Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Surat Cinta (Cerita Pendek)
15 Februari 2025 19:08 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari HASNA' KHOIRUNNISSA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Cerpen by: Hasna' Khoirunnissa

Halo, namaku Cinta, umur ku 14 tahun, aku bersekolah di salah satu SMP favorit di Bandung. Adik ku bernama kasih, dan dia berusia 6 bulan. Kami tinggal di sebuah perumahan elite di Bandung, ayah dan bundaku selalu bekerja sepanjang waktu. Di rumah kami selalu di rawat oleh Mbok Yen, kami juga punya supir pribadi, pak Astur namanya. Mbok dan Pak Astur sudah bekerja di keluargaku sejak usia ku 4 bulan, oleh sebab itu aku sangat menyayangi mereka, terutama Mbok Yen.
ADVERTISEMENT
Setiap pagi Mbok selalu menyiapkan sandwich dan susu untuk sarapanku, sedangkan ayah dan bunda sudah pergi sejak jam 6 pagi. Sepulang sekolah aku, mbok selalu menyiapkan makan siang yang super lezat, mbok selalu memintaku untuk mengganti baju, solat, baru makan. Sekitar jam 3 sore, aku pergi les dan pulang ke rumah sekitar jam 8 malam. Begitulah kiranya kehidupan ku tanpa ada rasa hangat kasih sayang ayah dan bunda.
Kemanapun aku pergi, aku selalu diantar jemput oleh pak Astur, kadang aku iri dengan teman-teman ku yang selalu di antar jemput oleh ayah bundanya.
Minggu pagi aku terkejut saat melihat ayah, bunda, dan kasih yang sedang sarapan di meja makan. Aku terheran mengapa ayah dan bunda tidak bekerja, tapi yasudahlah. Saat aku menghampiri meja makan bunda menyapaku "selamat pagi putri bunda yang cantik", aku hanya tersenyum padanya. Bunda mengambilkan nasi goreng untuk sarapanku, ada rasa kesal dan kecewa dalam hatiku, sontak aku berkata "sarapan favorit ku saja bunda tak tahu, apa bunda tahu bagaimana sekolahku? Apa saja kegiatanku? Bagaimana prestasi ku? Bunda gak tau kan!", aku segera pergi ke kamar ku. Aku tahu apa yang baru saja aku lakukan itu tidak sopan, tapi aku hanya kesal dengan kesibukan ayah dan bunda hingga tak pernah memerhatikanku. Tak lama mbok datang membawakan sandwich dan susu ke kamar ku, mbok bilang "jangan ngomong gitu lagi sama bunda ya", aku tak membalas sepatah kata pun dan mbok membiarkanku sendirian di kamar.
ADVERTISEMENT
Akhir bulan Juni mbok izin pulang kampung selama 2 bulan, aku tak tahu pasti apa alasannya, yang aku tau aku akan kesepian dalam 2 bulan ke depan. Setelah mbok pulang kampung, bunda selalu menyempatkan waktu untuk menyiapkan sarapan untukku, jika tak sempat bunda akan memberiku uang jajan tambahan. Makan siangku yang tadinya masakan si mbok yang super lezat kini berganti dengan masakan restoran yang rasanya biasa saja.
Setelah 2 bulan berlalu, mbok tak kunjung pulang ke rumahku. Aku sudah sangat merindukannya, aku ingin bercerita padanya bahwa aku menjuarai lomba menulis puisi pada bulan lalu, dan akupun menjadi juara umum disekolah. Sungguh, aku sudah tak sabar untuk menceritakan semuanya pada mbok.
ADVERTISEMENT
Suatu pagi, aku melihat bunda sedang berbincang dengan seseorang di ponsel nya, setelah berbincang cukup lama, raut wajah bunda menjadi sedikit sedih, aku memberanikan diri untuk memulai obrolan dengan bunda "siapa bun?" tanyaku. Bunda pun menjawab "anaknya si mbok", aku terkejut dan benar benar tak sabar menanti kepulangan si mbok "apa katanya bun? Kapan mbok pulang?", bunda berlutut di hadapanku membelai pipiku, lalu memegang pundak ku lalu berkata "sayang, mbok sudah pulang, mbok pulang ke yang Mahakuasa, mbok lebih di sayang Tuhan",
Tubuh ku seketika lemas, air mataku tak bisa ku bendung, lutut ku tak kuasa menahan semua kenyataan ini. Rasanya seperti ada ombak yang menerjang tubuh ku, yang akan membawa ku hanyut dalam lembaran kehidupan yang penuh dengan kesepian dan kesedihan. Pandanganku kabur dan aku merasa kepalaku tertusuk sesuatu.
ADVERTISEMENT
Saat aku membuka mataku, aku berada di sebuah ruangan, bisa ku pastikan ini bukan kamarku. Aku melihat ayah, bunda, pak Astur, dan Kasih ada diruangan itu, nampak raut wajah mereka sedang cemas. Bunda menyadari bahwa aku telah sadar, ia menghampiri dan memeluk ku, lalu berkata "kamu gapapa kan sayang? Ada yang sakit?". Aku hanya menggelengkan kepalaku yang sudah terbalut perban. Aku pun bertanya, "apa yang terjadi padaku?", bunda bilang kepalaku terkena sudut meja makan yang terbuat dari kaca, kulit kepalaku sobek dan aku mengalami pendarahan di kepala bagian belakang. Aku tak peduli atas apa yang sudah terjadi, hatiku masih hancur sebab kematian mbok, aku meminta pada bunda untuk segera pulang, aku tak suka berada di ruangan itu. Bunda memanggilkan dokter, lalu dokter memeriksa keadaan ku dan berkata "kamu boleh pulang, tapi kalo ngerasa pusing segera kembali ke rumah sakit ya", aku hanya menganggukan kepala, dan kami pun pulang kerumah.
ADVERTISEMENT
Di rumah, aku termenung, aku bertanya tanya, setelah hari ini siapa yang akan mendengarkan curhatanku? Menyemangatiku? Memberikan kasih sayang padaku? Semua telah semu.
Di sekolah, aku jadi sering menangis, entah itu sedang proses pembelajaran ataupun waktu istirahat. Rangking ku menurun drastis, dan aku tak pernah menggapai prestasi apapun lagi. Hingga pada akhirnya aku dipanggil ke ruangan BK, di ruangan itu, aku ditanya apa yang sudah terjadi, hingga membuat ku seperti ini. Dengan penuh rasa sedih aku menceritakan semua penyebabnya, guru BK pun memberi ku motivasi agar aku bangkit lagi, tapi aku tak peduli, karna bagiku semuanya kini sudah tak mempunyai arti.
Sejujurnya, aku sering merasakan pusing di kepalaku, tapi aku tak pernah menghiraukannya, dan tak pernah memberi tahu pada siapapun. Hingga pada suatu malam, pada tanggal 15 November 2003, aku merasakan pusing yang amat luar biasa, ini beda tak seperti yang sebelumnya yang masih bisa aku tahan. Saat itu aku hendak tidur tapi tiba tiba rasa pusing itu menyerang sekuat kuat nya, tubuhku mulai kaku, nafasku mulai ter engah-engah, dari ujung kaki hingga ujung kepalaku gerakannya sudah tidak bisa aku kendalikan, rasanya sangat sakit. Aku segera mengetik surat di laptop ku yang memang ku biarkan menyala sejak tadi sore.
ADVERTISEMENT
Dengan jari-jari tangan yang mulai kaku, aku mengetik surat:
Malam ini, 15 November 2003, Cinta merasakan pusing yang sangat kuat, nafas Cinta sesak, badan Cinta kaku, serta mulut Cinta pun kaku. Cinta tau kalian akan membaca surat ini besok pagi, karna malam ini kalian lembur. Cinta hanya bisa mengetik surat ini, disini cinta mau bilang bahwa Cinta sangat mencintai kalian, jangan sibuk kerja terus. Andai kalian tahu bahwa Cinta mengetik surat ini dengan penuh perjuangan. Maaf jika perilaku Cinta selama ini tidak sopan pada kalian, itu bentuk protes Cinta agar kalian mau memperhatikan keseharian Cinta dan Kasih. Cinta tau kalian sibuk bekerja untuk kami, untuk masa depan kami. Tapi, Cinta dan Kasih membutuhkan kasih sayang kalian, bukan dari pembantu yang setiap bulannya kalian bayar.
ADVERTISEMENT
Ayah, bunda... rawat Kasih dengan penuh Cinta dari kalian ya, Cinta sangat sayang pada kalian. Ayah, bunda nafas cinta kini semakin sesak, pandangan Cinta mulai kabur. Maafkan Cinta.
Tertanda
CINTA BRATAWIDJAJA
Setelah mengetik surat aku memandang foto keluarga kecil ku, di foto itu usia ku sekitar 7 tahun. Dengan air mata yang seketika membasahi pipi, aku berkata dalam hati "AKU SANGAT MENCINTAI KELUARGAKU" hingga akhirnya aku menghembuskan nafas terakhir ku.
-Selesai-