Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh dan Sumut: Rumah 4 Satwa Eksotis Dunia
28 Februari 2020 17:24 WIB
Diperbarui 26 Mei 2020 0:07 WIB
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Membentang seluas 838.872 hektar, mulai dari propinsi Aceh (75%) hingga propinsi Sumatera Utara (25%), Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), merupakan 1 dari 5 taman nasional pertama di Indonesia yang ditetapkan 6 Maret 1980. Walaupun, sejarah kawasan konservasi yang namanya diambil dari salah satu puncak yang ada di dalam kawasan – Gunung Leuser – sudah dimulai sejak masa Hindia Belanda, sekitar tahun 1920an. Salah satu kawasan perlindungan flora dan fauna terbesar di Asia Tenggara. Keragaman ekosistemnya tersebar mulai dari tepi pantai hingga pegunungan yang diselimuti belantara hutan lebat khas hujan tropis sampai sub alpine.
ADVERTISEMENT
Setidaknya TNGL, menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya lebih dari 4.000 jenis flora. Sebagian diantaranya merupakan jenis endemik dan langka. Rafflesia acehensis dan Rafflesia zippelni adalah dua diantara jenis rafflesia langka yang hidup di dalamnya. Tidak hanya itu, ribuan spesies fauna juga telah lama menjadikan kawasan penting dunia ini sebagai habitatnya. Seperti: mamalia, burung, reptil, amfibi, ikan, dan invertebrata. Sekitar 65% dari 129 spesies mamalia di Sumatera, dapat ditemui dalam kawasan taman nasional ini. Untuk burung, diperkirakan jumlahnya tidak kurang dari 350 jenis yang menetap dari 380 lebih jenis burung.
Buat para peneliti, baik lokal maupun dunia, TNGL adalah surganya. Keberadaan Stasiun Riset Orangutan di Ketambe, Kabupaten Aceh Tenggara yang merupakan salah satu stasiun riset terbesar yang semakin mengukuhkan TNGL sebagai laboratorium alam yang sangat penting bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Begitu agungnya suaka tropis TNGL, tidak heran jika menyandang 2 status Internasional dan 1 Asia Tenggara. Setahun setelah ditetapkan sebagai taman nasional, tepatnya pada 1981, TNGL ditetapkan sebagai Cagar Biosfer-kawasan ekosistem daratan atau pesisir yang diakui oleh Program Man and the Biosphere UNESCO (MAB-UNESCO) untuk mempromosikan keseimbangan hubungan antara manusia dengan alam. Kemudian pada 2004, bersama-sama dengan TN Kerinci Seblat dan TN Bukit Barisan Selatang, ditetapkan oleh UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia. Satu kesatuan terpadu Tropical Rainforest Heritage of Sumatera (TRHS). Setahun sebelumnya, pada 2003, TNGL juga sudah menyandang status sebagai ASEAN Heritage Parks – upaya untuk melestarikan daerah tertentu yang memiliki keanekaragaman hayati atau keunikan yang luar biasa di seluruh negara ASEAN.
ADVERTISEMENT
Nah, dari informasi singkat tersebut di atas, membuat kita semakin tahu, betapa pentingnya keberadaan TNGL bagi dunia, termasuk negeri sendiri, Indonesia. Karena, taman nasional inilah yang menjadi satu-satunya rumah di dunia, dimana 4 satwa eksotis – Harimau Sumatera, Orangutan Sumatera, Gajah Sumatera, Badak Sumatera – dan penting yang mendapat perhatian dunia, hidup bersama-sama dalam satu kawasan. Namun, keberadaan keempatnya saat ini semakin terdesak. Kebakaran hutan, jerat, perburuan dan penetrasi habitat aslinya, adalah sebagian hal yang terus mengancam keberadaan mereka. Dan perburuan dengan jerat itu menjadi ancaman yang cukup tinggi saat ini.
1. Harimau Sumatera (Phantera tirgris sumatrae)
Sebagai satu dari enam subspesies harimau di dunia yang tersisa saat ini, Harimau Sumatera, keberadaannya menjadi sangat penting. Karena, harimau merupakan predator tertinggi, yang dapat mengontrol secara alami jumlah populasi satwa dibawahnya. Bayangkan, jika mereka punah, tidak akan ada yang dapat mengontrol jumlah babi hutan atau satwa lainnya. Akhirnya, babi hutan yang perkembangbiakannya tidak terkontrol tersebut, dapat menjadi hama bagi ladang-ladang penduduk.
ADVERTISEMENT
Jadi, Harimau Sumatera merupakan regulator atau penyeimbang jumlah populasi satwa lainnya. Selain itu, ia juga berfungsi sebagai indikator kualitas hutan sebagai habitatnya, agar tetap berfungsi sebagaimana mestinya sebagai penyangga kehidupan dan penanda keberadaan satwa-satwa lain. Dengan menjaganya, otomatis keanekaragaman hayati di dalam hutan ikut terjaga. Sejatinya, Harimau Sumatera, memang bukan ancaman bagi manusia, tetapi justru keberadaannya bermanfaat dalam menjaga kelestarian ekosistem secara keseluruhan.
Saat ini, berdasarkan dari red list International Union for Conservation (IUCN), Harimau Sumatera, masuk dalam kategori satwa kritis terancam punah (critically endangered).
2. Orangutan Sumatera (Pongo abeli)
Orangutan itu membantu manusia untuk merehabilitasi hutan. Tinggal dan bersarang di pucuk-pucuk pepohonan. Demikian dikatakan oleh Wiratno, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, beberapa waktu lalu di Gedung, Manggala Wanabakti, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta.
ADVERTISEMENT
“Orangutan mencari makan dari pohon ke pohon dan membuang biji-bijinya ke lantai hutan. Lalu, dari biji itulah tumbuh tunas-tunas baru. Ada pohon ada hutan. Ada hutan, mengalir air untuk hidup manusia. Ada hutan, ada polinator yang bantu penyerbukan tanaman di lahan-lahan pertanian. Jadi, menjaga Orangutan, sama juga menjaga sumber-sumber air untuk hidup manusia,” kata Wiratno.
Mengenai statusnya, Orangutan Sumatera bersama-sama dengan Orangutan Tapanuli dan Orangutan Kalimantan oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) masuk dalam kategori “kritis” critically endangered, terancam punah.
Jadi, sederhananya, salah satu satwa cerdas dan pintar ini, dapat dikatakan penjaga kelestarian hutan, sang petani hutan dan agen pelestari atau alam sebenarnya. Menyebarkan biji-bijian sehingga berbagai jenis pepohonan di hutan terus tumbuh dan berkembang.
ADVERTISEMENT
3. Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus)
Satwa yang terkenal memiliki tubuh besar dan cerdas ini, sejatinya juga mempunyai peranan yang sangat penting bagi keseimbangan ekosistem. Dalam penjelajahannya, gajah ikut membantu menyebarkan bibit-bibit tumbuhan secara alami. Ketika menjelajah, sekelompok gajah menginjak tanaman semak-semak. Saat itulah, banyak bibit tanaman yang ikut melekat di tapak kaki dan kotorannya. Otomatis peluang bibit tersebut untuk tumbuh pun semakin besar, seiring gajah-gajah berjalan melintasi jalur jelajahnya. Dan, hal tersebut juga menjadi pembuka jalan untuk satwa-satwa lainnya.
Ukuran tubuh yang besar, membuat gajah membutuhkan konsumsi tumbuhan yang besar juga untuk dimakan. Dengan begitu, gajah turut serta membantu secara alami menjaga hutan agar tidak terlalu rimbun, sehingga memberikan kenyamanan bagi satwa lainnya.
ADVERTISEMENT
Gajah Sumatera dalam red list International Union for Conservation of Nature (IUCN) masuk sebagai spesies “kritis” atau critically endangered, terancam punah.
4. Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis)
Merupakan satu dari lima badak tersisa yang ada di muka bumi. Tahukah kamu, bahkan Badak Sumatera diperkirakan telah hidup sejak sekitar 20 juta tahun yang lalu. Keberadaanya kini semakin terancam punah. International Union for Conservation of Nature (IUCN) memasukkannya dalam spesies “kritis” atau critically endangered.
Sebagaimana Gajah Sumatera, dalam ekosistem, Badak Sumatera juga mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam proses penjelajahannya mencari makanan, secara tidak langsung Badak Sumatera seperti membuka jalan rintisan dengan membelah ketebalan vegetasi. Nah, jalan rintisan tersebutlah yang kemudian memberi kemudahan untuk satwa-satwa liar lainnya.
ADVERTISEMENT
Mereka biasa makan pucuk-pucuk daun muda. Jadi, secara alami badak membantu regenerasi tumbuhnya pucuk daun-daun baru. Selain itu, sukanya badak bermain-main dalam kubangan lumpur, ternyata itu juga turun membantu penyebaran bibit dan biji tanaman yang menempel pada tubuhnya. Ketika badak menjelajah berkilo-kilo meter jauhnya, saat itulah biji dan bibit yang melekat dibutuhkan, terlepas dan tersebar pada lantai-lantai hutan.
Menurut Jeffry Susyafrianto, Kepala Balai TNGL, pihaknya secara terus menerus melakukan monitoring dalam kawasan. Sitemonitoring Harimau Sumatera telah dibangun di wilayah Langkat. Menyusul kemudian yang akan segera dibangun di wilayah Kab. Agara dan Aceh Selatan. Untuk badak, tahun ini juga akan ditetapkan sebagai Intesive Protected Zone (IPZ) dengan luas mencapai 60 ribuan hektar, termasuk hutan lindung di dalamnya.
ADVERTISEMENT
“Saat ini, kami punya 21 tim patroli. Setiap tim anggotanya 7 personel. Setiap bulan mereka melakukan monitoring selama 14 hari per tim. Ribuan foto-foto Harimau Sumatera di TNGL, sudah kami identifikasi lorengnya berdasarkan hasil kamera dan video trap. Kemudian dilakukan analisis bersama Wildlife Conservation Society (WCS). Katalognya sudah dibuat,” kata Jefrry.
Jeffry juga mengatakan, tahun ini, TNGL bersama Yayasan Ekosistem Lueser (YEL), akan melakukan survey monitoring Orangutan di 41 jalur di seluruh kawasan taman nasional.
Pastinya menjaga kelestarian TNGL beserta 4 satwa eksotis penting dunia beserta ribuan ragam flora dan fauna di dalamnya menjadi kewajiban kita bersama. Karena, sejatinya mereka bukanlah ancaman, tetapi justru keberadaannya membantu keberlangsungan hidup kita sebagai manusia.
ADVERTISEMENT
Live Update