Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ramai-ramai soal Ucapan Selamat Natal
6 Desember 2019 19:15 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari HS Syafa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ternyata di Mesir, tradisi mengucapkan selamat justru dilakukan dan dicontohkan oleh pemuka agama.
ADVERTISEMENT
Setiap awal atau pertengahan bulan Desember, biasanya akan muncul berbagai postingan, dan sharing di media sosial kita soal hukum mengucapkan selamat Natal bagi muslim kepada pemeluk Kristen/Katolik yang merayakan.
Umumnya, edaran larangan itu diikuti oleh dalil-dalil pendukung mengenai alasan di balik pelarangan tersebut. Pro kontra pun kemudian muncul.
Biasanya, poin perdebatannya adalah apakah mengucapkan Natal itu, bagi muslim, merupakan isu teologis atau sosiologis?. Berpengaruh pada keimanan atau tidak? Bentuk toleransi atau bukan?.
Untuk isu ini, Indonesia bisa mencontoh Mesir. Di Mesir perdebatan soal boleh tidaknya ucapkan selamat Natal, meskipun ada, tapi tidak terlalu dibesar-besarkan seperti di Indonesia.
Padahal, Mesir merupakan pusat dari Kristen Koptik. Kurang lebih 10% dari 100 juta penduduk Mesir adalah pemeluk Kristen Koptik dan merupakan komunitas Kristen terbesar di Arab.
ADVERTISEMENT
Kristen Koptik ini beda dengan Kristen atau Katolik yang biasa dikenal di Indonesia. Mereka punya “paus” sendiri, tidak ikut pemeluk Kristen/Katolik pada umumnya yang berkiblat ke Vatikan. Mereka jauh lebih tua dari Vatikan. Mereka juga merayakan Natal, tapi tidak pada 25 Desember, melainkan setiap tanggal 7 Januari.
Ada tradisi yang unik setiap perayaan Natal Koptik. Grand Syaikh Al Azhar, pemimpin tertinggi Al Azhar dan simbol tertinggi otoritas agama Islam di Mesir, selalu datang ke gereja perayaan Natal Koptik.
Ucapan selamat dari Grand Syaikh Al Azhar disampaikan dalam konferensi pers bersama sesaat sebelum perayaan Natal. Setelahnya, Grand Syaikh akan meninggalkan gereja dan barulah perayaan Natal dimulai.
Kebiasaan dari tahun ke tahun seperti ini sejalan dengan fatwa Darul Ifta’ Mesir (otoritas fatwa di Mesir) mengenai ucapan selamat Natal.
ADVERTISEMENT
Darul Ifta Mesir berpendapat bahwa bagi Muslim mengucapkan ucapan selamat Natal hukumnya boleh dan tidak ada larangan. Khususnya apabila dilakukan kepada saudara, kerabat, dan tetangga. Ini dianggap sebagai sebuah kebaikan, yang tentunya dicintai Allah SWT.
Jadi bagi ulama-ulama di Mesir, mengucapkan selamat Natal, bukanlah isu teologis, melainkan isu hubungan antar sesama manusia.
Pengalaman Mesir sebenarnya sama dengan Indonesia. Sama seperti Mesir, Indonesia juga negara dengan keragaman suku, agama dan bahasa. Bukankah selama ini kebiasaan saling mengucapkan selamat di hari raya sudah biasa dilakukan? Dan itu dilakukan dalam rangka saling menghargai masing-masing.
Jadi, bagi kamu yang masih bingung dengan hukum mengucapkan selamat Natal, kiranya fatwa dari ulama Mesir dan pengalaman Mesir ini bisa menjadi referensi kamu dalam menentukan sikap.
ADVERTISEMENT