Konten dari Pengguna

Mengafirmasi Selebrasi dan Makna Tahun Baru

Rudi Haryono
Dekan Fakultas Kesehatan dan Sains, Mahasiswa S3 Linguistik Terapan Bahasa Inggris UNIKA Atma Jaya Jakarta, Dosen Tetap Universitas Muhammadiyah Bogor Raya (UMBARA)
30 Desember 2024 15:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rudi Haryono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pesta kembang api tahun baru. Foto: tiket.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pesta kembang api tahun baru. Foto: tiket.com
ADVERTISEMENT
Gegap gempita manusia merayakan kebaruan dalam sebuah momentum perubahan angka 2024 ke 2025. Hakikatnya, waktu (time) adalah salah satu karunia Tuhan yang sangat krusial dan fenomenal. Dia bersifat abstrak, tak berujung (endless) dan tidak terbatas (infinite). Karena sifatnya yang demikian, maka waktu itu terasa singkat, cepat, dan tidak tetap (unstable).
ADVERTISEMENT
Perubahan waktu (shift) berupa perubahan tahun yang dialami secara kolektif oleh manusia sealam jagat raya, yang terjadi selama 365 hari adalah sebuah momentum bersama untuk sebuah peradaban manusia di dunia untuk refresh, evaluasi dan proyeksi terhadap deretan peristiwa kehidupan yang sudah dialami dan akan direncanakan lebih baik. Dalam Islam, perubahan waktu dimaknai sebagai sebuah evaluasi individual dalam hakikatnya sebagai sebuah perubahan kualitas kehidupan.
Dalam sebuah hadis, “Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang beruntung. Siapa saja yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang merugi. Siapa saja yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat (celaka)“.
ADVERTISEMENT
Menurut hadis tersebut ada dua dimensi waktu yang harus menjadi evaluasi yaitu kemarin (past), dan hari ini (present). Waktu kemarin dimaknai sebagai sebuah evaluasi terhadap apa yang sudah dilakukan dalam pencapaian hidup baik secara untuk kepentingan personal atau interpersonal.
Waktu kemarin yang sudah berlalu sejatinya menjadi pembelajaran terbaik untuk menjadi muhasabah atau renungan untuk bahan target kehidupan berikutnya. Selanjutnya, waktu hari ini (present) adalah sebuah kenyataan atau realitas yang harus dihadapi, disiasati dan diisi dengan hal-hal yang produktif dan bermakna baik untuk kebaikan diri sendiri atau pun orang lain.
Dalam kacamata atau perspektif seorang Muslim, momentum pergantian atau perubahan tahun sejatinya dimaknai sebagai berikut: berkurangnya umur atau usia, semakin menjauhnya dunia dan mendekatnya akhirat, bertambahnya kedewasaan dan kebijaksanaan dalam memandang kehidupan, kesempatan untuk berbuat lebih baik dan meningkatkan kualitas hidup, semakin meyakini akan kebenaran agama dan ayat-ayat kauniyah-Nya berkaitan dengan komparasi kehidupan dunia dan akhirat sebagai sebuah tahapan kehidupan yang pasti dilalui oleh makhluk Tuhan, dan terakhir momentum semakin dekatnya dengan kematian dan perpisahan dari dunia.
ADVERTISEMENT
Berwacana terkait waktu, maka sesungguhnya waktu adalah modal (capital) manusia yang terbaik dibandingkan dengan properti keduniaan lainnya yang Tuhan anugerahkan kepada manusia, bahkan properti kesehatan sekalipun. Maka sesungguhnya waktu memberikan banyak hal dan kesempatan kepada manusia untuk dapat berbuat atau beraktifitas dalam kehidupan. Dalam sebuah hadist diumpamakan bahwa waktu itu ibarat pedang yang dapat menyelamatkan manusia atau “membunuh”manusia.
Menurut filsuf di awal abad pertengahan Eropa, yakni Agustinus (354 M), terdapat dua macam waktu, yakni waktu subjektif dan waktu objektif. Waktu subjektif dirasakan oleh manusia atau individu itu sendiri. Waktu yang terasa lama atau singkat sangat relatif dan subjektif bergantung kepada manusianya. Durasi waktu satu jam bisa jadi lama atau singkat bergantung kepada alam bawah sadar manusianya.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, waktu objektif adalah waktu yang bersifat simbol-simbol atau artefak peradaban manusia untuk mencatat (record) terhadap ekuivalensi waktu. Hal tersebut dilambangkan dengan bilangan angka dalam jam dan kalender. Ukuran kalkulasi detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan satuan waktu lainnya adalah hasil kemufakatan ilmiah atau sains oleh para ilmuwan yang digunakan sebagai panduan oleh banyak orang di dalam hidupnya.
Kembali kepada diskursus perayaan atau selebrasi tahun baru, pada hakikatnya dia adalah sebuah selebrasi manusia terhadap rentang waktu satu tahun yang pemaknaannya bergantung kepada tendensi dan frekuensi interaksi dan habitatnya dalam kehidupan serta pandangan hidup (ideologi) masing yang dipengaruhi literasi dan interaksi manusia dalam hubungan sosialnya di masyarakat sesuai dengan keyakinan yang dianutnya. Selamat Tahun Baru 2025!
ADVERTISEMENT