Konten dari Pengguna

Akidah dan Mempertahankannya

Mara Ongku Hsb
Dosen Studi Islam di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Guru Pancasila di SMP Widya Graha Pekanbaru
6 Januari 2025 13:32 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mara Ongku Hsb tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Istanbul; foto dari Fatih Ozwr (Sumber : Pexels.Com)
zoom-in-whitePerbesar
Istanbul; foto dari Fatih Ozwr (Sumber : Pexels.Com)
ADVERTISEMENT
Akidah secara bahasa berasal dari bahasa Arab al-‘Aqd yaitu rabit ( ikatan) al-Abram ( pengesahan), ikatan perkawinan disebut dengan akad nikah ikatan dengan Tuhan tersebutlah akidah, akidah berarti simpul, ikatan, perjanjian yang kuat, akidah adalah keyakinan yang tersimpul dengan kokoh didalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.
ADVERTISEMENT
Istilah lain dari akidah adalah Tauhid, yaitu suatu ilmu tentang keesaan Tuhan, mengetahui sifat-sifat Allah SWT, mengkaji wujud Allah SWT, selain ilmu tauhid akidah juga tidak bisa dipisahkan dari iman yaitu percaya, antara ucapan dan hati selaras percaya kepada Allah, tidak hanya sebatas ucapan tetapi juga terpatri didalam hati sanubari yang paling mendalam. Iman dalam seperti disebutkan oleh para ulama termasuk Imam Ahmad, Malik, dan al-Syafi’i adalah:
Sesuatu yang diyakini didalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota tubuh.
Iman itu memiliki sifat dinamis, al-imanu yazidu wa yanqus, iman itu bisa bertambah dan bisa berkurang, namun ada perbedaan teologis dalam ilmu kalam memahami hal tersebut seperti disebutkan oleh Gus Yusron, pertama, orang yang berbuat ia masuk neraka dan dan bukan lagi posisi dalam beriman dan orang yang temperamen dalam agama sedikit-sedikit suka mengkafirkan saudaranya yang tidak sepaham atau se aliran.
ADVERTISEMENT
Kedua, ada yang mengatakan tidak ada pengaruh iman itu bertambah atau berkurang, sebab iman itu tetap utuh orang berbuat dosa dan tidak taat hanya mengurangi kesempurnaan saja.
Dalam menyikapi kedua pendapat diatas tentu kita harus bijak dan berpengalaman serta berwawasan dalam menangkapnya, sebagai masyarakat pribumi yang damai, berpaham ahlusunah wa al-jamaah menyikapi hal tersebut dengan memahami orang yang berbuat kejahatan atau maksiat imannya berkurang, sebaliknya orang yang berbuat kebaikan melakukan ketaatan kepada Allah berarti imannya bertambah, artinya perilaku seseorang sangat mempengaruhi terhadap iman seseorang.
Mempertahankan aqidah ibarat mempertahankan klasemen dalam liga, hidup ini diibaratkan seperti liga ada kalah ada menang, hari ini menang besok bisa kalah, sehingga yang terjadi pengharapan kepada Allah ketika melakukan kesalahan, dan tetap rendah hati ketika melakukan ketaatan.
ADVERTISEMENT
Mempertahankan akidah atau memurnikan akidah menggiringnya ke syurga, tetapi merusak aqidah mengiringinya ke dalam neraka, sekecil seperti lala pun bisa menjadi sebab ke syurga atau ke neraka. Hal ini seperti disabdakan Nabi Saw, yang artinya :
Rasulullah Saw bersabda:” ada dua orang berjalan melewati suatu kaum yang mempunyai berhala, yang mana tidak seorang pun berjalan melewati berhala itu sebelum mempersembahkan padanya satu kurban, berkatalah mereka kepada salah seorang dari kedua oran tersebut. Persembahkanlah kurban kepadanya, “aku tidak mempunyai sesuatu yang dapat aku korbankan”, lalu mereka berkata “ persembahkan sekalipun seekor lalat” lalu orang itu mempersembahkannya dan mereka pun diperkenankan meneruskan perjalanan, maka dia masuk neraka karenanya, kemudian berkatalah mereka kepada yang lain, persembahkan kurban kepadanya “ dia menjawab “aku tidak patut mempersembahkan sesuatu kurban selain kepada Allah kemudian mereka memenggal lehernya, karenanya ia masuk surga. (HR. Imam Ahmad).
ADVERTISEMENT
Hadits tersebut memberikan bayyin atau keterangan bahwa dari yang terkecil pun bisa membawa seseorang kedalam syurga atau kedalam neraka.
Lantas, bagaimana mempertahankan kemurnian akidah seorang muslim agar tidak luntur, goyah, roboh, tidak berkurang tetapi terus bertambah, diantaranya adalah : pertama, menambah ilmu akidah, atau ilmu tauhid, dengan memperdala ilmu ini maka akan menemukan sejatinya akidah, ia menemukan jati diri sebenarnya untuk apa manusia diciptakan, ia menjadi takut kepada Allah. Dalam surah Fathir ayat 28 artinya : “sesungguhnya yang takut pada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama (orang-orang yang beriman) Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Kedua, selalu mencari ridha Allah, dalam hidup ini apabila mencari ridha Allah diutamakan maka iman akan terus bertambah karena sadar akan nikmat yang diterima, oleh sebab itu jika ingin meraih ridha Allah lakukanlah semua aktifitas yang sesuai dengan koridor yang ditetapkan Allah dan dicontohkan Rasulullah Saw.
ADVERTISEMENT
Ketiga, membiasakan amal saleh, amal saleh itu sangat banyak lapangannya, tidak terbatas pada ibadah saja tapi apa saja perbuatan baik karena amal saleh itu sendiri adalah pekerjaan yang baik, siapa yang berbuat baik akan bertambah pahalanya, apalagi perbuatan baiknya diikuti oleh yang lain ia akan mendapatkan pahala dari mereka tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala orang-orang tersebut, hal ini seperti disebutkan dalam hadits Nabi Saw yang artinya sebagai berikut:
Rasulullah Saw bersabda :” Siapapun orang yang mencontohkan suatu sunnah (perbuatan) yang baik yang diamalkan oleh orang lain setelahnya maka ia mendapat pahala sebanyak pahala orang lain yang telah melakukan perbuatan baik tersebut tanpa mengurangi pahala orang-orang yang telah melakukannya. Siapun orang yang mencontohkan suatu perbuatan yang jelek maka maka ia mendapat dosa sebanyak dosa orang lain yang telah melakukan perbuatan jelek tersebut tanpa mengurangi dosa orang-orang yang telah melakukannya. (H.Ral-Darimi)
ADVERTISEMENT
Keempat, membiasakan zikir, membaca dan mendengar al-Qur’an, hal ini tersebut dalam al-Qur’an dalam surah al-Anfal ayat 2 artinya :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka bertambah kuat imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal”.
Dengan berzikir berarti mengingat Allah meliputi seluruh potensi hati yang dimiliki manusia sehingga disebutlah zikir lidah, hati, pikiran, dan zikir anggota tubuh, dengan sendirinya hati akan menjadi tenang, segala permasalahan tersingkir dengan berzikir. Akidah pun tetap bertahan dalam jiwa dan raga. []