Konten dari Pengguna

Ekonomi Surabaya: Tantangan dan Peluang di Tengah Perubahan Global

Harvinda Rachma Ajeng Fitriana
Mahasiswa Universitas Airlangga Program Studi D4 Manajemen Perkantoran Digital
26 Desember 2024 17:18 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harvinda Rachma Ajeng Fitriana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dinamika Ekonomi (Sumber: canva.com)
zoom-in-whitePerbesar
Dinamika Ekonomi (Sumber: canva.com)

1. Peran Strategis Surabaya dalam Ekonomi Regional

ADVERTISEMENT
Sebagai ibu kota Jawa Timur, Surabaya menjadi pusat perdagangan, jasa, dan logistik. Dengan pelabuhan Tanjung Perak sebagai salah satu yang tersibuk di Indonesia, kota ini berperan penting dalam mendukung distribusi barang ke berbagai wilayah. Surabaya juga menyumbang 14% dari PDRB Jawa Timur, yang menjadikan kontribusinya signifikan terhadap ekonomi provinsi (BPS Jawa Timur, 2023).
ADVERTISEMENT
Namun, posisi strategis ini juga menghadapkan Surabaya pada tantangan berat, seperti persaingan antar-kota di Indonesia dan kawasan ASEAN. Untuk mempertahankan daya saing, Surabaya harus terus berinovasi, terutama dalam sektor logistik dan teknologi.

2. Inflasi dan Ketahanan Ekonomi Lokal

Salah satu isu utama di Surabaya adalah kenaikan harga barang pokok, yang dipengaruhi oleh inflasi nasional dan gangguan rantai pasok global. Inflasi di Surabaya pada 2023 tercatat mencapai 5,5%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional sebesar 4,9% (BPS, 2023). Beberapa penyebabnya adalah
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi ini, pemerintah daerah telah berupaya meningkatkan produksi lokal, terutama di sektor pangan. Namun, keberhasilan strategi ini memerlukan sinergi dengan pelaku usaha dan komunitas lokal.

3. Tantangan dalam Sektor UMKM

UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) adalah tulang punggung ekonomi Surabaya, menyerap lebih dari 70% tenaga kerja lokal. Namun, banyak UMKM menghadapi tantangan berat akibat pandemi COVID-19, seperti penurunan daya beli masyarakat dan keterbatasan akses modal.
Menurut penelitian oleh Arifin et al. (2023) di Journal of Indonesian Economics, hanya sekitar 40% UMKM di Surabaya yang mampu bertahan selama pandemi, dan sebagian besar masih berjuang untuk pulih. Di era digital ini, transformasi teknologi menjadi kebutuhan mendesak bagi UMKM agar dapat bersaing. Namun, tingkat literasi digital yang rendah menjadi hambatan utama.
ADVERTISEMENT
Upaya pemerintah, seperti program Surabaya Smart City, perlu lebih difokuskan untuk mendukung pelatihan dan pendampingan digital bagi UMKM. Dengan meningkatkan akses ke pasar daring, UMKM dapat lebih kompetitif, bahkan di tingkat internasional.

4. Pengangguran dan Tantangan Ketenagakerjaan

Surabaya mencatat angka pengangguran terbuka sebesar 6,8% pada 2023 (BPS, 2023). Salah satu penyebabnya adalah ketidaksesuaian antara keterampilan tenaga kerja dengan kebutuhan pasar. Dalam penelitian oleh Sutanto (2023) di Jurnal Pembangunan Ekonomi Lokal, ditemukan bahwa sektor teknologi dan industri kreatif di Surabaya mengalami kekurangan tenaga kerja terampil, meskipun memiliki potensi besar untuk pertumbuhan.
Kolaborasi antara universitas seperti Universitas Airlangga dengan sektor swasta dapat menjadi solusi, misalnya melalui program magang dan pelatihan berbasis industri. Hal ini akan membantu mengurangi kesenjangan keterampilan dan meningkatkan peluang kerja bagi generasi muda.
ADVERTISEMENT

5. Tantangan Urbanisasi dan Infrastruktur

Surabaya menghadapi tantangan urbanisasi yang pesat, yang memberikan tekanan pada infrastruktur kota, seperti transportasi, perumahan, dan sanitasi. Urbanisasi juga berdampak pada tingginya kebutuhan akan perumahan terjangkau, yang sering kali sulit diakses oleh masyarakat berpenghasilan rendah.
Namun, pemerintah kota telah berupaya meningkatkan infrastruktur, seperti pembangunan jalur kereta komuter dan pengembangan kawasan industri. Menurut Asian Development Bank (2022), investasi infrastruktur yang inklusif dapat meningkatkan efisiensi ekonomi kota hingga 15% dalam jangka panjang. Meski demikian, penting untuk memastikan bahwa pembangunan tidak hanya terfokus pada pusat kota tetapi juga menjangkau daerah pinggiran.

6. Peluang dari Ekonomi Hijau

Di tengah tantangan perubahan iklim, Surabaya memiliki peluang besar untuk memanfaatkan ekonomi hijau. Program seperti pengelolaan sampah berbasis masyarakat di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo telah menjadi contoh sukses.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pengembangan energi terbarukan, seperti panel surya di gedung-gedung pemerintah, dapat menjadi langkah strategis. Menurut penelitian oleh Handayani et al. (2022), adopsi teknologi hijau di Surabaya dapat mengurangi emisi karbon hingga 20% dalam 10 tahun ke depan. Hal ini tidak hanya mendukung lingkungan, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru di sektor energi hijau.

Kesimpulan

Surabaya menghadapi berbagai tantangan ekonomi, mulai dari inflasi hingga pengangguran. Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat peluang besar untuk mendorong transformasi ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Sebagai mahasiswa Universitas Airlangga, Program Studi D4 Manajemen Perkantoran Digital, saya percaya bahwa kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan pelaku usaha adalah kunci untuk menghadapi isu-isu ini. Dengan pendekatan yang terintegrasi, Surabaya dapat menjadi kota yang tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang di tengah perubahan global.
ADVERTISEMENT

Referensi

Arifin, A., et al. (2023). The Resilience of SMEs in Surabaya During COVID-19. Journal of Indonesian Economics.
BPS Jawa Timur. (2023). Statistik Ekonomi Jawa Timur.
Handayani, T., et al. (2022). Green Economy Opportunities in Urban Areas: The Case of Surabaya. Asian Development Bank Working Papers.
Sutanto, H. (2023). Skill Mismatch in Surabaya's Creative Industries. Jurnal Pembangunan Ekonomi Lokal.