Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Mana yang Benar, Silaturahmi atau Silaturahim?
24 November 2019 19:44 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari HS Syafa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Jadi mulai besok jangan bilang silaturahmi, yang benar itu silaturahim”, demikian kata seorang ustaz dalam suatu pengajian yang saya ikuti.
Alasan ustaz itu sederhana. Kata silaturahmi itu bukan bahasa Arab, melainkan bahasa Indonesia. Dan di Arab tidak dikenal silaturahmi, yang ada silaturahim.
ADVERTISEMENT
Kutipan ceramah ustaz tersebut kembali terbesit di pikiran saya saat penugasan di Mesir. Ada kejadian unik yang membuat saya punya pemahaman baru atas kata itu.
Suatu saat, saya minta staf saya, orang Mesir, untuk atur pertemuan dengan salah seorang mitra saya di Mesir. Saya bilang, “Tolong diaturkan pertemuan ya. Saya orang baru, mau silaturahim.”
Dia bingung, “Silaturahim? Maksudnya ketemu?" Ditanya seperti itu saya justru bertanya kenapa? Apa yang salah dengan silaturahim?
Kemudian dia jelaskan. Di Mesir, silaturahim itu untuk sesama keluarga. Bukan untuk pertemuan biasa atau bisnis seperti yang saya minta.
Dari kejadian itu, saya jadi paham bedanya dua istilah tersebut.
Silaturahim, yang berasal dari dua kata. Sillah (hubungan) dan rahim (kasih sayang), hubungan kasih sayang karena kekeluargaan. Rahim yang artinya juga tempat janin, menunjukkan kedekatan. Secara umum dapat diartikan hubungan yang dilandaskan kasih sayang persaudaraan.
ADVERTISEMENT
Sementara silaturahmi yang sudah menjadi kata baku, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan tali persahabatan dan persaudaraan.
Di sini perbedaannya, kita memahami silaturahmi yang belakangan dianggap kurang asli Arab, tidak terbatas hanya kepada keluarga. Ketemu teman ya silaturahmi, ketemu tetangga ya silaturahmi. Ketemu siapa saja ya bisa disebut silaturahmi. Ngopi bareng ya silaturahmi.
Sementara di Mesir, tempat penutur asli berbahasa Arab, silaturahim itu maknanya beda. Hanya terbatas keluarga.
Jadi, silaturahmi di Indonesia sudah menjadi istilah Indonesia. Punya arti khas Indonesia. Tidak bisa disalahkan dan dianggap tidak sesuai dengan bahasa Arab. Kenapa? Karena kata yang kita serap dari bahasa Arab tersebut, sudah mengalami perluasan makna.
Ternyata, kata yang diserap dari bahasa Arab ada yang mengalami penyempitan dan perluasan.
ADVERTISEMENT
Seperti kata kitab misalnya, di Arab berarti buku. Buku apa saja. Sementara di Indonesia, maknanya menyempit, kitab hanya sebatas buku buku yang berkaitan dengan buku agama.
Ada juga kata yang maknanya sama seperti aslinya. Muqoddimah (mukaddimah) contohnya, baik di Arab dan di Indonesia artinya sama, pembukaan atau pendahuluan.
Perluasan dan penyempitan adalah bagian dari dinamika bahasa sesuai dengan konteks dan kebutuhan. Itulah kenapa para ahli linguistik mengatakan bahwa bahasa itu adalah kesepakatan. Kesepakatan yang naik turun sesuai kebutuhan dan perkembangan penggunaan bahasa.
Bahkan, di Indonesia, terdapat istilah Arab yang di Arab justru tidak dikenal peggunaannya di negeri Arab. Contohnya halal bihalal.
Kembali ke silaturahim dan silaturahmi. Kalau kita mau pakai istilah silaturahmi silakan. Mau menggunakan silaturahim juga silakan. Karena masing masing ada dasarnya. Asal maksudnya ya sama, yaitu menyambung tali persaudaraan atau pertemanan dengan siapa saja.
ADVERTISEMENT
Jadi, silakan dipakai yang nyaman dan sesuai. Tidak perlu saling menyalahkan. Apalagi hanya ribut soal istilah, yang paling penting, jangan memutuskan tali silaturahim, eh maksudnya silaturahmi.