Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengapa Mereka Mencintai Soekarno dan Nasser
8 Desember 2019 16:01 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari HS Syafa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Soekarno dan Gamal Abdel Nasser selalu punya tempat spesial di hati masyarakat Indonesia dan Mesir. Bagi orang yang suka membaca sejarah Indonesia dan Mesir, pasti nama Soekarno dan Nasser sudah tidak asing lagi. Keduanya adalah pemimpin yang dikenal sebagai bapak pendiri bangsa (founding fathers).
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanan kedua bangsa, keduanya juga dicintai oleh rakyatnya. Ketokohannya, perjuangannya serta pemikiran keduanya selalu dikaji banyak orang. Baik dalam bentuk tulisan ilmiah dan fiksi.
Sudah tidak terhitung jumlah skripsi, tesis dan disertasi doktoral yang membahas kontribusi keduanya untuk Mesir dan Indonesia.
Kali ini, secara sederhana, saya ingin membahas faktor-faktor yang membuat mereka begitu dicintai.
Setidaknya terdapat tiga hal yang membuat kedua pemimpin ini begitu dicintai rakyatnya.
Pertama, kedua pemimpin ini punya perhatian yang sama terhadap rakyat kecil. Keberpihakannya terhadap rakyat kecil menjadi ciri khas dari kebijakannya.
Sebagai contoh, Nasser, menurut intelektual Mesir Rabab Al Mahdi, selalu mengedepankan pendekatan kebijakan pro rakyat antara lain dengan kebijakan distribusi kekayaan melalui reformasi agraria dan nasionalisasi. Meski mendapatkan pertentangan dari kelompok bangsawan Mesir, kebijakannya ini mampu mengangkat jutaan petani di Mesir dari garis kemiskinan.
ADVERTISEMENT
Sementara Soekarno dekat dengan pemikiran ekonomi politik Marhaenisme. Sebuah pandangan yang menolak liberasi ekonomi. Marhaenisme Soekarno adalah pemikiran yang menekankan pentingnya hadirnya negara dalam setiap sendi kehidupan, khususnya yang menyangkut kepentingan rakyat banyak.
Kedua, kehidupan keduanya sederhana apabila dibandingkan dengan pemimpin yang sejaman dengannya.
Komunikasi keduanya dengan rakyat dikenal hangat dan akrab. Ini bukan tanpa sebab. Keduanya berasal dari keluarga sederhana, yang membuat mereka secara alami dekat dengan rakyat.
Dalam sebuah cerita salah seorang Dubes senior, diceritakan bahwa suatu saat Bung Karno pernah memanggilnya ke kamarnya saat berkunjung ke luar negeri. Tentu saja semua kaget, karena ternyata Bung Karno sedang menjahit sendiri bagian dari pakaiannya yang sobek.
Pemandangan yang mungkin saat ini sulit kita temui.
ADVERTISEMENT
Ketiga, baik Soekarno dan Nasser memiliki kesamaan pandangan mengenai pentingnya kemerdekaan negara-negara yang saat itu berada di bawah penjajahan.
Karena bagi keduanya, semua negara memiliki hak untuk menjadi negara merdeka dan berdaulat.
Bung Karno dalam salah satu pidatonya di depan Sidang Umum PBB tahun 1960 yang berjudul "Membangun Dunia yang Baru" (To build the world a new), menyampaikan, bahwa sesungguhnya setiap negara yang baru lahir pasti memiliki kemerdekaan dan kedaulatan.
Kegigihan keduanya untuk mendorong kemerdekaan negara-negara yang masih berada di bawah penjajahan. Keduanya, bersama sama dengan pemimpin dunia lainnya, menginisiasi berbagai forum antara lain Konferensi Asia Afrika 1955 dan Gerakan Non Blok 1961.
Jadi, tidak heran kedua pemimpin bangsa ini selalu punya tempat di hati masyarakat Indonesia dan Mesir.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini bersumber dari artikel yang saya tulis dalam bahasa arab saat saya bertugas di Mesir dan dimuat oleh harian nasional Mesir Youmsaabi’. Berikut linknya: http://www.youm7.com/2074517.