Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Berpikir Positif dan Optimistis Terhadap Takdir Manusia
14 September 2024 14:39 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Mara Ongku Hsb tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Satu kesalahan besar manusia adalah mengerjakan dan memikirkan yang bukan menjadi pekerjaannya yaitu seperti memikirkan takdir Allah Nasib yang diberikan oleh Allah, kenapa anak saya semuanya laki-laki atau sebaliknya kenapa anak saya semuanya perempuan, kerjakan dan pikirkan yang wajar dan biasa-biasa sajalah tupoksi kita sebagai hamba Allah hanya berikhtiar dan berdoa dalam menjalani rotasi hidup ini.
ADVERTISEMENT
Bahkan menjadi fatal kalau yang dikerjakan tadi tidak tercapai yang merupakan bukan pekerjaan manusia seperti kehilangan jati dirinya sebagai manusia sudah sampai menganggap ia tidak lagi sebagai hamba tetapi sudah menjadi Tuhan karena ia berani memutuskan sendiri semuanya sudah jelas, tanpa memperhatikan dan hati-hati segala ketetapan ada pada Allah SWT.
Qada dan qadar Allah sudah jelas memang di lauhul mahfuz mengenai nasib, takdir baik dan buruk jodoh, tapi kan itu bagi manusia yang tidak dapat menjangakaunya bagi Allah mudah saja membolak balikkannya.
Seperti di dalam al-Qur’an Surah al-Ra’d ayat 39 :
يَمْحُوا۟ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ وَيُثْبِتُ
“Allah yang menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki)…”
Jadi takdir yang tidak bisa diubah seperti yang disebut dengan takdir mubram tersebut pada diri kita tetapi bagi Allah tidak karena Allah yang berkehendak sesuai dengan sifatnya Iradat yang artinya berkehenak kita sebagai muslim wajib meyakini adanya sifat dua puluh tersebut yang salah satunya adalah kehendak Allah mustahil bagi Allah bersifat karahah artinya terpaksa Allah bebas tergantung apa yang Ia kehendaki.
ADVERTISEMENT
Walaupun hamba-Nya tidak salat Allah tidak rugi dan tidak ada sedikit pun yang bekurang bagi Allah kalau Allah sudah berkehendak tidak ada yang tidak mungkin yang diluar nalar manusia akan menjadi nalar manusia karena itu adalah kekuasaan Allah.
Takdir manusia itu sendiri sudah dijelaskan oleh Nabi Saw dalam proses penciptaaan manusia Sesungguhnya seorang dari kalian dikumpulkan penciptaan di perut ibunya 40 hari. Kemudian selama 40 hari penciptaan kalian menjadi segumpal darah, kemudian setelah 40 menjadi segumpal daging.
Kemudian diutus malaikat oleh Allah. Malaikat meniupkan ruh dalam janin rahim ibu. Dan malaikat disuruh mencatat 4 perkara, menuliskan rizkinya, semenjak dari rahim ibu sampai kita meninggal. Ajalnya juga sudah dituliskan dan amalannya sudah dituliskan, hidupnya celaka atau beruntung
ADVERTISEMENT
Jadi, sebenarnya dalam hidup ini kita tinggal menjalani kehidupan yang sudah ditetapkan, dengan syarat tidak boleh berputus asa, karena dalam pemahaman ahlu sunnah wa aljama’ah manusia harus punya usaha (kasab) dan ikhtiar.
Namun dalam perjalanan hidup manusia ada liku-liku yang harus dilaluinya seperti harus sabar dengan tidak yang disukai, ditimpa musibah, kehidupan serba kekurangan, cita-cita tidak terwujud, kalau manusia tidak sabar Allah mempersilakan untuk mencari Tuhan selain-Nya. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman yang artinya :
Aku Allah, tiada Tuhan melainkan Aku; siapa tidak bersyukur atas nikmat-nikmat pemberian-Ku, tidak bersabar atas ujian-Ku dan ridha terhadap kepastian qadha-Ku, maka carilah Tuhan selain Aku.
Begitulah hidup ada ujian, ada cobaan manusia harus menerimanya dengan iman yang kuat, dada yang lapang. Kalau semua dihadapkan dengan iman yang mantap maka semua persoalan akan terasa ringan, akan menumbuhkan sikap optimis dan semangat hidup yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Tapi kalau tidak, sikap pesimis akan menerpa seseorang. Orang banyak frustasi penyebabnya adalah karena tidak memahami takdir dengan baik sehingga banyak kita lihat kabar-kabar di media sosial bunuh diri, gantung diri, akibat tekanan hidup. Sekelas pakar ilmu jiwa Sigmund Freud (1856-1939) terkenal sebagai Bapak Psikoanalisis. Psikoanalisis adalah sebuah teori yang mempelajari tentang bagaimana pikiran bekerja dan metode-metodenya untuk membantu orang yang mengalami tekanan mental, tetapi d iakhir hidupnya bunuh diri karena tekanan hidup
Artinya, ilmu saja tidak cukup untuk memberikan ketenangan batin kepada seseorang tetapi iman harus yang menjadi fundamental dipelajari seseorang supaya hidup sekejam apa pun akan bisa dilewati dengan penuh tanggung jawab sebagai manusia khalifah di muka bumi.
ADVERTISEMENT
Cobaan dan ujian itu bertujuan untuk mendewasakan selama disikapi dengan penuh kesabaran, menerima dan ridho. Dari sana akan lahir orang-orang yang tangguh dan kuat. Para Nabi dan rasul merupakan contoh terbaik dalam hal ini. Mereka selalu sabar dan meyakini apa yang diberikan tujuannya pasti baik. Semakin tinggi dan kuat iman seseorang maka semakin berat ujian yang dilalui.
Mesti diperhatikan, bahwa ujian itu datang bukan sekali-kali menghancurkan kehidupan manusia akan tetapi untuk menguji ketahanan dan keimanan seseorang di dalam kehidupan
Karena segala sesuatu yang datang dari Allah tidak mungkin membebani seseorang yang tidak sanggup ia pikul, semua sudah ditempatkan berdasarkan tupoksi masing-masing, berpikir positiflah kepada Tuhan, agar tidak membuat-buat yang kita tidak sanggup mencakupnya, pekerjaan Tuhan bukan pekerjaan kita, sebagai hamba seyogyanya mensyukuri dan mentaati perintah Tuhan.
ADVERTISEMENT