Konten dari Pengguna

'Wira', Elang Jawa yang Lahir di Gunung Salak pada Masa Pandemi Virus Corona

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
18 Mei 2020 14:24 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
'Wira' Elang Jawa yang Lahir di Gunung Salak pada Masa Pandemik Virus Corona. Foto: Balai TNGHS
zoom-in-whitePerbesar
'Wira' Elang Jawa yang Lahir di Gunung Salak pada Masa Pandemik Virus Corona. Foto: Balai TNGHS
ADVERTISEMENT
Secara umum, tingginya intensitas kunjungan atau interaksi manusia dengan alam yang bersifat ‘kurang bersahabat’, pastinya akan berdampak (rendah atau tinggi) terhadap kawasan itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Begitu kata Ahmad Munawir, Kepala Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), pada Minggu malam (17/5/2020), mengenai dampaknya terhadap ekosistem, dengan ditutupnya sementara kawasan-kawasan konservasi di Indonesia, di masa pandemi virus corona.
Di tengah masa pandemi virus corona yang belum berakhir, Munawir menceritakan tentang berita gembira mengenai kelahiran seekor anak Elang Jawa (Nisaetus bartelsi), setelah telurnya menetas di wilayah Resort Pengelolaan TNGHS I, Seksi Pengelolaan TN Wilayah II Bogor.
"Kami menamainya Wira, anak pasangan dari Beti dan Jalu. Wira kami temukan telah lahir pada 2 Mei 2020 dan diperkirakan usianya sekitar tiga minggu. Dan secara rutin terus dipantau oleh tim monitoring Elang Jawa Balai TNGHS," kata Munawir.
Cerita Munawir selanjutnya, saat ini, Wira sudah mulai sering mengepakan sayap dan belajar terbang di sarang. Warna bulu di tubuh dan sayapnya sudah mulai berwarna coklat. Dan, jambul di kepalanya juga mulai tumbuh. Sudah bisa mematuk dan coba mencabik-cabik mangsa pakan yang dibawa induknya. Tetapi, dalam proses makannya masih disuapi sang induk.
ADVERTISEMENT
Elang Jawa dan Keseimbangan Ekosistem
Dalam ekosistem, Elang Jawa mempunyai peranan yang sangat penting. Ia merupakan indikator terjaganya suatu kawasan hutan. Secara umum, habitat Elang Jawa berada pada hutan primer. Sedangkan, sebagian kecilnya di hutan sekunder yang berdekatan atau berbatasan dengan ecotone. Kawasan TNGHS sendiri, merupakan hutan hujan tropis pegunungan terluas yang masih tersisa di Pulau Jawa yang diyakini sebagai habitat terbaik dari jenis elang ini.
'Wira' Elang Jawa yang Lahir di Gunung Salak pada Masa Pandemik Virus Corona. Foto: Balai TNGHS
Elang Jawa merupakan salah satu dari 3 spesies kunci di TNGHS dan sebagai satwa endemik Pulau Jawa. Lembaga konservasi dunia: International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), memasukkan Elang Jawa dalam kategori jenis satwa terancam punah. Sedangkan Pemerintah Indonesia menetapkannya sebagai jenis satwa dilindungi.
ADVERTISEMENT
"Elang Jawa hanya mengalami satu kali masa berkembangbiak dalam dua tahun itupun jumlah telurnya hanya satu butir. Sehingga secara alami memiliki populasi yang rendah. Masa bersarang merupakan masa yang paling penting dalam siklus hidup burung pemangsa untuk keberlanjutan keberadaannya," jelas Munawir.
Setidaknya, sejak 2015 hingga 2020, tercatat telah ditemukan 11 sarang aktif Elang Jawa di kawasan TNGHS: 8 delapan sarang di Gunung Salak dan 3 sarang lagi di Gunung Halimun.
Nah, dari 11 sarang Elang Jawa yang ditemukan tersebut, hampir seluruh sarang mengalami success breeding. Kecuali satu sarang di kawasan Gunung Salak: Blok Pasir Ngantuk, Resort Kawahratu, Sukabumi.
Kalau yang paling success breeding, berdasarkan hasil pengamatan, sarang yang berada di Gunung Salak, Blok Bitung Lega, Resort Gunung Salak I, Bogor. Tercatat hingga 3 kali: 2015, 2016 dan yang terbaru pada pertengahan April 2020.
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya pada 2018, pasangan induk Elang Jawa, yang kami berinama Beti (betina) dan Jalu (Jantan) bertelur juga, namun tidak menetas," ungkapnya.
Jadi, yang harus kamu tahu, masa paling sensitif untuk Elang Jawa itu adalah setelah bertelur sampai menetas (mengeram). Kalau terganggu pada masa itu, kemungkinan besar akan gagal.
Karenanya, kalau sedang melakukan perjalanan di hutan, mendaki gunung atau kemping, jangan pernah mengganggu sarang satwa yang kamu jumpai. Walaupun, ada beberapa kasus unik mengenai ini.
Seperti kata Munawir tentang Elang Jawa, keluarga dari Elang Jawa bernama Sabeni, di Bumi Perkemahan Sukamantri, Bogor. Menurutnya, sarangnya tidak terlalu jauh dengan camping ground Sukamantri. “Tetapi, alhamdulillah tetap bisa sukses breedingnya. Kemungkinan untuk kasus ini, berhasil karena sudah berdaptasi ya..,” kata Munawir.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, pada 2019, juga telah lahir Elang Jawa di bagian Utara Barat Gunung Salak (Sukamantri) bernama Sabeni. Sedangkan, tahun ini telah lahir juga di bagian puncak Utara Timur Gunung Salak bernama Wira.
Selain elang WIRA, saat ini masih ada satu lagi yang dimonitor sedang mengeram dan tidak terpengaruh, karena lokasinya lumayan jauh dari tempat kerumunan kunjungan.
"Semoga kelak keduanya dapat menjalankan tugas sebagai penguasa langit Gunung Salak bagian Utara, sehingga keseimbangan ekosistem di kawasan ini dapat terjaga dengan baik," harap Munawir.