Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Meneladani Jejak Bisnis Rasulullah: Etika dan Prinsip untuk Sukses
31 Oktober 2024 13:20 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Haseena Khalida tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Rasululllah SAW adalah teladan bagi ummat Islam, kepemimpinannya sebagai seorang pemimpin Negara dan sebagai pemimpin rumah tangga serta segala bentuk prilaku kepribadiannya menjadai teladan bagi ummat Islam. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al Ahzab ayat 21 :
ADVERTISEMENT
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
Artinya : “Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.”
Rasulullah SAW lahir pada tanggal 12 Robiul Awwal pada Tahun Gajah atau 20 April 571 Masehi. Pada umur 8 Tahun Rasulullah SAW sudah hidup mandiri dari hasil jerih payahnya sebagai pengembala kambing, dan terus berkembang hingga usianya 12 Tahun. Pada usia 12 Tahun itulah Rasulullah melakukan perjalanannya sebagai seorang pedagang. Rasulullah SAW mulai merintis karir dagangnya saat berusia 12 tahun dan memulai usahanya sendiri ketika berumur 17 tahun. Pekerjaan sebagai pedagang terus dilakukannya hingga menjelang menerima wahyu. Kenyataan itu menegaskan bahwa Rasulullah SAW telah menekuni dunia bisnis selama lebih kurang 25 tahun lebih lama dari masa kerasulan beliau yang berlangsung sekitar 23 tahun. Saat berusia 25 tahun Rasulullah SAW menikah dengan Siti Khadijah. Setelah menikah, Rasulullah SAW tetap mengelola perdagangannya sebagai mitra bisnis Khadijah. Dalam riwayat lain, Ibnu Ishaq mengatakan Khadijah binti Khuwailid adalah seorang wanita pedagang dan kaya raya. Khadijah biasa menugasi orang-orang untuk mendagangkan barang dagangannya, dengan sistem bagi hasil. Sementara masyarakat Quraisy memiliki hobi berdagang. Ketika Khadijah mendengar informasi tentang kejujuran beliau, kredibilitas dan kemuliaan akhlak beliau, maka beliau pun mengirimkan utusan untuk menawarkan kepadanya agar melakukan perjalanan ke negeri Syam untuk menjalankan barang dagangannya. Menginjak usia 30-an, Rasulullah SAW menjadi seorang investor, pada saat itu Rasulullah SAW sudah mencapai apa yang disebut sebagai kebebasan uang dan waktu. Sejak saat itulah beliau mulai sering menyendiri ke Gua Hira. Beliau lakukan hingga mendapat wahyu pertama pada usia 40 tahun. Periode baru dalam hidup Nabi Muhammad SAW sebagai seorang Nabi dan Rasul dimulai. Etika bisnis yang dibawa Muhammad merupakan pengalaman panjang beliau, sebelum nabi diutus menjadi rasul dia sudah menjalankan banyak kegiatan dagang. Kejujuran beliau menjadi salah satu kunci sukses keberhasilannya sebagai seorang pebisnis profesional yang diakui oleh masyarakat Arab pada masa itu. Akan tetapi, apakah hanya dengan modal jujur cukup untuk bisa mengantarkan Rasulullah menjadi pembisnis yang baik ?
ADVERTISEMENT
Berikut adalah diantara 4 sifat Rasulullah yang harus kita teladani dalam berbisnis :
1. Shiddiq
Shiddiq berasal dari kata bahasa arab yang berarti benar atau jujur. Berbisnis dalam Islam harus benar, tidak hanya dalam perkataan tetapi juga dalam perbuatan. Dalam dunia bisnis, kejujuran dapat dilihat dari tiga aspek: Pertama, kejujuran dapat ditemukan dalam pelaksanaan kontrak dan syarat-syaratnya. Kedua, loyalitas menunjukkan kecenderungan Anda untuk menyediakan barang dan jasa berkualitas tinggi. Terakhir, loyalitas mempengaruhi hubungan kerja di perusahaan. Rasulullah SAW disebut juga Shiddiq atau kejujuran dalam bahasa Indonesianya adalah sebuah kebiasaan dalam mempersiapkan diri. masa kecil kesetiaan dan statusnya yang tinggi membuatnya dihormati seluruh kalangan masyarakat Quraisy dan Mekkah. Rasulullah SAW tidak menipu atau menyembunyikan cacat suatu barang dan jujur mengenai sifat barang yang dijualnya. Mengikuti karakteristik shiddiq sangat penting dalam praktik bisnis yang baik. Hal ini mencakup langkah-langkah seperti menghindari pembayaran ganda. Dalam tradisi Islam, kejujuran adalah syarat terpenting dalam berbisnis. Rasulullah SAW sangat menganjurkan kejujuran dalam urusan bisnis. Diriwayatkan dalam hadist Nabi, Dari Abdillah bin Dinar mendengar Ibnu Umar berkata: Ada yang memberitahu Rasullullah SAW bahwa dia curang dalam jual beli. Kemudian Rasullullah SAW bersabda, “Ketika membeli dan menjual barang dagangan, katakanlah: Jangan mencoba-coba menipu.” HR. Imam bnu Majah, Zaid bin Ali, al- Darimi dan Tirmidzi. Rasulullah adalah seorang pengusaha profesional yang mengedepankan kejujuran dan dijuluki “Al-Amin” (orang jujur). Gelar al-Amin yang diterimanya dari masyarakat Mekkah merupakan bentuk perilakunya sehari-hari, bahkan sebelum menjadi pengusaha.Rasulullah SAW menunjukkan kejujuran dalam berbisnis dengan menceritakan kondisi barang kepada pembeli tanpa melebih-lebihkan apa yang dibelinya.
ADVERTISEMENT
2. Amanah
Amanah adalah dapat dipercaya atau disebut dengan kata lain profesional dalam berbisnis. Kerja profesional beliau tampak ketika beliau diamanahkan oleh siti Khadijah untuk melakukan perjalanan antar daerah. Jika melihat kondisi sekarang perdagangan internasional dari Mekkah ke Syam. Profesinalitas kerja beliau tampak dari keberhasilan beliau membawa barang sampai ke pasar Syam dengan aman, bersama dengan ratusan ekor unta yang membawa barang dagangannya. Selain keberhasilan beliau mendistribusikan barang ke pasar, keberhasilan beliau juga tampak dari hasil barang yang bisa dijual oleh Rasulullah SAW.
3. Tabligh
Tabliqh berarti menyampaikan. Tabligh dalam aktualisasi bisnis yang dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah komunikatif, Rasulullah SAW adalah pebisnis yang sangat mengenali dan paham dengan produknya. Wawasan beliau terhadap kondisi pasar dan produknya membuat beliau menjadi profesional dalam berbisnis. Beliau juga beramah tamah dengan pelanggannya, sesuai dengan yang beliau perintahkan pada para pedagang muslim.
ADVERTISEMENT
4. Fathonah
Fathonah artinya sikap mengetahui atau memahami suatu hal, fathonah juga diartikan bijaksana atau cerdas. Fathonah dalam aktualisasi pada bisnis Rasulullah SAW adalah memahami dengan baik hukum pasar, sifat-sifat pasar. Kecerdasannya dalam nilai filosofis dan hikmah, menjadikan beliau pedagang yang sukses dan dipercaya. Metode berdagang Rasulullah adalah membangun kepercayaan dan kepuasan pelanggan, karena kecerdasan dalam memahami esensi bisnis, sehingga beliau memutuskan strategi yang tepat dalam membangun bisnis yaitu kepercayaan pelanggan. Saat menjalankan bisnis syariah juga perlu mengetahui cara berbicara dengan pelanggan, mengetahui cara mengelola strategi pemasaran, mengetahui cara mempromosikan produk, dan mengetahui cara beriklan. keadaan di mana suatu bisnis dijalankan.
Kesimpulan
Rasulullah SAW merupakan teladan utama dalam dunia bisnis, yang menunjukkan bahwa kejujuran (shiddiq), amanah (kepercayaan), kemampuan berkomunikasi (tabligh), dan kebijaksanaan (fathonah) adalah prinsip-prinsip penting untuk mencapai kesuksesan. Dengan pengalaman 25 tahun dalam perdagangan sebelum diangkat sebagai nabi, beliau mengedepankan etika bisnis yang tinggi, menjadikannya sebagai pengusaha profesional yang dihormati. Teladan ini mengajak umat Islam untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dalam praktik bisnis mereka, sehingga dapat membangun kepercayaan dan kepuasan pelanggan serta menjadi umat terbaik di tengah masyarakat.
ADVERTISEMENT
Sumber :
Afzalurrahman. 1997. Muhammad Sebagai Seorang Pedagang. Diterjemahkan oleh Dewi Nur Julianti, dkk. Jakarta: yayasan Swarna Bhumy.
Lusiana, A. (2013). Konsep Ekonomi Pada Masa Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Utomo, Y. T. (2023b). Perilaku Ekonomi Nabi SAW Periode Makkah : Inspirasi dari Qur’an Surah al-Furqan Ayat 7. JAHE: Jurnal Ayat Dan Hadits Ekonomi,I(1), 1–5.