Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Memastikan yang Tepat, Bukan Tercepat
19 September 2021 17:39 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Hasmawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saya rasa semua ibu di dunia ini pasti ingin anaknya mendapatkan yang terbaik dan jadi yang terbaik. Meski hati ini di besar-besarkan, tetap saja rasa iri bila melihat anak orang lain yang sebaya dengan anak kita, muncul saat melihat perkembangan mereka lebih baik dari anak sendiri. Itulah yang saya rasakan beberapa tahun lalu, ketika anak saya didiagnosa mengalami kesulitan belajar akibat rendahnya daya fokus dan kesulitan mengomunikasikan apa maksud hatinya sehingga sering mengalami ledakan emosi yang diakibatkan oleh hiperaktif dan autisme level ringan.
ADVERTISEMENT
Cemburu rasanya melihat teman yang memiliki anak sebaya dengan anak saya memposting status anaknya belajar A, B dengan hasil membanggakan. Aaah.... kapan saya bisa seperti itu juga? kecil juga hati ini lama-lama rasanya. Untungnya Tuhan Maha Baik, melewati masa-masa itu saya memiliki seorang sahabat baik, belahan jiwa saya. Ia banyak membesarkan hati saya, meyakinkan bahwa setiap anak memiliki temponya masing-masing. Belum lagi support system dari teman-teman dekat yang terus menyemangati dan mengingatkan untuk fokus pada hal yang harus diprioritaskan saat itu.
Anak saya menjalani terapi sebagaimana yang disarankan. Kami harus memperbaiki kemampuannya berkomunikasi dan rentang fokus. Terapi yang hingga saat ini tak pernah saya ketahui bagaimana prosesnya, karena setiap saya tanya anak saya jawabannya tak pernah jelas sampai sekarang. Yang jelas dua tahun setelah menjalani terapi ini saya merasakan perubahan besar pada anak saya. Rentang fokusnya jauh meningkat dari yang semula hanya berkisar 5 menit, pada tes terakhir tembus sampai di 45 menit, bahkan sepertinya kini sudah lebih lama dari itu. Kemampuan berkomunikasinya berkembang pesat. Ia mampu menjelaskan apa yang dipikirkannya sehingga ledakan emosi hampir tak pernah terjadi. Sekarang jadi lebih rajin bertanya karena merasa bisa menyampaikan maksudnya.
Dan yang paling terbest dari semua itu adalah, keinginan belajar anak saya tumbuh. Masih tunas sih, tapi itu tumbuh. Betapa gembiranya saya saat ia meminta les tambahan Matematika karena cita-citanya yang ingin menjadi angkasawan. Bahasa Inggris juga tak lupa dimintanya katanya agar biar bisa paham kalau main game, karena gamenya berbahasa Inggris. Tak mengapa lah nak, apa pun alasannya, yang jelas kembang rasanya dada ini mendengar ia meminta mempelajari sesuatu yang baru dengan keinginannya sendiri.
ADVERTISEMENT
Saya tau masih terlalu dini untuk berbangga hati, tapi saya bahagia membandingkan perkembangan anak saya dengan dirinya sendiri dua tahun yang lalu. Pelajaran tambahan yang dimintanya hingga kini dijalaninya dengan tanggung jawab penuh. Matanya yang bersinar tatkala saya minta bercerita apa saja yang ia pelajari menjadi obat dari kecewa saya yang lalu-lalu.
Dan kini saya merasakan telah mereguk sedikit dari manisnya kesabaran. "Semua orang memiliki lini masanya masing-masing" bagi saya bukan lagi menjadi kata-kata template dekorasi hiasan dinding. Itu adalah kata-kata sakti yang menjadi kekuatan saya untuk mampu bersabar. Saya tidak mengatakan bahwa mempercepat sesuatu hal untuk diberikan kepada anak adalah hal yang salah. Ada beberapa anak yang memang perkembangannya terstimulus dengan baik dan mampu untuk itu dibandingkan anak yang lain. Tak mengapa, selagi anak mampu dan orang tua mendukung penuh apa salahnya dengan itu.
ADVERTISEMENT
Namun demikian untuk para orang tua yang barangkali pernah atau masih merasa berkecil hati dengan perkembangan anak yang tak sesuai harapnya, saya ingin mengatakan, tak apa, semua akan baik-baik saja. Hal yang penting bagi kita orang tua adalah memberikan anak kita hal yang tepat, bukan tercepat. Kita pasti memiliki insting yang jauh lebih baik dalam menganalisa hal yang tepat untuk mereka, bukan sekadar hasil komparasi, apalah lagi buah bisik omongan tetangga.