Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.0
Konten dari Pengguna
Yuk, Mengenal Uniknya Kura-kura Leher Ular Pulau Rote yang 'Pulang Kampung'
24 November 2021 20:39 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kepalanya yang panjang bergerak meliuk seperti seekor ular saat berenang di bak-bak berisi air. Itulah ciri khas satwa langka endemik Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kura-Kura Leher Ular (Chelodina mccordi).
ADVERTISEMENT
Satwa langka yang sudah tidak ditemukan lagi di habitat aslinya di Danau Peto, Desa Maubesi, Kecamatan Rote Tengah, Kabuaten Rote Ndao, Pulau Rote, sebanyak 13 ekor, terlihat berada di bak-bak di Intalasi Karantina Hewan (IKH), Seksi Konservasi Wilayah (SKW) II Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam NTT, Kelapa Lima, Kupang, NTT, pada Selasa (23/11/2021), saat saya mengikuti kegiatan kunjungan Wakil Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup (LHK), Alue Dohong, dalam rangka menghadiri puncak Perayaan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2021, di Taman Wisata Alam (TWA) Teluk Kupang.
Nah, lokasi kura-kura leher ular yang berada dalam bak-bak air itu, merupakan tempat rehabilitasi dan habituasi satwa, sebelum dinyatakan dapat dilepaskan kembali ke habitat aslinya di alam liar.
Kura-Kura Leher Rote, berdasarkan penilaian lembaga international untuk konservasi alam: IUCN (International Union for Conservation), statusnya berada dalam level kritis dan keberadaannya di alam diduga telah punah. Satwa langka yang biasa hidup di lahan basah, ternyata mempunyai fungsi yang sangat penting. Keberadaannya untuk menjaga perairan dan danau. Juga, mengontrol populasi serangga, agar vegetasi danau tetap terjaga.
ADVERTISEMENT
Menurut cerita Tessa, Kepala SKW II BBKSDA NTT, Kupang, 13 ekor satwa kura-kura leher ular tersebut, didatangkan kembali dari Singapura, pada 22 September 2021, atas permintaan Pemerintah Indonesia kepada Pemerintah Singapura. Jadi, saat ini mereka sedang dikarantina di IKH SKW II BBKSDA NTT, sebelum siap dilepasliarkan kembali.
“Perlu karakteristik khusus untuk kembali melepasliarkan kura-kura ular leher, agar mereka dapat hidup dan berkembang dengan baik. Seperti, ketersediaan air sepanjang waktu dan kualitasnya harus cukup dan baik,” cerita Tessa.
Kalau melihat hasil penelitian terbaru, hanya ada 3 danau yang saat ini layak untuk dijadikan sebagai rumah: Danau Ledulu, Danau Lendoen dan Danau Peto.
Menariknya, ternyata, 3 dari 4 kura-kura leher ular yang betina, sedang mengandung telur. Hal tersebut diketahui dari hasil pemeriksaan radiograf oleh WRS/Mandai Nature atas fasilitas dan dukungan Wildlife Conservation Society – Indonesia Program (WCS - IP). Karenanya, ketiganya dipindahkan ke bak pembiakan khusus yang dilengkapi dengan media pasir. Hal ini diceritakan Tessa, saat Alue Dohong menanyakannya.
ADVERTISEMENT
Fakta Kura-kura Leher Ular Pulau Rote
Nah, kalau melihat dari beberapa informasi di atas, setidaknya ada beberapa fakta unik dan menarik dari reptil endemik Pulau Rote, NTT, yang bisa kamu ketahui:
1. Endemik Pulau Rote
Merupakan satu-satunya jenis endemik Pulau Rote, Provinsi NTT. Selain itu, satu-satunya kura-kura leher ular genus Chelodina yang berada di luar dataran Papua-Australia dan masuk dalam daftar Conservation on International Trade in Endangered Spesies of Wild Fauna and Flora (CITES).
2. Ciri-ciri Kura-Kura Leher Ular Rote
- Bentuk lehernya panjang seperti ular dan dapat mencapai 25 cm.
- Warna karapas atau tempurung berwarna coklat.
- Panjang tempurungnya untuk yang dewasa, berkisar 18 – 24 cm.
- Mulai dapat berproduksi mulai usia 4-6 tahun
ADVERTISEMENT
- Mereka dapat hidup cukup panjang, hingga usia antara 30-40 tahun.
- Dalam satu musim per tahunnya, mereka dapat bertelur 2-3 kali dan menghasilkan 6-20 telur dalam sekali bertelur.
- Serangga, ikan kecil dan kecebong, merupakan makanan kesukaan mereka.
3. Kepalanya Tidak Dapat Masuk ke Dalam Tempurung
Mengutip jurnal ‘Biodiversitas Indonesia, Bhineka Flora Fauna Indonesia’, kura-kura leher ular, tidak seperti kura-kura jenis lain pada umumnya, yang dapat memasukkan kepalanya ke dalam tempurung, karena, bentuk lehernya yang panjang. Jadi, untuk melindungi bagian kepalanya, lehernya dilipat secara menyamping pada bagian sisi terluar tempurung.
4. Upaya BBKSDA NTT Selamatkan Kura-kura Ular Leher Pulau Rote
Untuk kembali memulihkan keberdaan kura-kura jenis ini, BBKSDA NTT bekerjasama dengan WCS-IP, sebagai mitra dari KSDAE, terus berupaya mendatangkan kembali (repartriasi) dari kebun binatang di luar negeri.
ADVERTISEMENT
5. Membangun Tempat Transit
Seiring penyelamatan kura-kura leher ular Rote, BBKSDA NTT, telah membangun tempat transit sebelum mereka siap dilepasliarkan kembali ke habitat aslinya. Lengkap dengan fasilitas: karantina, pengembangbiakkan dan habituasi.
6. Dipulangkan Kembali dari Singapura
Pada 22 September 2021, kura-kura ular leher Rote, dipulangkan atau direpatriasi kembali sebanyak 13 ekor kura-kura ular leher Rote (4 ekor betina dan 9 ekor jantan) dari Singapura, dikirimkan oleh Wildlife Reserve Singapore/Mandai Nature. Merupakan hasil pengembangbiakan (captive breeding) kebun binatang di Amerika dan Eropa, bagian dari European Association of Zoo and Aquaria (EAZA) dan Association off Zoos dan Aquariums (AZA).
Kita berharap mudah-mudahan, semakin banyak kura-kura ular leher Pulau Rote, yang pulang kampung Kua Fali Nggolon – bahasa Rote yang artinya kura-kura pulang kampung.
ADVERTISEMENT