Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Teori Evolusi Darwin, Bagaimana Muslim Menyikapinya?
28 Maret 2022 19:48 WIB
Tulisan dari Hatipah Salamah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Membahas perbedaan pandangan pada teori Evolusi Darwin, oleh Pakar Biologi dan juga Ahli Agama memang mengandung pertanyaan. Konsep evolusi didefinisikan sebagai perubahan dalam sifat keturunan dengan modifikasi berkelanjutan dalam tahapan waktu. Dikutip dari Campbell, evolusi diartikan sebagai suatu proses yang telah mengubah bentuk kehidupan di atas bumi, dari bentuknya yang awal hingga membentuk keanekaragaman yang luas.
ADVERTISEMENT
Pada pemahaman Darwin, ia mengungkapkan dalam bukunya The Origin Of Spesies. Bahwa, berdasarkan bukti-buktinya ia berpendapat spesies itu tidak diciptakan dalam bentuk yang sekarang, tapi melalui proses evolusi dari spesies nenek moyangnya. Evolusi tersebut didasari oleh tanda-tanda bukti yang dapat diamati pengaruhnya pada masa lalu hingga sekarang. Bukti tersebut diruntun dari bukti paleontologi, taksonomi, anatomi perbandingan, embriologi, biokimia perbandingan, hingga fisiologi perbandingan.
Berdasarkan argumen yang dikenal dengan istilah Watchmaker oleh ahli teotologi abad ke 18 dikutip dari Campbell, Paley mengungkapkan bahwa suaru kehidupan bukanlah merupakan peristiwa yang kebetulan terjadi, kehidupan ini dari struktur biologinya tentu mempunyai perancang yang dengan hebat menstruktur rinci kehidupan yang betapa menakjubkannya suatu organisme itu dirancang.
ADVERTISEMENT
Ahli agama meyakini bahwa Allah SWT menciptakan langit serta bumi dengan isinya. Karena, saya muslim saya akan menjelaskan sedikit teori evolusi dari sudut perspektif Islam. Berdasarkan literatur yang penulis baca, di mana pada perfektif Islam itu ada dua mazhab yang menafsirkan teori Evolusi ini, mazhab pertama menafsirkan ayat sesuai dengan verbal ayat itu per kata. Situasi dan kondisinya dirujuk dari kebanyakan apa yang terjadi pada abad kesatu hingga abad hijriah. Mazhab kedua yaitu kontekstual yang menafsirkan ayat tidak terbatas pada arti verbal ayat, tetapi merujuk pada relevansi teks dengan kemajuan iptek.
Pada asal usul langit dan bumi yang tercantum pada QS 7:54 “sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa...”. enam masa ini pada mazhab tekstual menafsirkannya bahwa enam masa=enam hari, di mana perhitungan hari ditentukan sebagaimana di bumi yaitu 1 hari = 24 jam. Sedangkan, mazhab kontekstual mengatakan satu hari itu bisa diartikan sebagai 1.000 tahun (QS. 32:5) dan bahkan bisa saja 50.000 tahun (QS. 70:4).
ADVERTISEMENT
Mazhab kontekstual menafsirkan enam hari itu jadi enam periode. Karena sejatinya betul bahwa Allah SWT pasti mampu menciptakan alam semesta serta isinya per sekian detik, tetapi jika melihat dari QS. 21:30 dan QS 41:11 dapat disimpulkan bahwa ternyata penciptaan bumi pun dilakukan secara bertahap atau berevolusi. Pada kedua Quran surat tersebut menyatakan bahwa penciptaan alam semesta diawali dengan bentuk asap lalu asap tersebut terpecah menjadi berbagai benda langit, hal ini sama seperti yang diakui pakar astrofisika yakni teori ledakan besar.
Pada teori evolusi suatu organisme, para ahli menggunakan pendekatan sebagai acuan evolusi, bukan suatu pembuktian. Mereka dan bahkan Darwin itu melihat berdasarkan perubahan struktur dari organisme yang saling berkerabat dan mengaitkan perubahan ciri-cirinya. Sedangkan pada QS. 15:26 jelas mengatakan:
ADVERTISEMENT
Hal tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan secara sendiri, tidak berdasarkan evolusi. Jadi menurut saya sendiri, yaitu pada teori evolusi Darwin ini merupakan teori materialitis meniadakan Tuhan sebagai pencipta keragaman hayati. Teori ini berbahaya bagi umat Islam. Karena, transisi tentang proses evolusi pada makhluk hidup bertentangan dengan firman Allah QS. Al-Ankabut:20.
Adapun dari teori Darwin ini, maka para pakar ilmiah dan biologist lainnya mengembangkan teori evolusi lainnya. Hal tersebut, tentu akan menambah pengetahuan kita, di mana setiap organisme makhluk hidup dilakukan pendekatan melalui rekontruksi fosil, untuk diteliti anatomi, fisiologis, dan lain sebagainya. Secara ilmiah, manusia masuk dalam kelompok kera besar atau hominidea dan homonioidea karena klasifikasi manusia paling mendekati dengan spesies tersebut.
ADVERTISEMENT