Konten dari Pengguna

Pendidikan Karakter Sejak Dini

Hayumuti
Dosen Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surabaya
21 September 2021 15:26 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hayumuti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pendidikan karakter solusi bagi perilaku menyimpang (LGBTQ)(PhotobySharon McCutcheononUnsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Pendidikan karakter solusi bagi perilaku menyimpang (LGBTQ)(PhotobySharon McCutcheononUnsplash)
ADVERTISEMENT
Pendidikan karakter termasuk ke dalam lingkup pendidikan yang dalam hal ini, pendidikan itu sendiri merupakan instansi sosial yang di dalamnya terdapat sekian komponen dan diikat oleh norma-norma dan tata aturan yang ada. Searah dengan maknanya dalam arti yang sederhana, ia adalah usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang lahir dan berkembang di negeri ini harus mampu memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dalam mendidik warga negara, termasuk dalam menyediakan pendidikan karakter terbaik. Sekolah harus dikelola secara formal, hierarkis, dan kronologis yang berhaluan pada falsafah dan tujuan pendidikan nasional suatu bangsa.
ADVERTISEMENT
Pendidikan karakter telah menjadi salah satu aspek dari pendidikan nasional yang gencar diimplementasikan di berbagai satuan pendidikan. Penerapan pendidikan karakter dapat ditanamkan sejak dini berdasarkan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia serta masyarakatnya, sehingga peserta didik dapat berbaur dan memiliki kepribadian yang benar-benar arif untuk diterapkan di lingkungannya. Pendidikan karakter bukan terbatas jargon semata, namun implementasinya harus mampu membentuk setiap anak menjadi sosok yang memiliki perilaku yang bertanggung jawab dan disiplin di dalam karakter yang diharapkan.
Pendidikan karakter yang ideal semestinya memang harus disosialisasikan sejak dini untuk membentuk karakter yang lebih menonjol di semua jenjang pendidikan. Selain itu, implementasi pendidikan karakter juga harus melibatkan semua komponen pendidikan itu sendiri, antara lain kurikulum, proses pembelajaran, mata pelajaran, pengelolaan sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, sarana prasarana, dan etos kerja seluruh warga sekolah. Membangun pendidikan karakter tidak hanya menjadi tanggung jawab pihak di dalam kelas, dengan kata lain guru, melainkan seluruh perangkat satuan pendidikan harus bersinergi membangun pondasi yang kuat untuk penanaman pendidikan karakter itu.
ADVERTISEMENT
Seiring berkembangnya zaman serta pola kehidupan manusia, turut mengubah perilaku sosial di masyarakat modern saat ini. Imbasnya, tidak sedikit peserta didik yang terpapar perilaku menyimpang. Pada dasarnya, suatu perilaku dapat dianggap menyimpang jika perilaku tersebut tidak sesuai dengan aturan, nilai, atau norma sosial yang berlaku dan hidup di masyarakat. Dalam hal ini, perilaku menyimpang yang dilakukan dapat terjadi di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
Perilaku menyimpang jelas menjauhi prinsip-prinsip nilai yang ada di dalam pendidikan karakter. Faktor-faktor penyebabnya beragam, mulai dari lingkungan sekitar, modernisasi, pergaulan, dan media sosial dalam konteks era disrupsi sekarang ini. Salah satu imbas buruk yang nyata menerpa peserta didik di berbagai tempat adalah pergaulan bebas. Pergaulan bebas tentu mengakibatkan rusaknya kualitas belajar peserta didik tesebut dan turut berpengaruh pada kualitas sekolah. Pergaulan bebas inilah yang akhirnya membuka keran ke dalam aktivitas-aktivitas menyimpang lainnya layaknya ideologi maupun aktivitas berprinsip LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender).
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, LGBT menjadi kajian yang amat sensitif. Oleh sebagian orang, LBGT erat dikaitkan dengan isu moral, krisis karakter, perilaku seksual yang menyimpang, keberagaman perilaku seksual, dan lain sebagainya. LBGT sebenarnya bukan hal baru di Indonesia, akan tetapi invididu LGBT kurang memiliki tempat yang baik di masyarakat. Artinya, masyarakat Indonesia memiliki persepsi yang berbeda terhadap pelaku LGBT, sehingga individu LGBT tak jarang merasa diperlakukan secara diskriminatif. Hal demikian terjadi karena perilaku tersebut dianggap tidak sejalan atau sesuai dengan nilai-nilai universal yang dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia baik dari segi budaya, adat, maupun agama.
Menurut pandangan penulis, LGBT jelas dipicu oleh krisis karakter dan krisis moral. Oleh karena itu, berbicara mengenai LBGT juga berbicara mengenai implementasi pendidikan karakter untuk meredam perilaku menyimpang tersebut. Dengan kata lain, pendidikan karakter merupakan solusi mendasar dalam pencegahan LGBT yang dapat diterapkan di setiap jenjang satuan pendidikan. Penguatan pendidikan karakter pada era modern sekarang ini tentu sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang terjadi layaknya LGBT.
ADVERTISEMENT
Pendidikan karakter menjadi sebuah keharusan karena pendidikan tidak hanya mencetak peserta didik menjadi cerdas, tetapi juga membangun budi pekerti dan sopan santun dalam kehidupan. Untuk merealisasikannya, pendidikan karakter harus diterapkan pada semua jenjang pendidikan mulai dari SD sampai ke perguruan tinggi. Pendidikan karakter harus dimulai sedini mungkin, dampaknya akan jauh lebih besar jika diberikan pada tingkat sekolah dasar karena di sinilah pembentukan karakter dan mental itu terjadi.
Pada akhirnya, pendidikan karakter diharapkan dapat membawa cita-cita luhur bangsa Indonesia yang diwujudkan dengan penyelenggaraan sistem pendidikan yang terarah dan berkelanjutan. Penanaman nilai-nilai akhlak, moral, dan budi pekerti pada peserta didik harus dijalankan dengan sebaik mungkin untuk menghasilkan generasi muda yang berintegritas dan beridentitas Indonesia. Alhasil, karakter yang berisi watak, akhlak, atau kepribadian yang terbentuk dapat digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak dalam kehidupan keseharian. Pendidikan karakter yang semestinya harus mampu mengembangkan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab di dalam diri individu masing-masing.
ADVERTISEMENT
Persoalan LGBT tidak hanya persoalan perilaku menyimpang semata, ia merupakan persoalan karakter, moral, atau nilai-nilai di suatu bangsa. Apabila LGBT hanya dianggap sebatas persoalan sepele belaka, maka tidak menutup kemungkinan suatu saat perilaku tersebut akan diterima oleh masyarakat. Pendidikan karakter menjadi salah satu upaya realistis yang dapat diterapkan dengan sangat komprehensif dengan penggunaan berbagai pendekatan dalam pengajaran. Yang lebih penting lagi, pendidikan karakter tidak hanya bersandar pada pengetahuan moral, perasaan moral dan perilaku moral saja, tetapi juga pada pembiasaan pada hal-hal yang baik, sehingga peserta didik benar-benar memiliki karakter yang paten, tidak hanya sesaat.