Antara Berkarya dan Bertani

Hastra Aminoto Laia
Pegiat Media Sosial
Konten dari Pengguna
16 Agustus 2021 15:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hastra Aminoto Laia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi. Sumber : pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi. Sumber : pexels.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Selama masa pandemi COVID-19, banyak orang memilih bekerja di rumah, tidak terkecuali yang berkarya di bidang kepenulisan baik penulis senior dan termasuk saya sebagai penulis recehan. Hehehe.
ADVERTISEMENT
Mereka kerap memanfaatkan masa karantina mandiri di rumah dengan menulis. Bagi mereka menghasilkan uang dari rumah dengan menulis sudah dilakoni jauh hari, sebelum virus Corona mewabah.
Akhir-akhir ini saya suka pansos di media sosial. Ada yang bilang saya suka pansos dikarenakan beberapa karya tulis saya terbit di beberapa media dan beragam tanggapan yang lain. Sebenarnya saya pansos bukan gara-gara itu tetapi melainkan beberapa teman seangkatan di Kelas Menulis Online (KMO) yang sering membuat saya panas melihat hasil karya mereka yang bisa tembus di berbagai media. Lah, saya baru satu dua tulisan saja.
Misalkan, beberapa teman seangkatan saya di kelas 15A, Mbak Lina, Mbak Rina, Mbak Indah, Mas Pandu dan yang paling membuat saya panas juga melihat tulisan-tulisan dari Mas Ryan yang kini menjadi langganan salah satu media.
ADVERTISEMENT
Melihat karya mereka terkadang membuat saya termotivasi. Di sisi lain, terkadang saya sadar juga bahwa di antara mereka, saya lah yang paling muda. Sehingga patut saya syukuri bisa berada di tengah-tengah lebih tua dari saya.
Sebenarnya saya ikut menulis bukan karena hobi belaka tetapi biar kelihatan keren saja dan ingin memiliki hasil tambahan untuk uang jajan serta memiliki pengaruh.
Tetapi banyaknya media online atau situs yang menerima tulisan dari penulis luar tanpa menyediakan honor membuat saya jadi malas berkarya dan ingin bertani saja.
Di sini muncul urgensi bahwa berkarya saja tidak cukup. Dan saya sudah buktikan sendiri bahwa menulis dengan gaya terbalik pun tetap saja tak ada hasil tambahan, melainkan pengetahuan yang bertambah.
ADVERTISEMENT
Jadi, menurut saya berkarya saja tidak cukup, bertani lebih memberi hasil memuaskan, apalagi di tengah pandemi COVID-19. Pasti akan memberi hasil yang menjanjikan. Namun, saat ini minat generasi muda atau pemuda untuk terjun di dunia pertanian sangatlah rendah.
Saya masih ingat saat Presiden Jokowi memberikan sambutan secara virtual di acara Pembukaan Pelatihan Petani dan Penyuluh Pertanian yang ditayangkan YouTube BPPSDMP Kementan. Saat dia mengatakan, "Kita harus membuat generasi muda lebih berminat menjadi petani. Sebab dari total petani Indonesia, sebanyak 71 persen berusia 45 tahun ke atas. Sedangkan yang di bawah 45 tahun sebanyak 29 persen."
Ini akibat adanya asumsi salah yang selama ini berkembang di masyarakat. Ada yang berasumsi bekerja atau berusaha di bidang pertanian bagi generasi muda dianggap kalah ‘gengsi’ di bandingkan menjadi pegawai kantoran atau karyawan swasta.
ADVERTISEMENT
Padahal asumsi seperti itu sama sekali tidak benar. Pemuda yang menjadi petani di era teknologi seperti saat ini, justru merupakan pekerjaan yang sangat menjanjikan.
Saya jadi ingat kondisi di desa saya yang saat ini rata-rata pemuda suka bertani jagung. Ini dikarenakan tingkat penghasilan mereka lebih tinggi dibandingkan pekerjaan di bidang yang lain.
Sudah saatnya generasi muda bertani. Dan profesi petani patut kita banggakan apalagi memasuki masa pandemi COVID-19 ini yang mengakibatkan banyak pemuda pengangguran.
Jadi, bertani di era teknologi sekarang menunjukkan bahwa bertani merupakan jenis usaha yang paling menguntungkan pemuda dibandingkan dengan pekerjaan lainnya.
Medan, 16 Agustus 2021