Anakku, Dalam Namamu, Ada Namaku

HS Syafa
Ayah yang nyambi jadi diplomat. Pemerhati isu Islam, Politik dan Timur Tengah.
Konten dari Pengguna
28 November 2019 17:11 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari HS Syafa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kelahiran bayi.                            sumber foto : https://www.flickr.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kelahiran bayi. sumber foto : https://www.flickr.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nama ayah harus ada dalam setiap nama anak yang baru lahir. Pelajaran ini yang saya dapat dari Mesir.
ADVERTISEMENT
Tidak lama setelah saya tiba di Mesir pada bulan Agustus 2014, putra kedua saya lahir di kota Cairo. Setelah lahiran, sebagaimana lazimnya di Indonesia, saya harus urus akta kelahiran Mesir sebelum bisa dapatkan surat keterangan lahir dari KBRI.
Berangkatlah saya dengan ammu Faruq, biasa kita memanggil, driver KBRI, ke kantor catatan sipil daerah Manial. Daerah di mana Rumah Sakit anak kami dilahirkan.
Di kantor catatan sipil, yang menurut saya jauh lebih sederhana dibanding kantor kelurahan di Jakarta, saya mendaftarkan anak saya.
Dengan geleng-geleng kepala, petugas menolak usulan nama anak saya. “eh dza, dzi murakkab, maa yanfa’as” (kenapa ini lebih dari satu kata, tidak boleh)," kata petugas catatan sipil kepada saya.
ADVERTISEMENT
Dalam hati saya, ya terserah saya dong. Anak-anak sendiri, kasih nama ya suka-suka dong mau kasih nama apa.
Ternyata di Mesir, nama anak itu harus satu kata, karena kata kedua itu untuk nama ayah, dan kata ketiga untuk nama kakek. Jadi misalnya ada anak namanya Ahmad Muhammad Ibrahim. Itu berarti, Ahmad adalah nama si anak, Muhammad nama ayah si anak, dan Ibrahim nama kakeknya.
Muhammad Salah, pemain bola top asal Mesir juga sama. Dengan mudah kita bisa tahu. Muhammad adalah namanya dan Salah adalah nama ayahnya.
Dengan ngeyel, saya sampaikan bahwa anak saya hanya numpang lahir saja. Dia tidak akan minta kewarganegaraan Mesir. Dia akan balik ke Indonesia kalau tugas saya sudah selesai.
ADVERTISEMENT
Saya jelaskan pula di Indonesia nama itu bisa panjang kayak kereta api, atau hanya terdiri dari satu huruf.
Setelah negosiasi yang cukup alot, akhirnya saya dapat juga akte ala Mesir. Meski akhirnya saya juga kompromi. Memasukkan nama saya ke dalam nama anak saya. Akte sementara beserta nomor registrasi ditulis manual. Tidak pakai komputer atau diketik. Dari situ saya bisa dapat akte versi elektronik melalui kantor polisi terdekat.
Kenapa harus kantor polisi? Karena ternyata kantor polisi di Mesir tidak hanya dipakai untuk bikin SKCK (Surat Keterangan Catatan Kelakuan) seperti Indonesia, tapi juga dipakai untuk urus akte, surat keterangan kematian, KTP, dll.
ADVERTISEMENT
Soal nama yang harus satu kata. Saya tanya-tanya orang Mesir, memang aturan itu ternyata dikeluarkan Kementerian Dalam Negeri Mesir.
Di Mesir, dengan alasan keamanan, nama tidak boleh lebih dari satu kata, tidak boleh ambil nama-nama orang top, nama yang artinya jelek, atau nama yang bertentangan dengan agama.
Memang aneh bagi kita. Tapi ada positifnya juga aturan itu. Paling tidak, nama anak tidak bisa jadi bahan bully teman-teman sekolahnya kalau sudah sekolah.
Termasuk nama yang dimaksudkan diambil dari nama-nama Islam, tapi salah. Abdul rasul (hamba rasul) misalnya, tidak boleh. Karena dalam Islam, menghamba itu harus kepada tuhan (Abdullah), bukan ke rasul.
Ada positifnya. Meski saya merasakan juga kurangnya kreativitas dalam memberikan nama. Banyak sekali nama yang sama yang membedakan adalah kata kedua. Karena itu nama ayahnya. Kalau kata kedua sama, berarti yang membedakan kata ketiga, karena itu nama kakeknya.
ADVERTISEMENT
Orang Mesir suka memberi nama anaknya dengan nama Ahmad atau Muhammad. Barangkali itu bagian dari ekspresi kecintaan masyarakat Mesir terhadap Nabi Muhammad SAW.
Tapi bukannya juga ada tradisi yang sama di Indonesia. Beberapa suku punya kebiasaan yang sama. Umumnya memasukkan nama keluarga besar atau marga. Suku Batak yang pasti kuat dengan tradisi ini.
Meski trennya saat ini, nama anak pasti ada gabungan ayah bundanya. Mungkin itu cara para orang tua zaman sekarang. Setidaknya menghargai "ikhtiar" atau kerja keras bersama.
Akhirnya, meski harus ngurus akte dengan ngeyel-ngeyel dikit, akhirnya dapat juga surat keterangan lahir dari dukcapil Cairo. Alhamdulillah, nak, sekarang, namaku ada dalam namamu.
Setelah itu, tinggal ke dukcapil Jakarta. Kira kira dipersulit nggak ya?
ADVERTISEMENT