Pentingnya Etikabilitas dan Intelektualitas dalam Politik

Haryo aji
Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Andalas
Konten dari Pengguna
18 Juni 2023 5:08 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Haryo aji tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi politik identitas. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi politik identitas. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Etikabilitas dalam politik yang berarti kemampuan dan atau kecakapan untuk dipilih menduduki suatu jabatan dalam pemerintahan.
ADVERTISEMENT
Pada akhir-akhir ini etikabilitas semakin berkurang pada pejabat pemerintah maupun lembaga legislatif itu sendiri, kedekatan hubungan psikologis, batin, keluarga, maupun hubungan bisnis menjadi faktor-faktor utama kurangnya etikabilitas di negeri ini.
Contohnya dalam beberapa pemilihan Menteri yang terlihat jelas terdapat Menteri-menteri yang dinilai kurang capable dalam bidangnya. Ketidakselarasan antara background dan juga jabatan yang diampunya menjadi hal yang sangat terlihat di masyarakat umum.
Faktor-faktor yang mempengaruhi di ataslah yang menjadi alasan utama. Contohnya adalah Menteri Komunikasi dan Informatika sebelumnya yaitu Johnny G. Plate yang berlatar belakang sebagai pebisnis tapi karena adanya hubungan politik antara NasDem sebagai pendukung Presiden Jokowi dalam pemenangan Pemilu tahun 2019, maka diangkatlah Johnny G. Plate menjadi Menteri Komunikasi dan Informatika.
Ilustrasi politik identitas. Foto: Shutter Stock
Pemenuhan etikabilitas sangatlah penting karena masyarakat Indonesia menginginkan negeri ini dipimpin oleh para elite yang bisa bersaing dalam dunia global.
ADVERTISEMENT
Intelektualitas secara hakikat adalah kecerdasan intelektual dalam memecahkan masalah dan juga memiliki kreativitas, kepribadian, serta pengetahuan.
Dalam pengajuan calon presiden dan calon legislatif sangat penting hal ini untuk dimiliki oleh para calon. Sebelumnya seperti yang penulis bahas dalam etikabilitas di atas, merupakan tahapan pertama menuju intelektualitas yang lebih berbobot.
Perbedaannya intelektualitas dipengaruhi oleh faktor psikologis dan bawaan lahir dari orang-orang yang menentukan kesiapan mental dalam berpikir khususnya mengenai negara ini.
Ilustrasi politik identitas. Foto: Shutter Stock
Kecerdasan-kecerdasan berpikir pemimpin inilah yang wajib kita pertimbangkan dalam menyambut tahun politik 2024. Dalam definisinya intelektualitas terdapat berbagai macam yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan matematik atau logika, kecerdasan spasial, kecerdasan kinetik dan jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan yang terakhir yaitu kecerdasan naturalis.
ADVERTISEMENT
Berbagai macam kecerdasan yang ada, menjadi pertimbangan dalam penentuan calon-calon Presiden dan juga calon-calon Legislatif yang wajib dipertimbangkan oleh partai pengusung.
Dalam menyambut tahun politik, kedua kemampuan itu harus diemban oleh para calon baik legislatif maupun calon presiden nantinya. Kenapa kedua kemampuan itu haruslah dimiliki oleh para calon?
Hal ini dikarenakan banyaknya penyelewengan kekuasaan oleh para pemimpin pada saat ini. Banyak bentuk penyelewengan yang dilakukan oleh para wakil rakyat dan yang paling Nampak itu adalah korupsi. Adanya makelar dalam setiap pencalonan menjadikan politik hanya bisnis belaka sebagai pelicin kelompok-kelompok private yang memiliki orientasi bisnis dan ekonomi.
Ilustrasi seminar politik. Foto: Shutter Stock
Jika kita melihat orang-orang yang berada di belakang bahkan penguasa rezimnya sekalipun, saat ini telah sangat bercampur antara penguasa dan juga pengusaha. Hal itu menjadikan para konstituen harus memiliki jiwa selektif dan yang pastinya skeptis terhadap perkembangan politik Indonesia.
ADVERTISEMENT
Adanya etikabilitas dan intelektualitas menjadikan para wakil di Indonesia bisa memiliki kapabilitas dan juga kualitas dalam mempertimbangkan apa yang akan dilaksanakannya dalam periode 5 tahun ke depan.
Dengan penjelasan etikabilitas dan juga intelektualitas di atas, maka penulis mencoba menganalisis dengan fenomena yang sedang marak terjadi menjelang Pemilu. Menjelang Pemilu, tentu saja para lembaga survei sangat gencar mensurvei di berbagai wilayah.
Karena elite-elite patai sangat mengagung-agungkan hasil survei yang mereka anggap sebagai kekuatan para calon dari partai mereka. Di sinilah, penulis mencoba melakukan thought experiments dengan membayangkan para lembaga survei dan partai politik yang saling berdiskusi masalah soal calon mereka.
Ilustrasi seminar politik. Foto: Shutter Stock
Penulis membayangkan kembali, di dalam diskusi itu tentunya ada deal-dealan mengenai jasa survei yang sudah dibicarakan. Tentunya ada harga yang muncul dalam diskusi itu sehingga hasil dari survei yang nantinya disebut elektabilitas penulis nilai sangat rawan karena elektabilitas bisa dipengaruhi oleh uang, dan setting.
ADVERTISEMENT
Hal ini tentunya sangat patut kita curigakan karena elektabilitas menjadi angka-angka yang basi saja jika pemimpin yang kita lihat ke depannya hanya melalui popularitas dan elektabilitasnya saja.
Pemimpin-pemimpin yang kita inginkan pastinya pemimpin yang bisa bertarung di politik global, juga yang bisa menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di negeri ini.
Kesimpulannya kita sebagai konstituen di negara ini harus memiliki edukasi mengenai politik dan pencalonan-pencalonan para pemimpin ke depannya. Politik memanglah sangat cair dan bisa berubah kapanpun dan di mana pun.
Pentingnya moral clarity para pemimpin bangsa ini, harus kita perhatikan agar cita-cita bangsa ini bisa lebih mudah tercapai. Para pemimpin bangsa ini juga harus memiliki kemampuan logika dan berpikir yang jauh dari logical fallacies supaya bangsa ini memiliki komitmen dalam masuk ke politik global demi memperjuangkan hak-hak bangsa dan ikut dalam ketertiban dunia.
ADVERTISEMENT
Dengan ditulisnya artikel ini, diharapkan pembaca bisa menerapkan perilaku-perilaku pemilih yang berdampak baik untuk bangsa ini. Elektabilitas bisa kita pertimbangkan jika pemenuhan etikabilitas dan juga intelektualitas sudah tercapai.