Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Yuk, Berkemah Sambil Mengenal Kerabat Elang di Suaka Elang Loji, Bogor
10 September 2019 12:58 WIB
Diperbarui 1 Mei 2020 15:15 WIB
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Deden, seorang anggota tim keeper (orang yang bertugas mengurus elang yang sedang direhabilitasi), menceritakan ada seekor elang yang kondisinya cukup memprihatinkan saat diserahkan kepada petugas. Paruh dan kukunya dipotong. Sayapnya rusak. Bahkan sampai beberapa bulan pertama, makannya harus disuapi.
ADVERTISEMENT
Ceita tersebut saya dapatkan saat berkunjug ke Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Bogor, pada 13-14 Januari 2018, bersama beberapa kawan. Miris, sedih, dan marah rasanya ketika mendengarnya. Semuanya bercampur aduk.
Sebagaimana namanya, Suaka Elang Loji memang bukan tempat wisata alam biasa. Masuk bagian dari pengelolaan Resort Salak 1, Balai TNGHS, kawasan hutan hujan yang asri ini menawarkan wisata alam sekaligus edukasi berbasis konservasi. Khususnya satwa karismatik burung pemangsa atau jenis raptor yang gagah: Elang. Selain camping ground, di sini juga terdapat Pusat Suaka Satwa Elang Jawa (PSSEJ).
Walaupun letaknya berdampingan, namun, secara pengelolaan PSSEJ atau Suaka Elang berbeda dengan camping groung. Tetapi keduanya tetap dalam pengelolaan Balai TNGHS. Kalau PSSEJ secara manajemen dibawah pengelolaan Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) - TNGHS. Sedangkan Bumi Perkemahan Loji dibawah Resort Salak 1.
ADVERTISEMENT
“Selain sebagai bumi perkemahan, di sini juga berfungsi sebagai tempat edukasi dan konservasi elang. Dan yang masuk ke sini, baik itu Elang Jawa maupun elang jenis lainnya, itu ada yang sifatnya hasil sitaan dan penyerahaan secara sukarela. Nah, yang kami harapkan justru yang penyerahan secara sukarela,” cerita Kang Jhony, petugas yang bertugas saat itu, kepada kami.
Gagah sekaligus cantik. Itulah gambaran 'raptor' karismatik satwa elang, 'sang raja langit'. Terbang di atas langit membentangkan sayapnya dengan mata yang tajam hingga menembus rimbunnya hutan mengintai buruannya.
Tidak terbayangkan, bagaimana kosongnya langit tanpa mereka. Indikator ekosistem hancur dan rantai makanan kehidupan akan rusak jika mereka punah. Keberadaan mereka semakin terancam. Tragis memang.
Di tengah kondisi seperti itu, secercah harapan terus muncul. Salah satunya, berita tentang ditemukannya beberapa sarang aktif Elang Jawa di dalam kawasan TNGHS. Ini menjadi pertanda bahwa kawasan konservasi di wilayah Jawa Barat itu menjadi salah satu tempat terbaik yang masih terjaga untuk tumbuh dan berkembangnya kerabat elang.
ADVERTISEMENT
Elang-elang tersebut terus dipantau perkembangan dan perilakunya hingga naluri berburu mereka benar-benar tumbuh dan kembali seperti semula. Jika sudah kembali, itu artinya siap untuk dilepasliarkan kembali.
Untuk sampai ke tahap ini, waktunya tidak sebentar. Bisa memakan waktu tahunan. Semua tergantung dengan kondisi elang saat disita atau diserahkan masyarakat kepada pengelola. Jadi jika berkunjung ke sini, luangkan waktu untuk bertanya dan mendapatkan informasi mengenai elang kepada pengelola.
Sebenarnya, di PSSEJ ada tiga kandang yang diperuntukkan untuk merehabilitasi elang hasil sitaan atau serahan dari masyarakat: Kandang Transit, Kandang Rehabilitasi, dan Kandang Display.
Namun, pengunjung hanya diperbolehkan melihat dan memelajari langsung perilaku serta jenis elang di Kandang Display. Dua kandang lainnya tidak boleh diakses secara bebas, kecuali untuk penelitian dan sejenisnya.
ADVERTISEMENT
Kandang Display atau Sanctuary adalah tempat menampung elang yang sudah tidak dapat lagi dilepasliarkan, meski telah melalui proses rehabilitasi yang cukup panjang. Kenapa? Beberapa alasannya: Karena sudah tua, cacat permanen, atau hal lain. Nah, dalam di Kandang Display inilah kalian dapat belajar mengenai seluk beluk kehidupan Elang dengan didampingi petugas.
Beruntung, kami saat itu mendapat kesempatan untuk melihat langsung beberapa proses rehabilitasi dilakukan oleh petugas. Salah satunya, melihat perilaku elang saat diberikan pakan berupa beberapa ekor marmut. Dari cara elang mengambil mangsanya tersebut akan terlihat, apakah naluri berburunya sudah kembali atau belum. Sungguh menarik.
Selama dua hari di kawasan ini, saya dan kawan-kawan menyempatkan diri untuk mengenal lebih jauh fungsi Suaka Elang Loji selain sebagai tempat berkemah. Dari sini, setidaknya saat itu, kami mengetahui, jika ada tujuh kerabat elang di sana: Elang Jawa, Elang Ular Bido, Elang Brontok, Elang Hitam, Elang Alap-alap Jambul, Elang Perut Karat, Elang Sikep Madu Asia--yang terlihat hidup dan berkembang di dalam kawasan TNGHS.
Elang Jawa merupakan satwa endemik Pulau Jawa. Sebagaimana tercantum dalam IUCN, Elang Jawa masuk dalam status Apendix 1. Pemerintah Indonesia juga menetapkan Elang Jawa bersama kerabat elang lainnya sebagai satwa yang dilindungi dengan landasan hukum UU No. 5 Tahun 1990 dan PP No. 7 Tahun 1999.
ADVERTISEMENT
Berada tidak jauh dari Ibukota Negara Indonesia, Jakarta, atau tepatnya di Kampung Loji, Desa Pasir Jaya, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, tentu kawasan ini menjadi pilihan tepat untuk mengisi akhir pekan.
Bagi saya sendiri, ini merupakan kunjungan yang kesekian kalinya. Menurut pengamatan saya, banyak yang berubah dari tempat ini. Semakin tertib dan teratur.
Fasilitas serta sarana dan prasarana juga semakin lengkap, bersih, dan nyaman, misalnya musala, toilet, pos registrasi, kantor pengelola (semua lengkap dengan aliran listrik dan penerangan), dan papan petunjuk serta informasi. Harapan saya, pengunjung dapat menjaga itu semua dan mengikuti aturan tata tertib serta apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama di dalam kawasan, sebagaimana tertulis dengan jelas dalam banner yang terpampang di halaman pos registrasi.
ADVERTISEMENT
Kang Jhony bilang, jumlah pengunjung yang ingin berkemah di areal perkemahan Suaka Elang Loji dibatasi jumlah per harinya. Warung penjual makanan atau minuman juga tidak diperbolehkan berdiri di sini.
Jadi bagi yang ingin berkemah wajib membawa perbekalan pribadi. Namun, ingat sampah atau sisa makanannya jangan dibuang sembarangan.
Tetap jaga kebersihan dan kelestarian tempat tersebut. Pasti kalian enggak mau kan kalau tempat tersebut menjadi rusak.
Camping dan bercengkerama dengan kawan, keluarga. dan kerabat dalam naungan hutan pinus di Suaka Elang Loji dapat membuat kita sejenak melepas lelah. Pagi hari, riuhnya suara aneka burung bersahut-sahutan terdengar merdu.
Lengkingan suara elang tentu menjadi yang paling khas di sini. Dari jembatan gantung di kejauhan terlihat Gunung Gede--Taman Nasional Gunung Gede Pangrango--terlihat cukup besar tubuhnya.
ADVERTISEMENT
Sebagai tempat untuk berkemah, Suaka Elang Loji dikelilingi hutan pinus yang sangat asri dengan udara yang sangat sejuk. Sangat cocok untuk berwisata alam dengan teman-teman dan keluarga. Mulai dari anak-anak hingga dewasa. Terlebih di sini, kalian bisa mendapatkan edukasi konservasi.
Banyak spot keren dan cantik untuk yang kalian yang suka foto-foto. Selain hutan pinus, di sini ada jembatan gantung melintas sungai diantara kerimbunan hutan. Instragamable banget deh pokoknya. Tidak heran, kalau banyak yang menjadikannya sebagai salah satu spot foto favorit saat berkunjung.
Selain itu, kalian juga dapat tracking berjalan menuju air terjun atau Curug Cibadak yang berada tidak jauh dari lokasi areal berkemah. Sekitar 1 jam berjalan kaki. Jalur tracking juga sudah ditata dengan baik oleh pengelola. Semuanya demi kemanan dan kenyaman para pengunjung tentunya.
ADVERTISEMENT
Namun, walaupun begitu, kalian tetap harus berhati-hati, karena pada beberapa bagian, medannya sedikit licin dan melewati sisi tebing. Tinggi air terjun sekitar 20 meter. Panorama sekitarnya juga cantik. Pastinya sayang kalau tidak diabadikan dengan berswafoto.
Jadi, gimana? Yuk, akhir pekan ke Suaka Elang Loji. Wisata alam sambil belajar dan mengenal kehidupan kerabat Elang. Bersama kita menjaga 'si gagah' tetap menyapa langit.