Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Skenario Stunting
20 Agustus 2023 11:34 WIB
Tulisan dari Hasya syilmi esyafira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Stunting dimulai dari mana ya?
ADVERTISEMENT
Masalah stunting terjadi dalam perjalanan waktu yang tidak singkat, banyak faktor yang berkontribusi atas kejadian stunting. Salah satu faktor penyebabnya ialah kurang pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada saat kehamilan. Keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil ditentukan jauh sebelumnya, yaitu pada masa remaja dan dewasa sebelum hamil atau selama menjadi Wanita Usia Subur (WUS).
ADVERTISEMENT
Remaja Sampai Menjadi Ibu
Mengapa remaja turut dilibatkan dalam mencegah stunting?
Masih banyak yang menyangka bahwa isu stunting hanya untuk orangtua dan pasangan yang sudah menikah. Padahal sebenarnya stunting merupakan sebuah siklus. Remaja merupakan awal yang tepat untuk mencegah terjadinya stunting. Masalah pada remaja yang dapat menyebabkan terjadinya stunting dikemudian hari diantaranya adalah anemia, atau saat remaja putri namun sudah mengalami kehamilan karena pernikahan dini. Faktor pernikahan dini akan berpengaruh pada psikologis seorang ibu karena pernikahan dalam usia yang belum matang dan belum siap menjadi seorang ibu. Hal ini juga akan berpengaruh pada saat kehamilan, janin yang ada dalam kandungan saling berebut untuk mendapatkan asupan gizi. Selain itu dapat berisko memiliki Indeks Masa Tubuh (IMT) kurus dan sangat kurus, serta akan mengalami kondisi kurang energi kronik (KEK).
ADVERTISEMENT
Status gizi kurang atau sangat kurang, dan keadaan anemia pada remaja putri berhubungan dengan kurangnya asupan gizi yang berdampak pada rendahnya penambahan berat badan saat kehamilan serta berlanjut saat mereka menjadi ibu yang dapat mengakibatkan tingginya kejadian bayi lahir premature yang menjadi salah satu faktor terjadinya stunting pada balita, mereka pun lebih berisiko mengalami perdarahan pasca-persalinan, melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), atau kelahiran mati (Simbolon et al., 2022). Selain itu, anak-anak mereka lebih mungkin mengalami stunting, sehingga meneruskan siklus malnutrisi (Yuliati, 2021).
Maka masalah stunting harus menjadi perhatian dengan membangun kesadaran remaja supaya remaja menjaga asupan gizinya untuk mempersiapkan diri sebagai seorang calon ibu. Selain itu pada saat menjadi ibu faktor yang dapat menyebabkan anak stunting diantaranya diuraikan dalam gambar: Inisiasi menyusui dini (IMD) (Tanuwijaya et al., 2021), ASI Eksklusif, PMBA dan MPASI, Penyapihan terlalu cepat (Leu, 2021), Infeksi (Windasari et al., 2020)
ADVERTISEMENT
Cara Pencegahan Stunting Sejak Dini Agar Tidak Muncul Stunting Baru.
Pencegahan stunting dimulai sedini mungkin sejak remaja. Remaja harus mempunyai perilaku hidup yang sehat, mempunyai status gizi yang baik dengan memperhatikan asupan gizinya serta pola makan melalui prinsip konsumsi gizi seimbang, mengkonsumsi tablet tambah darah (TTD) sebanyak 1 tablet per minggu, mengkonsumsi makanan tinggi Fe atau zat besi (daging merah, ikan, bayam, brokoli dsb), serta makanan kaya akan vit.c untuk membantu penyerapan Fe atau zat besi (jambu biji, jeruk, strawberry dsb) melakukan aktifitas fisik minimal 30 menit sehari, dan menghindari terjadinya pernikahan dini (Khosiah et al., 2022)
Selain remaja, pencegahan bisa dilakukan saat 1000 HPK dari masa kehamilan hingga usia 2 tahun dengan meningkatkan pengetahuan ibu tentang sikap dan perilaku seorang ibu dalam mencegah stunting melalui paket gizi, yaitu pemberian makanan tambahan, vitamin A, tablet tambah darah pada ibu hamil dan balita serta konsumsi makanan tinggi Fe, dan memahami tentang pengasuhan yang tepat. Selain itu, dengan melakukan permeriksaan ANC (Antenatal Care) rutin ke bidan, puskesmas atau fasilitias kesehatan lainnya, pemebuhan kebutuhan nutrisi (mengkonsumsi buah, ikan, daging, sayur, olahan kacang-kacangan minum susu ibu hamil), menghindari paparan asap rokok (Nurfatimah et al., 2021). Pada saat menjadi ibu merupakan hal yang harus diperhatikan untuk pencegahan stunting. Dalam pedoman (Kemenkes, 2020) standar emas pemberian makan bayi dan anak ada 4 antara lain;
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA
Khodijah Parinduri, S. (2021). Optimalisasi Potensi Remaja Putri Dalam Pencegahan Stunting Di Desa Wangunjaya Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor. Promotor, 4(1), 23–29. https://doi.org/10.32832/pro.v4i1.5518
Khosiah, N., Dirgayunita, A., Soliha, I. A., & Adawiyah, R. (2022). Edukasi Pernikahan Dini Dalam Upaya Pencegahan Stunting Pada Jam’iyah Muslimat Al-Barokah. Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(2), 436. https://doi.org/10.20527/btjpm.v4i2.4784
Leu, B. (2021). Dampak Penyapihan Menurut Al-Quran Dalam Meningkatkan Kematangan Psikologi Anak Masa Kini. Urwatul Wutsqo: Jurnal Studi Kependidikan Dan Keislaman, 10(2), 128–148. https://doi.org/10.54437/urwatulwutsqo.v10i2.262
Nurfatimah, N., Anakoda, P., Ramadhan, K., Entoh, C., Sitorus, S. B. M., & Longgupa, L. W. (2021). Perilaku Pencegahan Stunting pada Ibu Hamil. Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan, 15(2), 97–104. https://doi.org/10.33860/jik.v15i2.475
Simbolon, D., Batbual, B., & Ludji, I. D. R. (2022). Pembinaan Perilaku Remaja Putri Dalam Perencanaan Keluarga Dan Pencegahan Anemia Melalui Pemberdayaan Peer Group Sebagai Upaya Pencegahan Stunting. Media Karya Kesehatan, 5(2), 162–175.
ADVERTISEMENT
Tanuwijaya, R. R., Djati, W. P. S. T., & Manggabarani, S. (2021). Correlation Between Mother’s Infants and Young Child Feeding (IYCF) Knowledge with Nutritional Status of Toddlers. Jurnal Dunia Gizi, 3(2), 74–79. https://doi.org/10.33085/jdg.v3i2.4717
Windasari, D. P., Syam, I., & Kamal, L. S. (2020). Faktor hubungan dengan kejadian stunting di Puskesmas Tamalate Kota Makassar. AcTion: Aceh Nutrition Journal, 5(1), 27. https://doi.org/10.30867/action.v5i1.193