Sensasi Membelah Belantara Betung Kerihun

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
Konten dari Pengguna
6 Juli 2019 14:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perahu kayu atau longboat inilah yang menjadi angkutan kita mengarungi DAS Mendalam. Foto: Harley Sastha
zoom-in-whitePerbesar
Perahu kayu atau longboat inilah yang menjadi angkutan kita mengarungi DAS Mendalam. Foto: Harley Sastha
ADVERTISEMENT
Daerah Aliran Sungai (DAS) Mendalam merupakan bagian dari Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum (TNBKDS). Sungai Mendalam merupakan satu dari empat DAS di taman nasional yang menawarkan keajaiban bentang alam dan akan memacu adrenalin siapa pun yang mengarunginya.
ADVERTISEMENT
Selain Mendalam, tiga DAS lainnya yang menyajikan petualangan seru, yaitu: Embaloh, Kapuas, dan Sibau. Para penyuka wisata minat khusus, seperti petualangan dan pecinta fotografi alam, niscaya akan dimanja saat mengarunginya.
Gunung Betung dan Gunung Kerihun merupakan bagian dari rangkaian perbukitan dan pegunungan Muller yang dikelilingi puluhan jaringan aliran sungai yang menautkan keduanya. Punggung dari gunung inilah yang menjadi pembatas alam antara wilayah Indonesia dan negara bagian Serawak, Malaysia.
Selain mengayomi 75 persen tumbuhan endemik Pulau Kalimantan, Betung Kerihun merupakan rumah bagi Dayak Iban, Dayak Tamambaloh, dan Dayak Punan Hovongan.
Jika tidak menyusuri sungai-sungai di Betung Kerihun, maka belumlah lengkap. Apalagi sambil memancing ikan Semah yang banyak ditemukan di setiap aliran sungainya. Dagingnya yang empuk dan manis, sangat nikmat disantap di tengah-tengah alam Betung Kerihun yang ajaib.
Hutan hujan khas Kalimantan menjadi pemandangan biasa yang bisa kita nikmati di sepanjang sisi DAS Mendalam. Foto: Charlotte
Siang itu, Jumat (14/12/2018), belantara hutan hujan Kalimantan terlihat sangat memesona dari atas perahu di tengah arus aliran Sungai Mendalam yang cukup besar. Sesekali perahu yang kami tumpangi melewati beberapa jeram dan riam yang benar-benar memompa adrenalin.
ADVERTISEMENT
Saya tidak sendiri. Bersama saya turut Charlotte--gadis berusia 19 tahun berkewarganegaraan Inggris. Ia anak dari Suzanne, teman saya yang ingin berlibur dan sekaligus menginjakkan kakinya untuk pertama kalinya di Indonesia. Sabarudin, staff Balai Besar TNBKDS; dan Heri Gunawan, Kepala Seksi Wilayah III Padua Mendalam; turut serta menemani kami. Menggunakan perahu kayu atau longboat bermuatan enam orang dengan dinakhodai Madang dan Radit, perjalanan kami dimulai dari pelabuhan Sungai Mendalam.
Untuk tiba di Desa Padua Mendalam, dari pusat Kota Putussibau, kami menempuh waktu sekitar 1 jam menggunakan mobil. Membelah belantara hutan. Melewati beberapa kampung dan jembatan kayu. Jalannya sudah beton dan cukup baik. Hanya sedikit saja yang masih tanah keras. Jalan ini kemudian akan berakhir tepat di ujung sisi Sungai Mendalam.
ADVERTISEMENT
Amazing, I love it, is so beautiful. The true borneo,” ucap Charlote mengungkapkan kekaguman dan rasa excited-nya, saat perahu kami berhasil melewati salah satu jeram sungai. Kedua nakhoda benar-benar terlihat mahir mengendalikan perahu kayu bermotor tersebut.
Charlotte terlihat asyik menikmati perjalanan dan meilhat-lihat suasana hutan di kiri dan kanan sungai. Foto: Harley Sastha
Lokasi yang kami tuju saat itu adalah camp Mentibat. Tempat di mana terdapat Stasiun Penelitian Pelepasan Orang Utan Mendalam. Terdapat bangunan sederhana berupa rumah panggung terbuat dari kayu di sana. Berada persis di sisi Sungai Mentibat dan Sungai Mendalam, di tengah hutan belantara. Walaupun begitu, tersedia fasilitas berupa aliran listrik bertenaga diesel dan lainnya untuk menunjang kelancaran kegiatan pendidikan dan penelitian.
Stasiun penelitian ini dibangun atas kerja sama Yayasan Penyelamatan Orang Utan atau Sintang Orang Utan Center (SOC) dan Balai Besar TNBKDS. Selain bangunan tersebut, tidak jauh dari situ, tepatnya di seberang Sungai Mentibat, terdapat areal camping ground lengkap dengan toilet, meja kayu, dan shelter sederhana.
Stasiun Pelepasliaran Orangutan Mendalam di sekitar Camp Mentibat. Foto: Harley Sastha
Menurut Heri Gunawan, camping ground biasa digunakan pengunjung yang ingin benar-benar merasakan kemping di tengah hutan belantara hutan Kalimantan.
ADVERTISEMENT
Sebelum, tiba di Camp Mentibat, kami sempat singgah sesaat di Kantor Resort Hovat Balai Besar TNBKDS, kampung Nanga Hovat. Selain untuk beristirahat dan makan siang, kami juga berkeliling untuk melihat suasana perkampungan. Kampung yang sangat asri dengan penduduknya yang ramah.
Kampung tersebut merupakan pemukiman masyarakat Dayak dari sub-etnis Bukat. Jadi, kampung Naga Hovat memang destinasi wajib untuk disinggahi sepanjang perjalanan melintasi Sungai Mendalam. Berbeda dengan dayak lainnya, masyarakat kampung Hovat tidak tinggal di rumah panjang atau betang. Sesuai dengan pola hidup mereka yang biasa berburu dan mengumpulkan hasil hutan non kayu, seperti akar gaharu.
Jika punya banyak waktu, singgahlah lebih lama di sana. Karena kita akan dapat melihat kehidupan tradisional mereka. Di antaranya seperti berburu, membuat sagu, membuat tajem (sumpit), musik tradisional, dan lainnya.
Bercengkerama dengan anak-anak dari kampung Namga Hovat. Foto: Harley Sastha
Melanjutkan perjalanan mengarungi Sungai Mendalam terus ke hulu menuju Camp Mentibat, seperti sebelum tiba di kampung Nanga Hovat, lagi-lagi kami mendapatkan buah durian mengapung di atas sungai. Madang dengan sigap mengambilnya. Sebagai penikmat durian, saya merasa beruntung. Ternyata, saat itu merupakan waktu panen durian. Jadi, pohon-pohon durian yang tumbuh di dalam hutan, kanan dan kiri di sepanjang sungai, semuanya sedang berbuah. Asli durian hutan yang baru jatuh dari pohonnya. Menurut Heri, di sekitar Camp Mentibat juga banyak pohon durian.
ADVERTISEMENT
“Nanti, di Camp Mentibat, kita bisa pesta durian. Banyak durian masak yang jatuh di sana. Apalagi semalam habis turun hujan,” kata Heri Gunawan, sambil menikmati durian di dalam perahu.
Hanya Charlotte saja yang tidak makan durian saat itu. Walaupun sebelumnya dia sudah berusaha mencicipinya saat kami tiba di Pontianak dari Jakarta. Dia tidak terlalu suka dengan aromanya yang tajam dan rasa buahnya.
Bermalam di Camp Mentibat sambil menikmati suasana alam liar belantara Kalimantan. Sungguh pengalaman yang tidak akan terlupakan. Suara alam terdengar begitu syahdu di sini.
Tidak henti-hentinya saya berdecak kagum melihat bentang alam di sekitar Sungai Mendalam. Sangat mengagumkan. Sesekali burung enggang terbang melintas di atas sungai. Beberapa ekor monyet juga tampak di seberang sungai camp. Setiap sudut memperlihatkan pesonanya.
ADVERTISEMENT
Padahal, saya baru hanya sepenggal menjelajahi bentang alam Betung Kerihun yang memiliki luas sekitar 816.000 hektare ini. Namun, alam dan masyarakatnya telah membuat saya jatuh hati.
Kalian ingin merasakan sensasi dan pengalaman yang sama? Ayo ke Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum, jelajahi dan rasakan setiap jengkal keajaiban Uncak Kapuas ini.
Sesela berpapasan dengan Perahu kayu atau longboat masyarakat juga merupakan hal yang menarik sepanjang pengarungan DAS Mendalam. Foto: Charlotte