Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Pembelajaran Daring Selama Pandemi COVID-19
15 September 2021 10:35 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Hayumuti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Evaluasi Problematika Pembelajaran Daring Serta Solusi yang Bisa Diterapkan
![Ilustrasi pembelajaran daring selama masa pandemi COVID-19 (Photo by Katerina Holmes from Pexels)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1631634229/pinrh8nb7yfnqjomzeck.png)
ADVERTISEMENT
Sejak awal kemunculannya, pandemi COVID-19 telah mengharuskan dunia pendidikan menerapkan proses pembelajaran daring (dalam jaringan) atau pembelajaran jarak jauh untuk mencegah penyebaran virus penyebab COVID-19. Selama itu pula, proses pembelajaran daring ini telah menghadapi berbagai problematika yang perlu untuk segera dievaluasi. Dengan dilakukannya evaluasi ini, diharapkan akan timbul solusi-solusi terbaik dalam menghadapi tantangan di bidang pendidikan hingga pandemi COVID-19 berakhir.
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 sendiri, telah menyebabkan timbulnya penyakit yang disebabkan oleh virus Corona yang bermula di Wuhan, Tiongkok, pada Desember 2019. Berdasarkan temuan para ilmuwan, penyakit yang menyerang sistem pernapasan ini diduga kuat berasal dari paparan pasar grosir makanan laut yang menjual banyak spesies hewan laut hidup. Infeksi virus Corona dapat terjadi sangat cepat, ia dapat menular lewat percikan batuk atau bersin (droplet) bahkan bisa sangat menular jika penderita melakukan kontak erat lebih dari 15 menit dalam ruangan tertutup dengan jarak kurang dari 1 meter. Peningkatan kasus yang tajam dalam waktu yang singkat pun membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan COVID-19 sebagai darurat kesehatan internasional.
Merebaknya COVID-19 ini berdampak langsung terhadap aktivitas sosial hingga perekonomian masyarakat. Imbasnya, berbagai kegiatan tersebut menjadi terganggu dan tidak berjalan optimal. Untuk meredam penularan COVID-19 di tengah-tengah masyarakat, pemerintah pada akhirnya membuat beberapa kebijakan untuk membatasi aktivitas masyarakat guna mencegah adanya kerumunan maupun kontak langsung yang dapat memperparah proses penularan. Kebijakan itu tertuang dalam berbagai akronim, mulai dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
ADVERTISEMENT
Berbagai kebijakan pembatasan sosial selama pandemi COVID-19 tak pelak memberikan dampak signifikan terhadap kegiatan pendidikan. Peserta didik yang awalnya melangsungkan kegiatan pembelajaran secara tatap muka atau luring (luar jaringan), kini mereka diharuskan mengikuti kegiatan pembelajaran secara daring (dalam jaringan). Kebijakan ini tertuang dalam Surat Edaran Nomor 36962/MPK.A/HK Tahun 2020 tentang pembelajaran secara daring dan bekerja di rumah dalam pencegahan COVID-19 bagi pendidik dan peserta didik di seluruh jenjang se-Indonesia. Sementara itu, UNESCO merilis hasil penelitian bahwa per tahun 2021, terdapat lebih dari 850 juta peserta didik di seluruh dunia yang tidak belajar di sekolah.
Sistem pembelajaran daring (e-learning) sebelumnya pernah diteliti oleh Georgiev, bahwa pembelajaran daring memang dapat menggantikan kegiatan pembelajaran di kelas pada situasi tertentu layaknya pandemi COVID-19 pada saat ini. Ia menyebut bahwa pada awal transisi pembelajaran daring memang akan menemui berbagai macam kendala. Kendala itu harus diselidiki secara mendalam, yang berangkat dari faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas implementasi pembelajaran daring, seperti ketersediaan media, konteks pembelajaran, teknologi, dan karakteristik pelajar. Meskipun sistem pembelajaran daring dapat dilakukan secara efektif layaknya sistem pembelajaran luring yang bersifat konvensional, bukan berarti pembelajaran luring akan ditiadakan sama sekali. Hal tersebut mengacu pada konteks pendidikan Indonesia yang tidak semua peserta didik memiliki gaya belajar yang cocok dengan sistem daring.
ADVERTISEMENT
Kita mengenal ungkapan “semua hal memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing”. Ungkapan tersebut saya rasa tepat diterapkan untuk meninjau jenis pembelajaran mana yang lebih baik, daring atau luring. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sistem pembelajaran daring memang membawa keuntungan dari sisi mobilitas. Hal ini dapat diartikan bahwa peserta didik dan pendidik tidak membutuhkan banyak waktu untuk berkumpul di suatu tempat seperti di sekolah. Di sisi lain, sistem pembelajaran ini membawa beberapa kendala yang jamak dialami oleh peserta didik. Kendala ini dapat dibagi ke dalam dua hal, yaitu kendala teknis dan problem psikologis. Kendala-kendala itu antara lain jaringan internet, gaya pembelajaran, dan media.
Permasalahan lain yang kerap muncul dari pembelajaran daring adalah ketersediaan kuota internet yang tentu membutuhkan biaya yang tidak murah bagi pendidik maupun peserta didik. Kegiatan pembelajaran daring yang cukup intensif membuat kebutuhan kuota internet terus melonjak, sedangkan mayoritas orang tua dari peserta didik kewalahan dan tidak siap tidak siap jika harus menambah anggaran untuk membeli kuota internet. Kuota internet dan ketersediaan jaringan sangat berpengaruh terhadap kelancaran sistem e-learning. Oleh karena itu, selain permasalahan terkait kuota internet, koneksi jaringan internet juga menjadi salah satu kendala yang dihadapi oleh peserta didik yang tempat tinggalnya tidak menjangkau akses internet. Selain itu, media atau perangkat yang digunakan oleh peserta didik juga tidak memadai. Tidak semua peserta didik memiliki gawai maupun laptop, sehingga mereka harus bergantian dengan anggota keluarga yang lain dalam beberapa momen.
ADVERTISEMENT
Selain menyoal hal-hal teknis, problematika lain dapat muncul dari sisi psikologis peserta didik, salah satunya kejenuhan. Kejenuhan ini dapat timbul akibat beberapa faktor, seperti kelelahan emosional (depresi dan rasa sedih), kelelahan fisik (berada di depan monitor terlalu sering), kelelahan kognitif (kurang konsentrasi), maupun kehilangan motivasi . Adanya kejenuhan ini juga dapat dapat berasal dari kurangnya interaksi secara nyata antara peserta didik dengan pendidik maupun teman sebaya. Diakui atau tidak, sistem pembelajaran daring ketika pandemi COVID-19 telah memberikan batasan-batasan dalam bereksplorasi yang jauh dari hanya sekadar memahami materi pelajaran. Sedangkan eksplorasi dalam bentuk pemberian pengalaman dan berbagi (sharing) bersama teman sebaya dapat menyeimbangkan pola pikir serta meningkatkan motivasi peserta didik.
Pada akhirnya, saya berkesimpulan bahwa sistem pembelajaran daring setidaknya perlu mensyaratkan empat poin seperti yang dianjurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, yaitu memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik, memfokuskan pendidikan pada kecakapan hidup, memberikan variasi aktivitas dan tugas, serta memberikan umpan balik terhadap aktivitas belajar dari rumah. Sementara itu, dalam upaya meminimalisir hambatan pembelajaran daring, para pendidik dapat menjalankan beberapa opsi yang bisa diterapkan, misalnya menyiapkan materi pembelajaran semenarik mungkin, seperti penyajian materi dalam slide PowerPoint disertai video pembelajaran agar materi lebih hidup dan dirasakan oleh peserta didik. Jika pendidik memiliki keterbatasan dalam penguasaan teknologi informasi (IT), mereka dapat menggunakan teknologi yang pengoperasiannya lebih sederhana, misalnya saja aplikasi WhatsApp. Kemudian, jika berkenaan dengan fluktuasi semangat peserta didik, pendidik dapat membangun komunikasi yang baik terhadap orang tua dari peserta didik atau meminta mereka agar dapat mendampingi pelaksanaan pembelajaran daring dari putra-putri mereka.
ADVERTISEMENT