Bertemu Penyelamat Telur Penyu Langka

Harry Siswoyo
Menulis, pecandu kopi hitam dan penyuka gunung, pantai dan hutan
Konten dari Pengguna
30 Mei 2019 12:04 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harry Siswoyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Malam menuju sahur ketika kawanan ombak berbuih menyeret pendar bulan purnama ke tepian pantai. Di antara remang itu, Sutanak bergegas menggulung pukat atau jaring ikannya. Namun sial, ia pun memaki laut karena tak ada satu pun ikan yang bisa dibawanya pulang.
ADVERTISEMENT
"Cuma dapat sampah," gerutu Sutanak. Jaring puluhan meter yang ditambatnya di tengah laut beberapa jam lalu rupanya hanya melekat beberapa bangkai kepiting dan ranting.
Sutanak, adalah warga Desa Retak Ilir, Kabupaten Muko Muko, Provinsi Bengkulu. Di malam itu kami bertemu dengannya saat ia sedang bersembunyi dalam gelap bersama pukat yang terentang puluhan meter ke tengah laut. Bermodal celana kolor butut dan baju bertangan buntung, ia sendirian mengadang ombak.
Sisa jejak penyu yang mendarat di tepian Pantai Air Dua Kabupaten Muko Muko Bengkulu/Harry Siswoyo
Lelaki bertubuh tegap ini menggantungkan hidup dari anyaman nilon pukat untuk mengais ikan. Namun di lain waktu, ia adalah satu dari belasan pemburu telur penyu langka yang mendarat di sepanjang tepian pantai barat Kabupaten Muko Muko, Bengkulu.
Kami cukup beruntung ia mau bercengkrama mengenai lakon 'haramnya' mencuri telur penyu. Sebab, beberapa lainnya yang berlindung di balik pekat malam di bibir pantai, malah memilih berlari ketika kami menyambanginya pekan lalu.
ADVERTISEMENT
"Sudah sejak tahun 1997 saya berburu telur katung (penyu)," ujar Sutanak sembari menyusun gulungan pukat basahnya ke dalam sebuah karung plastik. Ia pun sempat menunjukkan kepada kami tempat di mana gundukan pasir yang beberapa waktu lalu dikeruknya. "Tapi telur katung tidak bisa dijadikan andalan pendapatan. Sesekali saja," tambahnya.

Kawanan Pemburu

Kawanan tukik yang baru dilepasliarkan ke laut oleh Komunitas Pelestari Penyu di Muko Muko/Harry Siswoyo
Di sepanjang pantai Kabupaten Muko Muko, sejak lama memang terkenal sebagai surganya penyu bertelur. Namun memang sayangnya perhatian pemerintah setempat masih begitu minim akan keberadaan hewan yang menjadi penjaga laut dan ekosistem itu.
Karena itu jualah, perburuan telur penyu langka masih menjadi salah satu aktivitas yang subur di musim penyu mendarat. "Biasanya paling banyak dari bulan Maret sampai Agustus," ujar Sutanak.
ADVERTISEMENT
Menurut Edi Suswanto, Ketua Kelompok Pencinta Alam Konservasi Penyu Muko Muko (KPA KPM), sindikat pemburu telur penyu langka jumlahnya berkisar 11 orang. Seluruhnya adalah warga lokal dan merupakan pemain lama, yang sudah beberapa kali bersinggungan dengan mereka.
Telur penyu yang telah menetas di penangkaran/Harry Siswoyo
"Sudah sering kami nyaris berkelahi karena memperingatkan mereka. Tapi kini, kami memilih persuasif saja. Siapa nanti yang bertanggung jawab dengan kami kalau ada apa-apa," ujar Edi yang sudah sejak tahun 2015 menjadi penangkar penyu di Desa Pulau Baru Muko Muko bersama warga setempat.
Edi sudah beberapa kali mengajukan permohonan kepada pemerintah setempat untuk membuatkan papan larangan untuk mengambil telur penyu di beberapa bibir pantai yang kerap didatangi penyu. Namun sayangnya, harapan itu tak digubris.
ADVERTISEMENT
Perburuan telur penyu pun bak mendapat jalan terang. Apalagi diperkuat dengan kesalahan pemahaman warga, bahwa jikalau penyu bertelur bukan di zona konservasi, maka itu adalah milik bersama. "Kami bisa apa lagi. Kami bukan penegak hukum yang bisa menangkapi warga," ujar Edi dengan keluh.
Edi Suswanto beserta istrinya di rumah penangkaran penyu langka milik mereka di Desa Pulau Baru Muko Muko/Harry Siswoyo
Karena itulah, Edi bersama beberapa anggotanya akhirnya memutuskan untuk ikut 'berburu' telur penyu juga. Dengan harapan, bisa meminimalisir jumlah telur penyu yang lolos ke tangan pemburu.
Perjuangan bapak satu anak ini pun tak sia-sia. Meski tertatih-tatih dalam hal pendanaan. Lelaki yang sehari-hari berprofesi sebagai pemilik bengkel motor ini cukup membuahkan hasil.
Total, dari tahun 2015 hingga Mei 2019 ada 14.368 butir telur penyu berhasil diselamatkan, mulai dari jenis penyu hijau (chelonia mydas), sisik (eretmochelys imbricata), lekang (lepidochelys olivacea), dan penyu belimbing (dermochelys coriacea) berhasil diselamatkannya.
ADVERTISEMENT
"Ada sekitar 10.107 butir telah menetas, dan sebagian besarnya telah dilepasliarkan kembali," ujarnya.
Edi Suswanto, Ketua KPA KPM yang menyelamatkan ribuan penyu langka di Kabupaten Muko Muko Bengkulu/Harry Siswoyo
Malam itu jua, di tepian pantai lembab dan bulan yang mulai beringsut ke ufuk Timur. Kami mengakhiri perburuan telur penyu yang didampingi Edi dan anggota KPA KPM.
Di sepanjang 8 kilometer bibir pantai dari Desa Pulau Baru hingga ke Retak Ilir, tempat di mana kami bertemu Sutanak dan beberapa pemburu lain bersembunyi dalam gelap, hanya tersisa jejak kaki dan bekas ban motor.
"Ini bukan pekerjaan mudah. Tapi kalau bukan kita, siapa lagi yang menyelamatkan penyu," ujar Edi. Sekeping bintang tergelincir di atap langit. Kami yang malam itu sengaja meluncur lebih dari 125 kilometer dari Kota Bengkulu ke Ipuh Muko Muko untuk ikut berpatroli penyu, ikut menaruh harap untuk perjuangan Edi dan kawan-kawannya.
ADVERTISEMENT