Konten dari Pengguna

Murid Harus Sabar Kalau Dimarahi Guru, Bagaimana di Kurikulum Merdeka?

Mara Ongku Hsb
Dosen Studi Islam di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Guru Pancasila di SMP Widya Graha Pekanbaru
9 Juli 2024 6:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mara Ongku Hsb tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi guru mengajar. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi guru mengajar. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kurikulum merdeka sudah wajib dipraktikkan oleh sekolah hari ini baik di sekolah negeri maupun swasta, karena selama ini oleh pemerintah siswa yang belajar hari ini belum dianggap merdeka karena masih terkekang oleh aturan mengikat dari guru, murid harus manut dan mengikuti kemauan guru dalam mengajar.
ADVERTISEMENT
Selama ini metode inilah yang dianggap berhasil oleh masyarakat umum, tetapi sekarang masyarakat elite metode ini perlu dipecahkan dengan sebutkan merdeka belajar.
Pernah mengikuti satu kegiatan, pelatihan merdeka mengajar (PMM) yang dibuat dan diadakan oleh Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan bahwa pembelajaran model merdeka belajar harus berfokus kepada siswa, apa kemauan siswa itu yang harus dikembangkan, semua murid mempunyai skill dan kompetensi yang berbeda-beda, jadi tidak boleh dipukul rata, semua siswa berprestasi di minat bakar yang berbeda-beda.
Tujuan utama dari program ini adalah untuk memberikan kebebasan, fleksibilitas, dan tanggung jawab lebih kepada sekolah, guru, dan siswa dalam proses pembelajaran di mana Program Merdeka Belajar lebih berfokus pada siswa
Model lama agaknya berbeda, guru menjadi concern, role model, bagi murid, untuk mewujudkan keteladanan dari sang guru, murid harus manut kepada guru, patuh dan taat kepada guru sesuai isi janji siswa yang ketiga Patuh dan taat kepada orang tua, guru, dan peraturan yang berlaku.
ADVERTISEMENT
Contoh kecil kalau guru marah, murid harus sabar, hal ini diperkuat oleh pendapat KH. Hasyim Asy'ari merupakan ulama sekaligus pahlawan nasional dalam kitabnya Adab Alim Wa Al-Muta'allim merupakan kitab fenomenal untuk adab murid dan guru dalam proses belajar mengajar, sebagai berikut:
ان يتصبر على حفوة تصدر من الشيخ اوسوء خلقه
Bahwa seorang murid harus sabar terhadap gurunya dan berprasangka baik
Maknanya adalah murid harus sabar terhadap guru, apabila guru marah, gundah gulana, sebaiknya murid menahan diri untuk tidak mengganggu guru, dan dalam kondisi seperti ini murid tidak boleh meninggalkan gurunya, seperti pindah sekolah, kalau guru marah murid tidak boleh menafsirkan hal-hal negatif kepada guru tetapi ia harus mengambil hikmah di baliknya, murid harus memohon maaf dan mengakui kesalahan yang dibuatnya kepada guru
ADVERTISEMENT
Guru sekarang sudah segan dan bahkan takut marah kepada murid hari ini, mengingat HAM dan Kurikulum Merdeka, keduanya mengajak merdeka dan bebas, Pelanggaran HAM di lingkungan sekolah dapat berupa tindakan diskriminatif, kekerasan fisik, psikis, simbolis, perusakan fasilitas, dan sebagainya.
Contoh dari pelanggaran HAM di sekolah misalnya, tindakan kekerasan oleh guru terhadap siswa atau sebaliknya juga termasuk sebagai contoh pelanggaran HAM di lingkungan sekolah. Tindakan tersebut melanggar hak setiap individu untuk tidak mengalami perlakuan kekerasan atau pelecehan.
Apa nasib anak bangsa ke depan tanpa ada penegasan dari guru untuk belajar, apakah akhlak dan moral masih di posisinya atau sudah bergeser? Kehadiran kurikulum merdeka menjadi dilema bagi sebagian guru di sekolah katakanlah sekolah-sekolah yang masih butuh perhatian dari pemerintah karena sarana dan prasarana yang belum memadai untuk menerapkan kurikulum ini. Namun, bagi sekolah-sekolah yang sudah maju mungkin kehadiran kurikulum merdeka akan disambut baik oleh guru dan muridnya.
ADVERTISEMENT
Hal ini diperkuat oleh pendapat Syamsul Rizal dampak dari kurikulum merdeka ini tidak hanya memberatkan guru dan siswa, tetapi juga mengurangi peranan esensial keluarga dalam pendidikan. Kondisi ini dapat menghambat perkembangan kolektif kita.
Peranan aktif keluarga, yang selama ini menjadi fondasi utama sistem pendidikan di Indonesia, kini terancam akibat perubahan-perubahan tersebut. Ini menyebabkan berkurangnya dukungan yang sangat dibutuhkan oleh siswa dan melemahnya ikatan sosial dalam komunitas, di kurikulum merdeka guru harus fokus kepada murid dan guru mengikuti skill dan potensi anak, role model sebagai guru hampir terkikis dan punah.