Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Teater: Budaya yang Terancam Punah Karena Kemajuan
14 Desember 2020 11:09 WIB
Tulisan dari Harun Al Aziz tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sejarah Teater di Indonesia
ADVERTISEMENT
Teater merupakan jenis seni pertunjukan yang dipentaskan di atas panggung. Teater merupakan budaya nusantara yang ada sejak lama, ada mulanya Teater di Indonesia digunakan sebagai bentuk pemujaan terhadap roh nenek moyang dengan keyakinan animisme dan dinamisme yang sangat melekat pada budaya Indonesia di masa lampau. Karim achmad berpendapat bahwa zaman Hindu merupakan ujung tombak sejarah seni Teater di Indonesia dengan indikasi penggunaan Teater pada beberapa upacara adat yang dilakukan.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu Teater di Indonesia memiliki perubahan fungsi sesuai dengan perkembangan zaman. Masyarakat mulai mengembangkan seni Teater dan berusaha melepaskan Teater dari upacara adat menjadi sebuah karya seni yang bebas. Beberapa contoh Teater tradisional di Indonesia di antaranya adalah drama Gong, Ludruk, Wayang Kulit, Ubrug, Ketoprak dan masih banyak yang lainnya.
Teater dan Problematika dilematisnya dengan perkembangan zaman
Terancamnya Teater sebagai karya seni pertunjukan masyarakat tak lepas dari meningkatnya industri perfilman di tanah air. Berdasarkan data dari Cinema 21, pada tahun 2019 saja penonton film tak kurang dari 27 juta penonton. Berbanding terbalik dengan data tersebut, jumlah peminat dari Teater hanya mencapai ribuan bahkan tak mencapai angka jutaan layaknya industri film.
ADVERTISEMENT
Penulis ingat betul bagaimana semasa duduk di bangku Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama masih sering melihat pertunjukan Teater pada masa-masa kenaikan kelas ketika sekolah mengadakan sebuah acara untuk merayakan momen tersebut. Namun lain halnya dengan masa kini, masyarakat lebih gemar menggunakan media film sebagai bentuk pertunjukan untuk dapat ditonton bersama dan lagi-lagi Teater harus tersingkirkan serta terancam hanya akan menjadi bagian dari pembelajaran sejarah.
Nilai historis dan budaya yang menjadi ciri khas kondisi suatu bangsa pada Teater dinilai sangat disayangkan untuk perlahan punah. Kondisi tersebut tentu tak lepas dari minimnya kontribusi pemerintah baik daerah maupun pusat kepada budaya-budaya lokal dan berfokus saja pada kemajuan infrastruktur, teknologi dan ekonomi hingga mengabaikan budaya sendiri. Kini budaya lokal terhitung beberapa mulai turun ke jalan-jalan untuk mempertahankan eksistensi mereka serta mencari pundi-pundi belas kasih dari tuan dan puan agar seniman jalanan tersebut dapat bertahan hidup dan melanjutkan tonggak budaya yang diwariskan oleh nenek moyang mereka.
ADVERTISEMENT
Lain halnya dengan bioskop yang ramai di berbagai penjuru bangsa, pemerintah seakan acuh kepada karya seni nusantara yang ada dan tak cukup memberikan fasilitas yang memadai untuk para pekerja seni mendedikasikan diri pada sesuatu yang telah mereka warisi. Oleh sebab yang demikian itu kini para seniman Teater mencoba bertahan hidup dengan cara lain di luar seni yang kerap disebut onani bagi para pekerja seni dimana para seniman yang bergelut di dunia seni harus berkecimpung dengan pekerjaan lain di luar kesenian demi mencukupi perut dirinya serta anggota keluarga yang ada.
Polemik mengenai kebudayaan memang pernah terjadi sebelum masa kemerdekaan bangsa Indonesia antara Sutan Takdir Alisjahbana dan Sanusi Pane dan kawan-kawan. Pada kejadian tersebut kedua belah pihak saling balas gagasan melalui karya mereka tentang arah bangsa Indonesia akan dibawa kepada modernitas yang membawa kemajuan atau mempertahankan serta mengembangkan budaya yang telah diwariskan nenek moyang selama ratusan tahun demi identitas bangsa Indonesia itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Pada satu sisi Indonesia memang sangat butuh kemajuan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan persaingan di kancah internasional. Namun alangkah baiknya jika kemajuan yang terjadi diiringi dengan terjaganya budaya dan nilai-nilai lokal nusantara yang telah diwarisi selama ratusan tahun oleh nenek moyang bangsa Indonesia ini sendiri.
Kemajuan yang pesat seharusnya memberikan kemudahan akses dan opsi yang lebih banyak kepada masyarakat untuk memilih dan mengembangkan segala aspek budaya yang mereka nikmati dan tak hanya berpihak kepada salah satu sisi yang lebih menguntungkan dari segi komersil.
Pemerintah sebaiknya selain memperhatikan kemajuan teknologi, juga memperhatikan bagaimana cara menjaga dan melestarikan budaya yang selama ini ada dengan memperhatikan aspek-aspek dasar seperti kondisi para seniman, tempat mereka untuk berkarya, ruang gerak yang lebih luas di masyarakat serta bekerja sama dengan para pekerja seni untuk membangun infrastruktur pelestarian budaya agar dapat diterima dan dinikmati banyak masyarakat juga.
ADVERTISEMENT
Budaya yang telah diwariskan dan jadi bagian dari sejarah panjang bangsa ini tak bisa dibiarkan punah karena harus menyerah dengan keadaan dan segala terpaan. Oleh sebab itu maka pemerintah seharusnya memberi waktu dan tempat bagi pekerja seni untuk menampilkan karya seni mereka dalam seni pertunjukkan ini pada waktu dan tempat yang terstruktur dan direncanakan agar anak cucu kita kelak masih dapat melihat secara langsung bagaimana seni pertunjukan Teater ini dimainkan dan bukan hanya mengetahui dari sebuah bacaan.