Totalitas Berkhidmat di Pertanian

Harvick Hasnul Qolbi
Wakil Menteri Pertanian RI
Konten dari Pengguna
26 Desember 2022 14:38 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harvick Hasnul Qolbi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Harvick Hasnul Qolbi saat dilantik sebagai Wakil Menteri Pertanian RI oleh Presiden Joko Widodo. Dok: Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Harvick Hasnul Qolbi saat dilantik sebagai Wakil Menteri Pertanian RI oleh Presiden Joko Widodo. Dok: Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Desember ini, tepat dua tahun saya oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) diamanahi pekerjaan dengan tanggung jawab yang cukup besar, menjadi orang nomer dua di Kementerian Pertanian. Amanah yang setelah saya jalani dengan tekun, cermat, telaten, dan sepenuh jiwa, menghantarkan saya pada kesimpulan bahwa ini bukan tugas biasa. Ini justru tugas mulia dan berat, karena berkorelasi langsung pada dua aspek, pertama, kesejahteraan Wong Tani, dan kedua, adalah urusan pangan rakyat.
ADVERTISEMENT
Belakangan, Presiden Jokowi kerap mewanti-wanti bahwa tahun 2023 akan sangat menantang. Para pimpinan IMF juga memberikan peringatan bahwa tahun depan ekonomi dunia akan gelap gulita. Secara spesifik, Presiden Jokowi menitikberatkan pada dua hal, pertama, krisis pangan, dan kedua, krisis energi. Hal yang pertama tersebutlah yang konsentrasi kita.
Dalam blusukan saya dari Sabang sampai Merauke, kita terbantu banyak oleh kesadaran yang cukup holistik dari teman-teman kepala daerah, yang kini tengah gencar menggalakkan Kemandirian Pangan dan juga Pengendalian Inflasi Pangan. Artinya, lilin-lilin di daerah terus menyala, sebagai sinyal positif bahwa dalam rangka mengantisipasi krisis pangan, kita sudah menyiapkan aneka langkah.
Tak terkecuali pula ikhtiar untuk menemukan pangan alternatif, yang belakangan kerap didorong oleh Presiden Jokowi dan menjadi konsentrasi kami juga, yakni produksi sorgum sebagai komoditas pangan alternatif dalam jumlah yang besar. Di sejumlah daerah yang saya kunjungi, semangat ini terus kita tularkan, dan gayung bersambut dengan gotong royong oleh masyarakat tani kita.
ADVERTISEMENT
Oleh karena kebutuhan produksi kita yang besar, ditambah hajat yang juga besar dalam hal pengemasan dan pemasaran, maka regenerasi petani juga turut menjadi konsentrasi. Presiden menitipkan kepada kami untuk menggerakkan para petani berdasi, dan koperasi yang membentuk korporasi. Artinya, inovasi dari petani muda kita sangat dibutuhkan. Bukan hanya pada proses budidaya atau on farm, namun juga juga proses packaging (pengemasan) dan pemasarannya, yang kerap disebut off farm. Dalam istilah saya, sampai menjadi "produk meja".
Dalam konteks produksi dan budidaya, kita terus menanam. Setiap wilayah kita dorong tanam tiga. Bisa dengan skema tanam padi dua kali, dan kali ketiga adalah jagung. Secara simbolik, beberapa daerah yang saya kunjungi bahkan dengan bersemangat menggalakkan "Gerakan Aksi Menjaga Pangan".
Wakil Menteri Pertanian RI, Harvick Hasnul Qolbi saat melakukan panen jagung di Kabupaten Dairi. Dok: Pribadi
Dan agar ini menjadi gerakan kolektif, ikhtiar sinergi terus kita lakukan. Baik bersama kepala daerah, maupun instansi lain agar ikut melek dan turut serta menjaga pangan. Secara berkala kami terus melakukan ikhtiar kerjasama, baik dengan Panglima TNI, KASAD, KASAL, KASAU, dan lain-lain. Kita mencoba menyelaraskan misi, bahwa kedaulatan nasional akan terwujud, salah satunya jika urusan pangan rakyat juga berdaulat.
ADVERTISEMENT
Upaya stimulasi juga terus dilakukan, dengan memberikan bantuan, subsidi, dan juga fasilitasi alat dan mesin pertanian, agar aktivitas produksi kita semakin efisien dan modern. Oleh karena itu kita tak pernah ragu untuk menjangkau wilayah-wilayah terjauh dan terluar, agar apa yang menjadi amanat Presiden, dirasakan secara merata.
Presiden terus berpesan bahwa semangatnya harus Indonesia sentris, bukan Jawa sentris, atau wilayah sekitaran pulau Jawa saja. Pesan itulah yang terus kami pedomani, dalam rangka menentukan wilayah-wilayah untuk kita berikan sentuhan lebih awal. Dan yang membahagiakan, dalam setiap kunjungan yang kami lakukan, kami menerima masukan dan keluhan, tapi tak ada kami temukan satu orang petani pun yang putus asa. Mereka tak pernah padam, meski dalam situasi yang sulit dan unpredictable sekalipun.
ADVERTISEMENT
Struktur di Kementerian Pertanian juga tergolong struktur yang mapan, karena masing-masing Direktorat Jenderal dan Badan rata rata punya kaki dan tangan di daerah. Penyuluh kita pun tersebar hingga ke desa-desa. Kapabilitas ASN-nya pun tergolong premium, dengan banyaknya para doktor yang menguasai bidangnya, dan memiliki konstrasi pada apa yang mereka tekuni dan jalankan sebagai tugas. Mulai dari ahli mekanisasi pertanian, ahli kebijakan pertanian, analis, sampai dokter hewan. Artinya, sumberdaya kita sangat besar.
Hanya saja, PR (Pekerjaan Rumah)-nya adalah diperlukan kepemimpinan atau leadership yang menginspirasi, dan menggugah kesadaran kolektif bahwa tugas yang tengah mereka jalankan adalah tugas mulia, karena mengurus, menata, dan membela kaum tani, serta memastikan pangan rakyat terpenuhi secara baik bibit dan bobotnya.
ADVERTISEMENT
Kepemimpinan yang diharapkan tidak cukup hanya semacam manajer atau CEO perusahaan. Tapi kepemimpinan yang mengadirkan jiwa pada setiap derap langkah dan denyut nadinya. Kepemimpinan yang mendatangkan "collective awareness" bahwa yang tengah dikerjakan ini selain punya bobot tugas keduniaan, juga bernilai pahala di sisi Tuhan.
Bagaimana caranya? Jawabannya adalah, totalitas dalam berkhidmat. Tak bisa setengah-setengah. Presiden berpesan, ayo kerja kerja dan kerja. Bukan kerja, lalu liburan. Bukan kerja, lalu karaokean. Bukan kerja, lalu kongkow-kongkow ria, sementara petani kita bersimbah peluh hingga kering kembali keringatnya. Mereka menanti bukan hanya kehadiran, namun juga kebijakan yang berpihak. Mereka menanti bukan hanya bantuan yang sifatnya temporer, namun juga legacy yang bisa dirasakan dalam jangka yang panjang.
ADVERTISEMENT
Alhasil, dalam momentum refleksi akhir tahun ini, saya mengajak semua pihak untuk turut menjiwai tugas mulia ini. Memantik kesadaran kolektif kita bahwa kelangsungan kehidupan bangsa kita, salah satunya ditentukan oleh baik-buruknya pertanian kita. Karena itu lah Almaghfurlah Kiai Hasyim Asy'ari pernah berucap; "Pak Tani Penolong Negeri". Maka membela petani, membela negeri. Membangun pertanian, membangun negeri.
Oleh:
Harvick Hasnul Qolbi
Wakil Menteri Pertanian RI