Dampak Terlalu Optimis

Havis Ichwansyah
Mahasiswa jurusan Akuntansi di Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta
Konten dari Pengguna
28 Februari 2022 14:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Havis Ichwansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap harinya kita dituntut untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang produktif sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Hal ini sangatlah wajar untuk dilakukan setiap orang, karena setiap individu dalam melakukan sesuatu yang dilakukan pastinya dalam mengerjakan sangatlah bersungguh-sungguh dan berharap agar hasilnya memuaskan.
ADVERTISEMENT
Dan dalam contoh kehidupan sehari-hari yaitu seperti pelajar dalam mengerjakan tugas pastinya selalu yakin bahwa hasilnya bagus. Contoh lainnya seperti pekerja karyawan ketika sedang banyak projek dan dia sangat percaya diri dapat menyelesaikan semuanya dalam satu waktu, dan contoh terakhir seperti ibu rumah tangga ketika sedang berbelanja dan asal pilih ketika saat berbelanja karena dia yakin belanjaannya sangat sesuai.
gambar pribadi
Dalam contoh seperti di atas kita perlu tahu bahwa konteks di atas mengarah pada sifat optimis. Optimis merupakan salah satu sifat yang dimiliki setiap orang untuk mendorong kepercayaan diri dalam mengerjakan sesuatu. Optimis boleh saja dilakukan, namun perlu diketahui jika dilakukan berlebihan akan ada dampak negatifnya. Dikutip dari instagram resmi masukptn berikut beberapa dampak dari optimis yang berlebihan :
ADVERTISEMENT
1. Membuat malas.
Dampak yang pertama yaitu dapat membuat setiap individu jadi malas, karena dengan optimisme yang berlebihan akan membuat orang tidak mampu berekspektasi sesuai realitanya. Selalu berharap selalu baik dan lancar segala urusannya dengan merencanakan dengan matang, justru hal ini akan membuat individu merasa terpuruk karena tidak sesuai dengan realitanya dan akan membuat malas.
2. Tidak berkembang.
Biasanya jika seseorang terlalu optimis mereka selalu merasa sempurna dalam hal apapun dan akan menutup ruang agar tidak membuat dirinya untuk bisa lebih baik. Dan hal ini akan sangat berbahaya karena mereka tidak akan mau untuk mengevaluasi dirinya sendiri dan tidak peduli dengan perubahan serta akan selalu merasa puas dengan apa yang dimiliki.
ADVERTISEMENT
3. Lingkungan toxic.
Dalam konteks lingkungan toxic ini akan membuat individu yang optimis berlebihan akan merasa dirugikan. Karena mudah saja untuk mereka terjebak di lingkungan yang toxic dengan menganggap semua kesalahan yang dilakukan orang sekitar adalah ketidaksengajaan dan menganggap semua orang memiliki karakter yang baik. Hal ini tentu saja di lingkungan tersebut mereka akan dimanipulasi dan diatur orang-orang yang toxci.
4. Sombong.
Dampak yang ini juga pastinya akan membuat orang optimisme akan merasa sombong. Tentunya sombong akan membuat mereka menjadi tidak mau kalah, tidak menerima kekurangan dan merendahkan pendapat orang lain. Padahal pendapat orang sangat penting untuk diterima agar dapat perspektif yang banyak serta relasi yang luas.
ADVERTISEMENT
5. Sulit bangkit dari kegagalan.
Saat individu yang memiliki optimis yang berlebihan dan sedang mengerjakan tugasnya dengan ekspektasi yang tinggi, dan ternyata gagal untuk memenuhi ekspektasinya. Tentu saja hal ini akan membuat mereka lebih susah untuk bangkit dari kegagalan akibat penuh keyakinan dirinya yang positif dan ekpektasi yang tinggi.
Perlu untuk kita terapkan bahwa sebenarnya untuk optimis boleh saja dilakukan tetapi kita perlu mengetahui batasan. Agar tidak berlebihan dan hal-hal yang tidak kita inginkan tidak terjadi. Jalani saja apa yang ada di depan tanpa berharap hasil yang lebih.