Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Menikmati Kopi Asli Papua di Torangpu Kopi, Bogor
19 Desember 2019 14:51 WIB
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Salah satu yang membuat saya tertarik menginjakkan kaki di kedai kopi yang berlokasi di bilangan Semplak, Bogor Barat, dekat dengan komplek TNI AU Atang Sanjaya, adalah namanya ‘Torangpu Kopi’. Nama yang sangat kental Papua.
ADVERTISEMENT
Sebelum sampai ke rumah, saya sempatkan untuk mendatanginya, minum salah satu kopi disana sambil menyelesaikan tulisan yang memang belum selesai. Menikmati suasana malam kota hujan Bogor, memang pas sambil minum kopi.
Beberapa ornamen Papua tampak menarik perhatian saya. Walaupun sebenarnya, hanya ada di sekitar bagian barnya saja. Menurut Eko Iriandoko, owner Torangpu Kopi, mengatakan kedai kopinya itu memang sengaja didesain dengan bernuansa daerah Papua. Ini dikarenakan rasa cinta pria kelahiran Biak itu akan Papua, tempatnya dilahirkan dan dibesarkan. Untuk melestarikan budaya Papua yang tidak banyak ditemui pada sudut-sudut kota di Jawa Barat, termasuk Bogor.
Sambil menikmati kopi Moanemani, kopi asli tanah Papua – salah satu andalah Torangpu Kopi, Eko menceritakan, ia juga ingin memperkenalkan berbagai jenis kopi Bogor. Sedangkan, kopi Moanemani sendiri, didatangkannya langsung dari Papua, di mana bijinya ditanam pada ketinggian 1.800 meer di atas permukaan laut (mdpl).
ADVERTISEMENT
“Moanemani hanya ada satu-satunya di Bogor. Dan Ada filosofi dari penamaan kedai kopinya. Torangpu itu kalau di wilayah timur artinya kita punya. Jadi, saya ingin para customer yang datang juga akan punya rasa memiliki,” kata Eko.
Selain Moanemani, di Torangpu juga ada kopi Amungme. Menurut Eko, untuk jenis Amungme ini unik. Kopi ini awalnya dikembangkan hanya untuk kepentingan atau keperluan para ekspatriat yang ada di Freeport. Dalam pengelolaannya, mulai dari lahan, biji, tanam, sampai pemeliharaan dan sebagainya, sangat diawasi oleh Freeport.
Namun seiring berkembangnya waktu, kini kopi Amungme telah dijual bebas. Sayangnya, kebanyakan Amungme yang dijual, terutama di Pulau Jawa, sudah dalam bentuk kemasan. Sehingga, agak susah untuk menentukan yang asli, kw, berkualitas dan yang benar-benar Amungme. Karenanya, Eko memilih untuk mendatangkannya langsung dari Papua.
“Konsepnya, Torangpu itu terbuka untuk semua. Dapat merangkul teman-teman komunitas, seniman, dan lainnya. Saya ingin membangun suasana kekeluargaan di Torangpu,” lanjut Eko.
ADVERTISEMENT
Semakin malam, suasana bertambah ramai. Terlebih, pada Jumat (23/11), ada live musik yang dibawakan oleh salah satu anggota dari Kaladhien – salah satu anggota Komunitas Pengamen Jalanan (KPJ) Bogor – yang dirangkul oleh Torangpu Kopi. Berbagai jenis genre musik dibawakan dengan apik oleh mereka.
Beberapa pengunjung ikut serta menyumbangkan suaranya untuk ikut bernyanyi. Menurut cerita Eko, memang setiap Jumat malam, Kaladhien tampil live. Tetapi, sebenarnya, bukan hanya Torangpu, komunitas pemusik lainnya juga terbuka untuk bisa menunjukkan kebolehnya. Sebagaimana filosofi yang dibangunnya.
“Waktu itu, saya ketemu bang Eko, meminta izin, bolehkah kami ikut mengamen ditempatnya. Maksudnya mengisi acara. Alhamdulillah, kami dikasih tempat hingga saat ini. Namun, sebenarnya, bukan hanya untuk Kaladhien, Bang Eko juga terbuka untuk teman-teman pengamen jalanan lainnya. Walaupun, untuk saat ini, baru kami yang intens tampil,” kata Alfa Baskoro, vokalis sekaligus leader dari Kaladhien.
Selain itu, ada hal lain yang juga menarik perhatian saya. Masih dalam satu tempat, gerobak angkringan khas Jawa denan aneka menu yang menggoda. Mbah Goprot, begitu namanya. Tentu saya tidak mau melewatkannya. Saya pilih aneka sate, nasi kucing, soto dan ayam bakar serta kopi dari Torangpu.
ADVERTISEMENT
Mengenai ‘Mbah Goprot’, Eko punya cerita tersendiri. Lahir satu tahun setelah Torangpu Kopi yang berdiri pada 9 September 2018. Menurutnya, selain lahir dan besar di Papua. Sebenarnya, leluhurnya orang dari Jawa, tepatnya daerah Surakarta.
“Berangkat dari itu, berdirilah tempat kuliner dengan konsep Jawa. Mulai dari makanan dan minumannya, konsep foto booth-nya dan lain-lain. Saya ingin menyambungkan ikatan batin antara Jawa dan Papua yang ada pada diri saya. Nama Mbah Goprot sendiri, itu merupakan nama kecil almarhum ayah saya yang memiliki badan besar, sehingga teman-teman memanggilnya ‘goprot’," kata Eko.
Ternyata cerita tentang Torangpu Kopi dan Mbah Goprot, tidak hanya sampai disitu. Sejak 6 Desember 2019, setiap Jumat pagi Torangpu Kopi membuat program ‘Sarapan Bersama’--makan pagi gratis--yang diperuntukkan bagi mereka yang kurang beruntung. Ini merupakan bentuk kegiatan sosial yang juga sesuai dengan filosofi Torangpu Kopi, yang bukan hanya mengejar bisnis semata.
ADVERTISEMENT
Waktu sudah hampir menunjukkan tengah malam, tidak terasa sudah beberapa jam saya menikmati beberapa jenis racikan kopi Torangpu dan menu Mbah Goprot. Kehangatan dan keakraban sang owner serta personel Kaladhien dengan lantunan lagu-lagunya, membuat waktu terasa cepat berlalu.
Nah, buat kalian yang tinggal di Bogor atau yang berencana menghabiskan akhir pekan di kota hujan, tidak ada salahnya untuk kongko bersama teman-teman dan keluarga di Torangpu Kopi yang setiap harinya buka mulai pukul 08.00 WIB– 22.00 WIB. Khusus weekend lebih panjang, hingga pukul 24.00 WIB. Untuk harga juga cukup terjangkau. Berkisar mulai dari 12 ribu sampa 25 ribu.
Gimana murahkan, dapat merasakan kopi asli Papua sambil menikmati suasana malam yang masih asri dan sejuk di bilangan bagian barat Kota Bogor.
ADVERTISEMENT