Konten dari Pengguna

Imaji Sociopreneur Lestarikan Permainan Tradisional Melalui Ajang 'Transport'

Haryo Pamungkas
Majnun yang mencariMu. Mahasiswa FEB Universitas Jember dan asisten bidang IT dan Publikasi Imaji Sociopreneur.
22 Desember 2021 14:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Haryo Pamungkas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pemenang lomba kasti beregu putri dalam ajang Traditional Sports Championship. Foto: Haryo Pamungkas
zoom-in-whitePerbesar
Pemenang lomba kasti beregu putri dalam ajang Traditional Sports Championship. Foto: Haryo Pamungkas
ADVERTISEMENT
Banyak hal yang turut membentuk karakter dan mental anak. Salah satunya, melalui permainan tradisional. Meski demikian, permainan tradisional kini cenderung kalah bergaung dibanding ragam permainan dalam gawai pintar. Apa yang terlintas dalam benak anak-anak saat mendengar kata ‘permainan’, disadari atau tidak, makin mengarah pada permainan dalam gawai pintar.
ADVERTISEMENT
Menyadari hal itu, Imaji Sociopreneur, Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) ranting Wuluhan, dan Yayasan Mimpi Indonesia menggelar lomba permainan tradisional bertajuk Traditional Sports Championship ‘Transport’ di padepokan PSHT ranting Wuluhan, Kabupaten Jember, Jawa Timur, pada Sabtu hingga Minggu, 18-19 Desember 2021.
Diikuti ratusan anak dari 5 desa binaan program ALP Village yang diinisiasi PT. Universal Tempu Rejo dan Imaji Sociopreneur sejak Juli 2021 lalu, ada dua kategori yang dilombakan, yakni pencak silat individu kelas usia dini dan pra remaja serta bola kasti beregu.
Peserta lomba kasti beregu putra hendak memukul bola. Foto: Haryo Pamungkas
Moch. Musta’Anul Khusni, direktur Imaji Sociopreneur mengatakan, kegiatan ini menjadi salah satu upaya pihaknya membentuk karakter anak sekaligus mengenalkan dan melestarikan permainan tradisional yang kian ditinggalkan.
“Ada indikasi anak-anak mulai lebih tertarik dengan permainan dalam gawai pintar. Padahal, permainan tradisional seperti kasti dan silat ini mengandung banyak nilai. Selain membuat tubuh sehat, ada banyak pembelajaran dan nilai luhur budaya di sana,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Dan nilai-nilai itu, tambah Anul, disadari atau tidak memiliki peran penting dalam pembentukan karakter dan mental anak-anak.
“Sportivitas, kekompakan, dan interaksi sosial pada permainan tradisional itu turut membentuk karakter dan mental anak-anak. Nilai-nilai itu yang tak ada dalam permainan di gawai pintar,” tambahnya.
Hal senada juga diungkapkan Muhaimin, Dewan Pembina PSHT Wuluhan. Menurutnya, setidaknya ada tiga manfaat dari diselenggarakannya kegiatan Transport kali ini.
“Setidaknya anak-anak jadi punya wahana untuk bermain, berlatih, dan belajar,” tuturnya. Terlebih, kegiatan ini pun sejalan dengan semangat pendidikan karakter yang diupayakan pihaknya selama ini melalui pencak silat.
Peserta lomba pencak silat individu kategori pra remaja dalam ajang Traditional Sports Championship. Foto: Haryo Pamungkas
“Dalam pencak silat, bukan sekadar fisik yang dilatih, namun juga mental, karakter dan terutama penanaman nilai-nilai luhur,” tuturnya.
Sementara itu, Sonia Nurdiansa, ketua Yayasan Mimpi Indonesia mengaku sangat antusias saat diajak berkolaborasi oleh Imaji Sociopreneur dan PSHT ranting Wuluhan. Ia turut mengungkapkan keresahan yang sama, yakni mulai hilangnya kenangan permainan tradisional dalam dunia anak saat ini.
ADVERTISEMENT
“Anak-anak yang lahir di atas tahun 2000-an mungkin tak lagi mengenal gobak sodor, petak umpet, dan kasti. Padahal, ada banyak sekali nilai permainan tradisional yang tak ditemukan dalam ribuan permainan di gawai pintar,” ujarnya. Ia pun berharap kegiatan Transport dapat menjadi stimulus agar anak-anak lebih mengenal kekayaan permainan tradisional di lingkungannya.
Apresiasi juga datang dari Abdul Wafi, pemenang pertama lomba pencak silat kelas G kategori pra remaja. Ia mengaku senang dapat berpartisipasi dalam kegiatan kali ini.
“Sangat senang karena bisa dapat ruang untuk mengukur kemampuan dari latihan selama ini,” ujarnya.
Pemenang lomba pencak silat ketagori usia dini dalam ajang Traditional Sports Championship. Foto: Haryo Pamungkas
Lomba kasti beregu pun tak kalah seru. Mengindahkan terik, bukan hanya peserta lomba yang tampak bersemangat. Dari belakang, kawan belajar masing-masing desa turut memberikan dorongan dan semangat kepada anak-anak.
ADVERTISEMENT
Di sana, hari itu, kebahagiaan terasa begitu sederhana. Dan kebahagiaan sederhana, semua tahu, bakal menjadi memori kolektif yang tak ternilai pada masa yang akan datang. (*)