Konten dari Pengguna

Menteri Siti Ungkap Kelahiran Fitri, Anak Orang Utan di Masa Pandemi COVID-19

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
26 Mei 2020 0:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Fitri, anak orang utan yang lahir di masa pandemi COVID-19 di TSI Safari, Cisarua, Bogor. Foto: Kementerian LHK
zoom-in-whitePerbesar
Fitri, anak orang utan yang lahir di masa pandemi COVID-19 di TSI Safari, Cisarua, Bogor. Foto: Kementerian LHK
ADVERTISEMENT
"Alhamdulillah, di hari bahagia Idul Fitri sekaligus prihatin dengan situasi pandemi COVID-19, telah lahir jam 05.00 WIB bayi orang utan betina,” ungkap Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya di Jakarta, Senin (25/5/2020).
ADVERTISEMENT
Kabar yang sangat menggembirakan tersebut datang dari lembaga konservasi (LK) Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, yang bertepatan dengan momentum peringatan Hari Keanekaragaman Hayati Dunia 22 Mei dan Idul Fitri pada 24 Mei.
Bayi orang utan ini merupakan orang utan Kalimantan (Pongo pygmaeus) dari induk Evi dan jantan Ipung.
“Saya beri nama Fitri,” ujar Menteri Siti.
Nama yang diberikan Siti Nurbaya Bakar tersebut, tidak lepas karena kelahirannya yang bertepatan dengan masih dalam suasana hari Raya Idul Fitri.
Orang utan yang merupakan salah satu satwa cerdas dan pintar, dapat dikatakan penjaga kelestarian hutan, sang petani hutan dan agen pelestari atau alam sebenarnya. Menyebarkan biji-bijian sehingga berbagai jenis pepohonan di hutan terus tumbuh dan berkembang.
ADVERTISEMENT
Orang utan membantu manusia untuk merehabilitasi hutan. Ia tinggal dan bersarang di pucuk-pucuk pepohonan.
Mengenai statusnya, menurut lembaga konservasi dunia: International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), Orang utan Kalimantan bersama-sama dengan Orang utan Sumatera dan Orang utan Tapanuli, masuk daftar merah, spesies kritis terancam punah ‘critically endangered.
Fitri, anak orang utan yang lahir di masa pandemi COVID-19 di TSI Safari, Cisarua, Bogor. Foto: Kementerian LHK
Ditengah situasi prihatin yang dialami dunia saat ini, termasuk Indonesia, hingga berujung penutupan Kawasan Konservasi dan Lembaga Konservasi (LK) serta permberlakuan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), menteri Siti menceritakan kabar gembira dengan banyaknya satwa yang lahir di beberapa LK.
Kelahiran Fitri sekaligus melengkapi kebahagiaan TSI Cisarua, Bogor, yang sebelumnya, pada 28 April 2020, kehadiran warga baru dengan kelahiran seekor anakan gajah. Karena bertepatan pada saat pandemi COVID-19 yang dialami dunia, sang anak gajah pun diberi naka Covid.
ADVERTISEMENT
Selain kelahiran orang utan Fitri, TSI Cisarua, juga mencatat kelahiran Gajah Sumatera. Sebanyak 12 ekor komodo dan seekor burung Kasturi Raja, tercatat lahir di LK Gembira Loka, Yogyakarta. Seekor Tarsius dikabarkan lahir di Faunaland Ancol, Jakarta.
Lembaga Konservasi di Pulau Sumatera, R Zoo dan Park, tidak ketinggalan, mencatatkan juga kelahiran satwa-satwa eksotik, seperti Jerapah, Zebra dan common marmoset.
Menurut Siti Nurbaya, hal ini menunjukkan, bahwa pengelola LK telah menerapkan kesejahteraan satwa dengan baik, sehingga satwa dapat berkembangbiak secara alami dan telah menjalankan fungsinya sebagai tempat pengembangbiakan di luar habitat dengan tetap mempertahankan kemurnian genetiknya.
"Diharapkan melalui program breeding terkontrol ini, program konservasi ex-situ link to in-situ bisa dijalankan dan pada akhirnya peningkatan populasi in-situ dapat tercapai,” kata Menteri Siti.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini, KLHK telah membuktikan dengan telah melakukan kegiatan pelepasliaran satwa ke habitat alaminya dari pusat rehabilitasi, pusat penyelamatan, dan unit konservasi satwa lainnya sebanyak 214.154 individu pada kurun waktu periode 2016-2020.
Siti Nurbaya Bakar, menjelaskan berbagai upaya yang terus dilakukan KLHK dalam konservasi satwa yang dilindungi. Dirinya menerangkan pentingnya pengelolaan populasi spesies terisolasi, konektivitas kantung-kantung habitat satwa, dan penciptaan kantung-kantung baru untuk mendukung peningkatan populasi serta pengelolaan metapopulasi.
"Untuk itu, saya sedang kembangkan kebijakan untuk mendorong adanya konektivitas kantong-kantong baru satwa melalui pengembangan sistem kawasan lindung yang mencakup areal yang bernilai konservasi tinggi di konsesi-konsesi sektor kehutanan dan perkebunan. KLHK telah mengidentifikasi ada 1,4 juta hektar area bernilai konservasi tinggi yang dapat masuk ke dalam sistem kawasan yang dilindungi," jelas Menteri Siti.
Fitri, anak orang utan yang lahir di masa pandemi COVID-19 di TSI Safari, Cisarua, Bogor. Foto: Kementerian LHK
Menurut Menteri Siti, pada tingkat spesies, Indonesia telah menyusun peta jalan untuk memulihkan populasi 25 spesies target yang terancam punah. Melalui lebih dari 270 lokasi pemantauan, beberapa populasi spesies meningkat, seperti Jalak Bali, Harimau Sumatra, Badak Jawa, Gajah Sumatra, dan Elang Jawa.
ADVERTISEMENT
“Kemudian pada tingkat genetik, Indonesia telah mempromosikan bioprospeksi (bioprospecting) untuk keamanan dan kesehatan pangan, seperti Candidaspongia untuk anti-kanker, dan Gaharu untuk disinfektan, yang produksinya telah ditingkatkan selama pandemi COVID-19 ini,” tegas Siti Nurbaya Bakar.
Ilustrasi Orang utan. Foto: REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana