Konten dari Pengguna

Pilkada Usai, Sambil Menunggu Hasil Kesampingkan Egosektoral

Mara Ongku Hsb
Dosen Studi Islam di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Guru Pancasila di SMP Widya Graha Pekanbaru
2 Desember 2024 14:26 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mara Ongku Hsb tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustarsi jari telah memilih /Sumber : canva/@reallygreatsite
zoom-in-whitePerbesar
ilustarsi jari telah memilih /Sumber : canva/@reallygreatsite
ADVERTISEMENT
Baru sehari, selesai melaksanakan pesta demokrasi yang bernama pilkada 2024, dari hasi Quick Count Pilkada 2024 sudah ada titik terang siapa yang kalah dan siapa yang menang, calon kepala daerah yang belum beruntung kembali kesemula beraktifitas, yang mendapat amanat rakyat bersiap-siap tunaikan janji dan mewujudkan visi misi agar sesuai dengan apa yang sudah diprogramkan.
ADVERTISEMENT
Suatu ketika penulis pernah berdiskusi dengan salah seorang tokoh masyarakat orang yang menang di pun pilkada merasa susah karena beban yang ia pikul sudah tampak, belum lagi janji-janji ke rakyat, tapi kalah pun susah juga karena mulai menghitung aset-aset yang sudah dikorbankan untuk biaya pemilu, dan lain sebagainya.
Selama masa kampanye, sudah pasti ada sengitan miskomunikasi dan lainnya yang mencoba merongrong persatuan dan kesatuan sesama, karena masing-masing saling mengedepakankan pasangan calon masing-masing bahkan tidak jarang terjadi gesekan yang berujung kepada pertikaian selama masa kampanye yang sudah usai.
Menurut Gun Gun Heryanto tipologi kampanye terdapat tiga tipologi, pertama, kampanye positif yaitu dengan metode kampanye dengan mengeksplorasi ragam kelebihan, kekuatan, kesuksesan, capaian program, dan gagasan kandidat, dalam metode ini biasanya mengenalkan kandidat melalui visi, misi, program kerja, dan citra diri mereka kepada pemilih. Pada masa seperti ini pasti terjadi gesekan-gesekan dengan pasangan calon lainnya.
ADVERTISEMENT
Kedua, kampanye negatif, yaitu dengan cara menyerang lawan (attacking campaign) dengan tujuan menurunkan tingkat kepercayaan publik kepada mereka, dengan berbagai cara seperti ragam kelemahan lawan pasangan calonnya. Ketiga, kampanye hitam, dominannya dengan menggunakan rumor, desas-desus, dan beragam informasi lain yang tidak bisa dikonfirmasi ataupun diverifikasi. Kampanye hitam seperti ini menjadi sisi gelap demokrasi. Apalagi para kandidat, tim sukses, dan relawan tergoda memasukkan isu berdaya ledak tinggi seperti memainkan suku, agama, ras, dan antar golongan.
Islah merupakan jalan tengah yang seimbang untuk menutupi tipologi kampanye negatif dan hitam tersebut, bangga dengan banyak relasi lawan politik kemarin sudah seharusnya bertransformasi menjadi partner dalam membangun negeri ini kedepan. Tetapi ego politik masih disimpan dan dijadikan sebagai bahan perbincangan atau diskusi di ruang publik tentu lambat lawan akan mengikis ketebalan persatuan rakyat Indonesia yang sudah terbangun baik selama ini.
ADVERTISEMENT
Suksesnya era pemerintahan baru ditandai dengan kekompakan dan satu visi yang diterjemahkan dengan persatuan dan kesatuan, hal ini sejalan dengan nilai dasar negara Pancasila yaitu pada sila ketiga, dalam persatuan dan kesatuan, diantara butir-butir persatuan adalah; Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Mengembangkan persatuan dan kesatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
ADVERTISEMENT
Tanpa persatuan rasanya sulit untuk memajukan dan menyejahterakan rakyat, secara hakikat persatuanlah yang lebih mahal dari jumlah aset melimpah tersebut, karena kalau tidak ada persatuan celah itu akan terbongkar, bahkan sampai kepada perampasan, ironisnya apabila tercuta ke dunia internasional maka negeri kita akan dipangan sebelah mata, jatuh martabatnya, jatuh kedaulatannya, tanpa sadar kelak akan menjadi pintu tol bagi mereka yang ingin menjajah kembali negeri yang sudah asri damai dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
Egoisme merusak diri dan lainnya, dalam diri meningkat menjadi arogan dalam sosial meningkat menjadi fanatik buta karena kelompok merasa paling benar paling jujur, paling viral dan hits. Selanjutnya adalah membangun sikap altruisme yaitu tindakan atau sikap yang lebih mengutamakan kepentingan orang lain dibanding kepentingan diri sendiri. Ciri seorang pemimpin yang berkeadaban dan bermoral adalah ia lebih suka mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi urusan-urusan sosial ia urus dengan sepenuh hati tanpa mengharap imbalan dari rakyat. Urusan-urusan rakyat dipermudah, tidak ada yang dipersulit semua merasakan keamanan dan kenyamanan hal ini terwujud dalam pelayanan yang baik.
ADVERTISEMENT
Kesampingkan ego utamakan silaturrahim, setelah keluar hasil keputusan KPU silaturrahim adalah langkah berikutnya untuk membangun dan mewujudkan cita-cita luhur dari rakyat karena dengan silaturrahim yang beku akan menjadi cair sulit berubah menjadi mudah. Hidup itu pada hakikatnya tidak ada yang sulit apabila dibawah silaturrahim, sharing dengan para ahli, akademisi, dan praktisi dapat membuka cakrawala pemikiran-pemikiran atau ide cemerlang dalam membang negeri lima tahun yang akan datang.
Persatuan merupakan perwujudan dari paham kebangsaan Indonesia yang mengatasi paham perseorangan, golongan, suku bangsa, dan mendahulukan persatuan dan kesatuan bangsa sehingga tidak terpecah-belah oleh sebab apa pun.
Semua rakyat mendapatkan perlakuan yang sama tidak ada termarjinalkan dengan lembaga paham golongan, membentuk kelompok-kelompok dengan tujuan yang kurang baik adalah level pertama ibarat games untuk menghancurkan persatuan dan kesatuan, tidak muncul lagi atau lewat di rell media sosial kita berita memilukan seperti radikal, stereotipe, rasisme. Apalagi masyakat indonesia adalah masyarakat heterogen dimana masyarakatnya tediri dari berbagai suku yang sangat banyak hidup berdampingan di bawah payung Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan sebagai dasar nagara.
ADVERTISEMENT
Peran semua rakyat baik berdasarkan kasta dan golongan apa pun sangat urgen sekali mendamaikan kerukunan, ketenangan di masyarakat, karena sekalipun usai sudah pemilu sensitifas masih menjamur dimana-mana sehingga rakyat masih takut-takut berbicara karena takut, dan tersinggung group sebelahnya.