Konten dari Pengguna

Femicide Meningkat, Turki Putuskan Keluar dari Konvensi Istanbul? Apa Alasannya?

Hasnita ozlem
Saya adalah seorang Mahasiswa dari Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Andalas.
5 Juni 2022 17:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hasnita ozlem tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kesetaraan Gender
zoom-in-whitePerbesar
Kesetaraan Gender
ADVERTISEMENT
Negara-negara di kawasan Eropa merupakan tempat dimana masih maraknya terjadi kekerasan bahkan pembunuhan terhadap perempuan. Saat ini terdapat kampanye Anti- Gender Movement yang merupakan sebuah kampanye yang bertujuan untuk menentang Gender Mainstreaming yang tengah terjadi di Negara-negara Eropa seperti Italia, Spanyol, Prancis, Polandia dan Turki. Di Negara Turki, dalam beberapa waktu ini terjadi peningkatan kekerasan terhadap perempuan. Pada penelitian Platform We Will Stop Femicide Turki bahwa pada tahun 2020 terdapat 300 kasus perempuan yang dibunuh oleh pasangannya sendiri. Hal yang paling miris adalah bahwa terdapat 171 kasus kematian perempuan dalam keadaan mencurigakan dan tidak diketahui penyebabnya. Hal ini tentunya menjadi momok baru yang ditakuti oleh organisasi-organisasi penyuara hak hak perempuan yang ada di Turki dengan adanya Anti-Gender Movement ini. Kelompok sosial anti gender ini adalah reaksi gender atau penentangan terhadap isu perempuan, lesbian, gay, biseksual, transgender, interseks, pernikahan gay, pendidikan seks, dan anti diskriminasi. Gerakan anti gender di Turki berfokus pada perubahan diskursus gender yang mana untuk membuat gender tandingan dalam rangka mewujudkan pelestarian nilai-nilai penting perempuan di Turki dalam hal menjaga esensi budaya, keluarga, dan peran sosial.
ADVERTISEMENT
Turki adalah Negara Islam yang tentunya sangat menjunjung tinggi hak-hak serta kedudukan perempuan. Namun, mengapa saat kekerasan terhadap perempuan sedang meningkat, Turki memutuskan untuk keluar dari Konvensi Istanbul ?
Konvensi Istanbul adalah Konvensi Dewan Eropa tentang pemberantasan kekerasan terhadap perempuan dan kekerasan dalam rumah tangga. Konvensi Istanbul ini tentunya menjadi perjanjian terobosan bagi Negara dan para perempuan Turki. Meskipun Turki adalah Negara pertama yang menandatangani konvensi ini namun, 24 Maret 2021 Turki memutuskan keluar dari Konvensi Istanbul.
Beberapa alasan Turki keluar dari Konvensi Istanbul :
1. Menurut Direktorat Komunikasi Turki bahwa Konvensi Istanbul telah dibajak oleh sekelompok orang yang mencoba menormalkan homoseksualitas dan hal tersebut sangat bertentangan dengan nilai-nilai keluarga Turki.
ADVERTISEMENT
2. Pasal mengenai kesetaraan gender dalam Konvensi Istanbul dianggap sebagai bentuk legalisasi LGBT.
3. Presiden menyatakan ketidaksetujuan terhadap konsep kesetaraan gender dan feminism. Beliau menyatakan bahwa wanita tidak setara dengan laki-laki dan hanya bisa setara dengan sesama wanita. Bahwa Islam telah menentukan posisi wanita sebagai sosok ibu sedangkan feminism menolak gagasan keibuan, feminism adalah milik barat dan tidak dapat diterima di Turki.
Keputusan Turki untuk keluar dari Konvensi Istanbul dianggap oleh pakar-pakar politik sebagai strategi politik Erdogan agar mendapat dukungan dari fundamentalis agama.
Sumber :
Resdifianti, Femri, Septianti Nurkhasanah, Dini, “ Tuntutan Masyarakat Turki terhadap Keluarnya Turki dari Konvensi Istanbul”, vol.6. no,2.pp 133-1 https://journal.aihii.or.id