Konten dari Pengguna

Capres Pilihan Megawati

Junet Hariyo Setiawan
Editor Yure Humano Journal of Law, Editor Ordonnantie and Delegatie Journal of Law, Penulis Buku Sejarah KAI 2021, Aktivis Literasi Hukum Indonesia
11 Januari 2023 17:06 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Junet Hariyo Setiawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Capres Pilihan Megawati. Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Capres Pilihan Megawati. Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
PDI Perjuangan sebagai partai pemenang pemilu 2019 telah menyelenggarakan perayaan ulang tahunnya yang ke 50 pada 10 Januari 2023 di JIEXspo Kemayoran Jakarta. Meskipun begitu pada perayaan tahun ini tidak terlihat undangan yang berasal dari partai politik lain. Tampaknya momentum tersebut dimanfaatkan sebagai ajang konsolidasi internal partai besutan putri sang proklamator, Megawati Soekarnoputri. Pada perayaan tersebut, Megawati menyampaikan pidato politik dengan durasi hampir dua jam.
ADVERTISEMENT
Banyak pihak beranggapan bahwa pidato tersebut akan dimanfaatkan sebagai pengumuman calon presiden dari PDI Perjuangan pada pemilu 2024 yang akan datang. Tetapi yang terjadi tidak demikian, bahkan Megawati juga menyatakan bahwa dirinya tidak terpancing, persoalan calon presiden adalah urusannya. Entah apakah dapat disebut sebagai content dan massage analysis, saya berpendapat bahwa sejatinya siapa yang menjadi calon presiden partai pada tahun 2024 yang akan datang telah disampaikan melalui pidato yang sangat luar biasa tersebut. Luar biasa karena pertama memiliki alur yang sangat runtut, setiap kalimat utama diikuti oleh kalimat penjelas. Demikian pula setiap penjelas akan mengantarkan poin utama pada bahasan selanjutnya.
Pidato politik yang panjang tersebut menurut hemat penulis berisikan tiga pokok pikiran penting. Pertama adalah sebuah refleksi atas sejarah perjuangan Megawati dalam mendirikan partai politik yang benar-benar perjuangan keras di tengah-tengah kekuasaan yang absolute. Pesan utama pada pokok pikiran ini adalah bahwa kader PDI perjuangan harus setia dan tidak melupakan sejarah. Bahwa perjuangan tersebut melahirkan hukum pergerakan yaitu siapa yang bekerja, pastilah mereka akan kebagian apa yang diperjuangkan. Artinya, Megawati tidak menginginkan adanya “penumpang gelap” di dalam partainya yang hanya sekadar mencari popularitas, harta dan kekuasaan. Pernyataan ini bisa jadi sebuah “sentilan” atau peringatan bagi parafungsionaris partai serta kader.
ADVERTISEMENT
Megawati sangat menekankan ‘bonding’ pada kader baik antara hati dengan pikiran maupun kader dengan partai serta antara kader dengan rakyat dengan turning point yang diharapkan akan melahirkan kinerja yang maksimal. Oleh karena itu Megawati menghendaki agar semua fungsionaris partai turun ke bawah menyaring aspirasi rakyat. Pesan tersebut mendapatkan penekanan yang keras. Tampaknya selama ini terdapat laporan-laporan yang masuk ke Ketua Umum tentang menurunnya performa atau kinerja fungsionaris berkaitan dengan kegiatan turun ke bawah.
Pokok pikiran yang kedua adalah mengenai gambaran kepemimpinan masa depan Indonesia yang dikehendaki oleh Megawati. Ini merupakan poin yang ditunggu oleh banyak orang. Meskipun secara eksplisit tidak dinyatakan dengan tegas melalui penyebutan nama, tetapi dari alur pidatonya kita dapat meraba-raba soal siapa yang akan ditunjuk oleh PDI Perjuangan sebagai calon presiden pada pemilu yang akan datang.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memberikan pidato di HUT ke-50 PDIP di JIExpo Kemayoran, Jakarta pada Selasa (10/1/2023). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Melalui penjelasan tentang perjuangan pendirian PDI Perjuangan, Megawati menghendaki supaya semangat tersebut ditiru dan dicontoh oleh para kader terutama bagi kader-kader perempuan. Meskipun disaat yang bersamaan Megawati merasakan keresahan soal menurunnya semangat perjuangan kaum perempuan, tetapi ia menegaskan secara berapi-api bahwa kaum perempuan memiliki kedudukan yang sama dengan kaum laki-laki. Oleh karena itu, PDI Perjuangan ke depan akan menambah kuota perempuan.
Sepanjang poin ini, Megawati menyebut nama-nama pahlawan dan pejuang-pejuang perempuan yang pernah ada di Nusantara. Tidak hanya itu, Mega juga menyebut ratu-ratu perempuan yang pernah ada di dunia sebagai contoh keberhasilan kaum perempuan dalam menciptakan perubahan besar dan keberhasilan dalam memimpin rakyat. Melalui isi pidato tersebut Megawati menyatakan banyak pertanyaan yang disampaikan kepadanya soal: Seperti apa kepemimpinan yang diharapkan oleh PDI-Perjuangan? Megawati sambil tersenyum menjawab bahwa yang diinginkan adalah yang seperti dirinya. Maka dari sini kemudian kita dapat menebak bahwa kemungkinan calon presiden yang akan ditunjuk oleh Megawati pada pemilu yang akan datang adalah Puan Maharani.
ADVERTISEMENT
Pokok pikiran ketiga adalah tentang ketegasan PDI Perjuangan dalam mengawal semangat demokrasi. Megawati menyebut mengenai perjalanan demokrasi dan menegaskan bahwa periodesasi jabatan presiden hanya dua kali. Ini merupakan jawaban yang tegas terhadap isu-isu yang berkembang selama ini bahwa PDI Perjuangan menghendaki Jokowi 3 periode.
Terhadap pokok pikiran kedua tentang penunjukan calon presiden dari PDI Perjuangan, seandainya tebakan ini benar, maka menurut hemat penulis pilihan Megawati menunjuk Puan Maharani adalah pilihan yang sangat tepat, selaras dengan keseluruhan isi pidatonya bahwa PDI Perjuangan sejatinya dibentuk untuk mewujudkan ide-ide dan pokok-pokok pikiran Soekarno, bukan hanya sebagai sarana untuk mencari kekuasaan semata.
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) bersama Wakil Presiden Ma'ruf Amin (kiri), Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri (tengah) dan Ketua DPP PDIP Puan Maharani saat potong tumpeng HUT ke-50 PDIP di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Selasa (10/1/2023). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Megawati merupakan tokoh politik perempuan terkuat yang tidak dapat digoyahkan pendiriannya. Sekalipun hari-hari ini banyak orang menghendaki Ganjar Pranowo terutama dari para kader PDIP sendiri, tetapi kebanyakan kader tersebut tidak berpikir jauh tentang masa depan partai politik. Sebagaimana diketahui bahwa di kubu Ganjar Pranowo banyak diisi oleh para relawan baik yang saat ini telah menjabat di berbagai BUMN (menjadi komisaris) maupun relawan-relawan aktif yang bukan merupakan kader PDI Perjuangan. Tentu hal ini akan berdampak pada pembagian “kekuasaan” dalam konteks hukum pergerakan pada masa yang akan datang.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya sebelum mengakhiri pidatonya, Megawati menegaskan agar semua kader bekerja sesuai dengan tupoksinya jangan gegap gempita soal calon presiden. “ Lha ini kok enak wae, nggak pamit-pamit begitu terus njupuki wong saya, iyo to enak buat, ndak mau menyebut saya”. Siapa yang dimaksud oleh Megawati ini? Apakah Ganjar? Tentu saja hanya Megawati yang tahu.