Konten dari Pengguna

Peran Bantuan Kerjasama Luar Negeri Indonesia dalam Proses Kemerdekaan Singapura

Moch Harris Ramadhan
Saya adalah mahasiswa Hubungan Internasional di UPN Veteran, dengan minat mendalam dalam isu-isu global, diplomasi, dan politik internasional. Saat ini saya aktif dalam penelitian serta pengembangan wawasan terkait hubungan antarnegara.
22 Oktober 2024 19:11 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Moch Harris Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (https://khastara.perpusnas.go.id/landing/detail/325335)
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (https://khastara.perpusnas.go.id/landing/detail/325335)
ADVERTISEMENT
Kemerdekaan Singapura pada tahun 1965 merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Asia Tenggara, menandai babak baru
ADVERTISEMENT
bagi kawasan yang baru terbebas dari pengaruh kolonial. Di balik peristiwa ini, peran Indonesia sebagai tetangga terdekat dan mitra penting sangat signifikan. Bukan hanya menjadi saksi, Indonesia juga secara aktif mendukung perjuangan Singapura dalam mencapai kemerdekaannya. Melalui tinjauan liberal, yang menitikberatkan pada kerja sama dan interaksi antarnegara, kita dapat memahami bagaimana Indonesia berkontribusi terhadap kemerdekaan Singapura dan dampaknya terhadap hubungan bilateral kedua negara.
Foto diatas merupakan foto bersejarah dan satu satunya yang terekam terkait hubungan Presiden Soekarno dengan Lee Kuan Yew.
Latar Belakang: Asia Tenggara Pasca-Perang Dunia II
Setelah Perang Dunia II, kawasan Asia Tenggara menjadi ajang pergolakan politik dan sosial yang hebat. Negara-negara di kawasan ini, yang sebagian besar masih berada di bawah kekuasaan kolonial, mulai bangkit memperjuangkan kemerdekaan mereka. Indonesia, sebagai salah satu negara yang pertama kali merdeka pada tahun 1949 setelah perjuangan panjang melawan Belanda, berusaha untuk memainkan peran utama dalam mendukung negara-negara tetangganya mencapai kebebasan .
ADVERTISEMENT
Pada saat yang sama, Singapura adalah bagian dari Federasi Malaya yang dibentuk pada tahun 1963. Namun, ketegangan politik dan etnis antara Singapura dan Malaya—terutama berkaitan dengan isu-isu ekonomi dan hak-hak warga keturunan Tionghoa di Singapura—menyebabkan perpecahan yang mendalam. Situasi ini mencapai puncaknya pada 9 Agustus 1965, ketika Singapura secara resmi dipisahkan dari Federasi Malaysia dan mendeklarasikan kemerdekaannya sebagai negara merdeka .
Indonesia, yang saat itu dipimpin oleh Presiden Soekarno, menyadari pentingnya stabilitas kawasan Asia Tenggara yang sedang bergejolak. Pandangan liberal Soekarno tentang hubungan antarnegara, meskipun sering dikombinasikan dengan retorika anti-imperialisme, juga mencerminkan kepentingan strategis Indonesia untuk mendukung negara-negara tetangganya, termasuk Singapura, dalam upaya mencapai kedaulatan penuh .
Liberalism dalam Hubungan Internasional: Teori dan Penerapannya
ADVERTISEMENT
Liberalism dalam hubungan internasional menekankan pentingnya kerja sama antarnegara, interdependensi ekonomi, serta peran lembaga internasional dalam menciptakan perdamaian dan stabilitas. Tidak seperti realisme, yang berfokus pada kekuasaan militer dan persaingan antarnegara, liberalisme percaya bahwa melalui diplomasi, kerja sama ekonomi, dan hubungan yang saling menguntungkan, perdamaian jangka panjang dapat tercipta .
Dalam konteks kemerdekaan Singapura, liberalisme membantu menjelaskan mengapa Indonesia, yang baru merdeka, mendukung kemerdekaan negara tetangganya. Bagi Indonesia, membangun hubungan yang kuat dengan negara-negara baru di Asia Tenggara, termasuk Singapura, sangat penting untuk menciptakan tatanan regional yang lebih stabil dan menguntungkan. Indonesia menyadari bahwa perdamaian dan stabilitas regional dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan perdagangan antarnegara, serta memperkuat posisi Asia Tenggara di panggung internasional .
ADVERTISEMENT
Peran Indonesia dalam Mendukung Kemerdekaan Singapura
Dukungan Indonesia terhadap kemerdekaan Singapura tidak datang secara langsung melalui intervensi militer atau ekonomi yang besar, tetapi lebih berupa dukungan diplomatik dan politik. Pada awalnya, hubungan antara Indonesia dan Singapura agak rumit. Di satu sisi, Indonesia di bawah Presiden Soekarno mengadopsi sikap yang keras terhadap Malaysia, terutama selama periode Konfrontasi (1963–1966), di mana Indonesia menentang pembentukan Federasi Malaysia yang dianggap sebagai produk dari imperialisme Inggris . Namun, perpecahan antara Malaysia dan Singapura pada tahun 1965 memberi Indonesia kesempatan untuk memperbaiki hubungan dengan Singapura yang baru merdeka.
Melalui lensa liberalisme, peran Indonesia dapat dilihat sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat hubungan antarnegara melalui dukungan moral dan diplomatik. Soekarno, meskipun dikenal dengan sikap anti-imperialismenya, mengakui bahwa kemerdekaan Singapura akan berkontribusi pada tatanan regional yang lebih stabil dan bebas dari pengaruh kolonial . Indonesia, sebagai salah satu kekuatan utama di kawasan Asia Tenggara, mengambil langkah untuk memastikan bahwa Singapura dapat berdiri di atas kaki sendiri dan tidak kembali ke dalam pengaruh kekuatan kolonial .
ADVERTISEMENT
Alasan di Balik Dukungan Indonesia
Ada beberapa faktor yang mendorong Indonesia untuk mendukung kemerdekaan Singapura. Pertama, Indonesia memiliki kepentingan strategis dalam menciptakan kawasan Asia Tenggara yang bebas dari pengaruh kolonial. Bagi Indonesia, dukungan terhadap kemerdekaan Singapura sejalan dengan cita-cita Soekarno untuk menciptakan solidaritas di antara negara-negara yang baru merdeka di kawasan ini . Hal ini juga terkait dengan visi Soekarno tentang "Nefo" (New Emerging Forces), di mana Indonesia berusaha untuk membentuk aliansi dengan negara-negara baru yang berjuang melawan kolonialisme dan imperialisme .
Kedua, Indonesia juga melihat kemerdekaan Singapura sebagai peluang untuk memperluas hubungan ekonomi dan diplomatik di kawasan. Sebagai negara yang baru merdeka, Singapura memiliki potensi besar sebagai pusat perdagangan dan pelabuhan penting di Asia Tenggara. Dengan mendukung kemerdekaan Singapura, Indonesia berharap dapat menjalin hubungan ekonomi yang lebih erat di masa depan, yang akan menguntungkan kedua belah pihak. Ini adalah contoh bagaimana pendekatan liberalisme, yang menekankan interdependensi ekonomi, dapat mendorong kerja sama antarnegara yang baru merdeka .
ADVERTISEMENT
Dampak Dukungan Indonesia terhadap Hubungan Bilateral
Dukungan Indonesia terhadap kemerdekaan Singapura memberikan dampak positif yang signifikan terhadap hubungan bilateral kedua negara. Meskipun ada ketegangan awal, terutama karena latar belakang Konfrontasi dengan Malaysia, hubungan antara Indonesia dan Singapura secara bertahap membaik setelah kemerdekaan Singapura. Dukungan Indonesia terhadap kemerdekaan Singapura membuka jalan bagi dialog diplomatik yang lebih erat, serta memungkinkan kedua negara untuk bekerja sama dalam berbagai isu regional .
Dalam kerangka liberalisme, dukungan ini mencerminkan prinsip dasar bahwa hubungan yang harmonis antarnegara dapat membawa pada perdamaian dan stabilitas yang lebih besar. Di tahun-tahun setelah kemerdekaan, Singapura dan Indonesia membangun hubungan perdagangan yang erat, dengan Singapura menjadi salah satu mitra dagang utama Indonesia. Hubungan ini terus berkembang, dengan kedua negara memainkan peran penting dalam membentuk organisasi regional seperti ASEAN, yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian dan kemakmuran di Asia Tenggara .
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Kemerdekaan Singapura adalah contoh nyata dari bagaimana interaksi antarnegara dan kerja sama dapat menghasilkan hasil yang positif dalam konteks politik internasional. Dukungan Indonesia terhadap kemerdekaan Singapura tidak hanya mencerminkan solidaritas regional, tetapi juga merupakan cerminan dari prinsip-prinsip liberalisme dalam hubungan internasional. Melalui diplomasi dan dukungan moral, Indonesia membantu Singapura mencapai kemerdekaannya, yang pada gilirannya memperkuat hubungan bilateral antara kedua negara. Kisah ini menjadi bukti bahwa kerja sama antarnegara, ketika dilakukan dengan semangat saling mendukung, dapat membawa pada perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran yang lebih besar di kawasan .
Referensi:
Ricklefs, M. C. (2008). A History of Modern Indonesia. Stanford University Press.
Taylor, J. G. (2003). Indonesia: Peoples and Histories. Yale University Press.
ADVERTISEMENT
Turnbull, C. M. (2009). A History of Modern Singapore, 1819-2005. NUS Press.
Kahin, G. M. (1952). Nationalism and Revolution in Indonesia. Cornell University Press.
Nye, J. S. (2002). Understanding International Conflicts: An Introduction to Theory and History. Pearson.
Acharya, A. (2009). Constructing a Security Community in Southeast Asia: ASEAN and the Problem of Regional Order. Routledge.
Tarling, N. (1992). The Cambridge History of Southeast Asia: From World War II to the Present. Cambridge University Press.
Suryadinata, L. (1996). Indonesia's Foreign Policy under Suharto: Aspiring to International Leadership. Times Academic Press.
Roberts, C. (2012). ASEAN Regionalism: Cooperation, Values and Institutionalization. Routledge.
Weatherbee, D. E. (2016). International Relations in Southeast Asia: The Struggle for Autonomy. Rowman & Littlefield.
ADVERTISEMENT
Subritzky, J. (2000). Confronting Sukarno: British, American, Australian and New Zealand Diplomacy in the Malaysian-Indonesian Confrontation, 1961–5. Springer.