingkat – dan naik ke Bukit Idat.
ADVERTISEMENT
Jadi, bicara Kepulauan Bangka Belitung, bukan hanya tentang keindahan dan kecantikan pantainya saja. Karena, di sana juga ada beberapa bukit atau gunung yang menjadi koleksinya. Salah satunya Gunung Maras. Kawasan taman nasional yang masih berada dalam pengelolaan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Sumatera Selatan.
Nah, dari keempat taman nasional termudah tersebut, taman nasional mana yang sudah kamu kunjungi? Kalau, kamu berniat mengunjungi salah satu atau semuanya, jangan lupa untuk selalu mengikuti aturan yang sudah ditetapkan oleh pengelola dan pastikan telah mengantongi izin serta mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik.