Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.1
Konten dari Pengguna
Hubungan Mitologi Yunani dan Romawi dengan Astronomi
14 Desember 2022 20:08 WIB
Diperbarui 26 Desember 2022 14:27 WIB
Tulisan dari Hasna Nur'azizah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Ilustrasi Galaksi Bintang. Sumber: https://pixabay.com/id/photos/galaksi-bintang-ketakterbatasan-3608029/](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01gm7tpthfvhc8dvvmbjymqepp.jpg)
ADVERTISEMENT
Mitologi Yunani dan Romawi merupakan kepercayaan yang dianut pada zaman Yunani Kuno dan Romawi Kuno. Pada zaman sekarang kepercayaan ini hanyalah sebuah legenda atau mitos. Kedua mitologi ini sendiri memiliki kemiripan satu sama lain. Pasalnya saat orang Romawi menduduki Yunani, mereka mengadopsi kebudayaan Yunani. Maka dari itu, dewa-dewi mereka memiliki kemiripan. Contohnya seperti Zeus, dalam mitologi Yunani ia merupakan raja para dewa. Sedangkan dalam mitologi Romawi, raja para dewa adalah Jupiter. Tak hanya itu, beberapa contoh lain seperti dalam mitologi Yunani ada Aphrodite sebagai dewi cinta dan kecantikkan lalu dalam Romawi ada Venus. Lalu ada Athena sebagai dewi Kebijaksanaan, dalam mitologi Romawi ada Minerva dan masih banyak contoh lain-lainnya. Kedua mitologi ini ternyata memiliki keterkaitan pada bidang astronomi. Astronomi sendiri adalah ilmu yang membahas benda-benda langit seperti bintang, planet dan sebagainya. Keterkaitan itu terdapat pada benda-benda langit yang memiliki nama seperti mitologi Yunani dan Romawi.
ADVERTISEMENT
Taurus, Gemini, Capricorn, Aries, Sagitarius, tentu kalian tidak asing dengan nama ini bukan? Benar ini merupakan zodiak yang termasuk dalam rasi bintang. Zodiak sendiri merupakan sabuk khayal konstelasi yang dilewati ekliptika. Jadi, jika kalian melihat pada malam hari rasi bintang zodiak ini akan sejajar memotong lingkaran ekliptika. Untuk penamaanya sendiri, diambil dari kisah-kisah mitologi Yunani. Salah satu contohnya rasi bintang Taurus, kisah dibalik rasi bintang ini ternyata Dewa Zeus jatuh cinta dengan seorang putri dari Raja Agnor yang bernama Europa. Demi mendapatkan Europa ia pun merubah dirinya menjadi banteng jantan berwarna putih dan mendekati Europa. Europa yang tertarik pada banteng tersebut pun mendekati lalu menaikinya. Tak disangka, Dewa Zeus pun membawa Europa pergi ke sebuah pulau lalu memperistrinya. Pada akhirnya, Zeus pun mengabadikan kisah ini menjadi sebuah rasi bintang yang dilambangkan dengan banteng jantan. Nama Europa sendiri menjadi salah satu satelit Planet Jupiter, yang dimana dalam mitologi Romawi Jupiter merupakan raja para dewa. Selain itu Europa juga menjadi cikal bakal penamaan benua Eropa. Kisah yang diangkat oleh Dewa Zeus menjadi rasi bintang tidak hanya Taurus, beberapa diantaranya seperti Gemini, Aquarius, Aquilla, Pegasus dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Keterkaitan ini tak hanya berlaku dalam rasi bintang saja, melainkan juga berlaku dalam planet-planet. Apakah kalian pernah berpikir kenapa planet Merkurius harus bernama Merkurius? Lalu kenapa planet paling besar dinamakan Jupiter? Faktanya nama-nama tersebut merupakan nama dewa Romawi Kuno. Penamaan planet sendiri didasari dari sifat para dewa-dewi Romawi Kuno. Pada zaman Romawi Kuno sendiri, mereka hanya baru mengetahui sebagian planet saja yaitu, Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus. Bahkan awalnya mereka menganggap Bumi merupakan pusat tata surya, dan menganggap Matahari, Bulan dan planet-planet mengelilingi Bumi. Walau pada kenyataanya Bulan memang mengelilingi Bumi. Semakin zaman berkembang, barulah para ilmuwan menyadari bahwa Bumi bukanlah pusat tata surya melainkan termasuk ke dalam jajaran planet-planet. Sedangkan pusat tata surya sendiri merupakan Matahari.
ADVERTISEMENT
Contoh penamaan pada planet yaitu, Merkurius. Merkurius dalam mitologi Romawi sendiri adalah dewa yang membawa pesan para dewa. Planet Merkurius sendiri memiliki gerak yang sangat cepat dalam orbitnya. Maka karena ia bergerak cepat planet itu dinamakan Merkurius. Lalu planet-planet luar, seperti Jupiter dan Saturnus, bergerak lebih anggun dan pelan, sesuai dengan namanya yang merupakan raja-raja para dewa (Sagan, 2016). Contoh lainnya seperti Jupiter dan Saturnus. Penamaan Saturnus sendiri disebabkan oleh orbit planet ini yang jauh dari Matahari, melebihi Jupiter. Akibatnya, pergerakan planet ini berjalan lebih lambat, di samping cahayanya yang lebih redup dan warna lebih kuning. Dari situlah orang Romawi Kuno memberikan nama Saturnus kepada planet bercincin ini, dikarenakan sifat-sifat Saturnus yang dianggap seperti Dewa Penguasa Waktu (Admiranto, 2013). Sedangkan untuk penamaan Jupiter, Orang Romawi Kuno tidak mengetahui bahwa planet terbesar di Tata Surya merupakan Jupiter, tetapi mereka menamainya dengan tepat karena Jupiter merupakan raja para dewa. Mungkin mereka memilih namanya karena cahayanya yang relatif stabil dan pergerakannya yang megah melalui bola langit, menghabiskan waktu sekitar satu tahun disetiap konstelasi zodiak sebelum berpindah ke konstelasi berikutnya (Schneider & Arny, 2007). Dalam mitologi Romawi sendiri Jupiter merupakan anak dari Saturnus yang merupakan penguasa sebelum Jupiter.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya adalah penamaan Milky Way atau yang biasa kita kenal dengan Galaksi Bimasakti. Milky Way sendiri jika diartikan adalah Jalan Susu. Ternyata penamaan ini diambil dari kisah mitologi Yunani, yaitu kisah Hera istri Zeus. Kepercayaan Yunani menjelaskan bahwa pita cahaya samar di langit malam adalah air susu Hera yang menyembur dari payudaranya melintasi langit, suatu legenda yang menjadi asal-usul kata yang digunakan oleh orang Barat, Milky Way (Sagan, 2016). Selain itu ada pula Galaksi Andromeda yang penamaannya diambil dari Putri Andromeda dalam mitologi Yunani. Andromeda sendiri merupakan putri dari Raja Cepheus dan Ratu Cassiopeia yang diumpankan untuk monster laut lalu diselamatkan oleh Perseus salah satu anak Zeus. Yang pada akhirnya mereka berdua menikah. Keempatnya juga diabadikan dalam rasi bintang.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka
Admiranto, A. G. (2013). Menjelajahi Tata Surya. Yogyakarta: Kanisius.
Sagan, Carl. (2016). Kosmos. (R. Satyaningsih, Terjemahan). Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Schneider, S. E. & Thomas T. Arny. (2007). Pathways to Astronomy. Boston: McGraw-Hill Higher Education.