news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Situ Gunung Suspension Bridge yang Digandrungi Wisatawan Milenial

Konten dari Pengguna
24 Agustus 2019 18:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hazliansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Wisatawan tengah menikmati suasana pagi dari Jembatan Situ Gunung di Sukabumi, Jawa Barat.
zoom-in-whitePerbesar
Wisatawan tengah menikmati suasana pagi dari Jembatan Situ Gunung di Sukabumi, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Fadilla (21 tahun) antusias menunjukkan hasil swafoto dirinya bersama tiga temannya di satu jembatan gantung yang berlatar belakang lembah hijau nan memesona. Ia menunjukkan koleksi foto yang tersimpan di gawainya lebih lanjut, sambil bercerita soal keunikan jembatan yang terletak di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat itu.
ADVERTISEMENT
“Panjang banget jembatannya, 243 meter. Tinggi juga, 161 meter di atas lembah,” tutur Fadilla.
Jembatan Situ Gunung (Situ Gunung Suspension Bridge) memang indah. Instagramable, begitu generasi sekarang menyebutnya. Tak ayal jadi tujuan para milenial yang hobi mengunggah fotonya ke media sosial.
Lengkungan jembatan dengan empat sling baja sebagai penopang--dua di atas dan dua di bawah--, terbentang dengan rerimbunan daun berwarna hijau dari pohon-pohon yang berdiri tegak dari bawah lembah.
Gugusan bukit dan Gunung Gede Pangrango sebagai latar, ditambah kabut tipis yang sesekali menyelimuti dan dekapan udara sejuk, semakin menyempurnakan pesona jembatan Situ Gunung.
Daya tarik jembatan gantung Situ Gunung tidak cuma itu, sensasi saat menyeberanginya juga memberikan adrenalin tersendiri bagi wisatawan.
ADVERTISEMENT
Saat dipijak, jembatan akan sedikit bergoyang. Bagi sebagian orang mungkin akan membuat sedikit pusing. Tapi percayalah, belum sampai setengah perjalanan, wisatawan akan terpesona dengan keindahannya.
Sampai di ujung jembatan, wisatawan bisa menelusuri lebih jauh daya tarik alam di kawasan ini. Salah satunya Curug Sawer yang terkenal dengan ketinggian air terjun serta kejernihan airnya yang segar. Turun ke aliran sungai di bawah curug bisa jadi pilihan untuk sekadar menghapus peluh setelah berjalan cukup lama.
Di kawasan ini, wisatawan juga bisa menikmati berbagai spot Instagrammable lainnya. Salah satunya restoran dan kafe bernuansa kayu yang menjorok ke luar, dengan jembatan gantung Situ Gunung sebagai latar sehingga memberikan angle yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Jika ingin bersantai sejenak, bisa beralih ke sisi kiri resto. Di sana terdapat spot yang juga tak kalah menantang adrenalin, yakni bentangan tali yang menggunakan simpul sedemikian rupa, sehingga kuat menahan belasan wisatawan yang bersantai di atasnya. Sambil sesekali melihat monyet liar bergelantungan di rimbun pohon di sekitarnya, membuat suasana begitu damai dan menenangkan.
Atau jika ingin menikmati suguhan budaya juga bisa ke amfiteater yang bisa menampung lebih dari 200 orang. Setiap akhir pekan, ada pertunjukan budaya yang disajikan pengelola.
Incaran Wisatawan Milenial
Popularitas jembatan gantung Situ Gunung sebagai atraksi wisata, khususnya di generasi milenial, memang terus meningkat. Terutama setelah diresmikan Menko bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan awal Maret 2019.
ADVERTISEMENT
Sejak itu, foto-foto keunikan dan keindahan jembatan Situ Gunung viral di media sosial. Foto-foto jembatan dieksekusi dalam bingkai yang sempurna dengan warna alam yang memanjakan mata.
Perbincangan di media sosial itu pula yang membawa Dilla dan tiga rekannya tergugah. Kemudian mereka mengatur hingga memutuskan menjelajah keindahan dan eksotisme destinasi yang berada di kawasan Sukabumi, Jawa Barat itu selama 2 hari 1 malam secara mandiri.
“Gampang kok ke sana, aku pertama ngeliat fotonya di Instagram. Itu memang keren banget,” cerita Dilla.
Jembatan Situ Gunung di Sukabumi, Jawa Barat.
Saat pertama kali mendapatkan foto jembatan Situ Gunung, Dilla langsung mencari informasi lebih jauh di media sosial. Tidak sulit mencari informasi tambahan soal Situ Gunung. Mulai bagaimana cara menuju ke sana, tempat menginap, sampai daftar harga untuk masuk kawasan wisata.
ADVERTISEMENT
Dilla sendiri memutuskan menggunakan kendaraan umum kala itu. Dari kediamannya di Jakarta Pusat, ia naik commuter menuju stasiun Bogor. Kemudian berpindah menggunakan kereta Pangrango tujuan Sukabumi dari stasiun Bogor Paledang, yang jaraknya sekitar 1 kilometer dari stasiun Bogor.
Berbeda dengan commuter yang rangkaiannya banyak, kereta Pangrango memiliki jadwal tertentu. Sehingga ada baiknya wisatawan memesannya terlebih dulu secara online di berbagai aplikasi yang dimiliki online travel agent seperti tiket.com, traveloka, dan lainnya.
“Waktu itu aku mesen-nya untuk jadwal kereta pertama, aku pesen sekalian untuk jadwal pulang dan pergi,” kata dia.
Untuk mencapai Situ Gunung, wisatawan bisa turun di Cisaat yang merupakan stasiun terdekat menuju Situ Gunung. Biasanya di depan stasiun sudah banyak angkutan kota (angkot) yang siap mengantarkan wisatawan. Atau jika ingin lebih mudah lagi, bisa memesan transportasi online yang juga banyak tersedia di sana. Dari stasiun Cisaat menuju pintu masuk kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango tarifnya sekitar Rp 50.000.
ADVERTISEMENT
Selama dua hari di sana, Dilla memilih menginap di salah satu glamping. Lagi-lagi, ia mendapatkan informasi tempat menginap ini dan memesannya secara online.
Lius Lottong, konseptor Situ Gunung Suspension Bridge mengatakan, sejak hadirnya jembatan Situ Gunung jumlah kunjungan wisatawan meningkat tajam. Rata-rata per hari bisa mencapai 1.000 sampai 1.500 wisatawan. Jumlahnya bisa meningkat dua kali lipat di akhir pekan atau dalam masa liburan.
“Bahkan waktu lebaran (2019) kemarin, antrean wisatawan yang mau nyeberang itu bisa sampai tiga jam,” ujar Lius.
Dari jumlah tersebut, ia mengakui jika milenial mendominasi. Karakternya jelas terlihat, yakni generasi muda yang asik berburu destinasi yang instagrammable. Kebutuhan itu pula yang coba dipenuhi Situ Gunung sebagai destinasi wisata.
ADVERTISEMENT
“Tapi tidak sedikit pula family dan manula. Wisatawan mancanegara kita juga banyak, seperti dari Singapura, Malaysia, Thailand, dan wisatawan dari beberapa negara Eropa,” kata dia.
Guna semakin memanjakan wisatawan, khususnya generasi milenial, tak lama lagi pihaknya akan meluncurkan aplikasi. Lewat aplikasi tersebut, wisatawan dapat melakukan pemesanan mulai dari tanda masuk, tempat penginapan serta paket-paket tur yang bisa mereka pilih secara online di Situ Gunung.
Di aplikasi itu wisatawan juga bisa melihat perkembangan atraksi, amenitas, dan aksesibilitas di sana. Saat ini Lius mengatakan pihaknya tengah merampungkan pembangunan glamping (amenitas) dan berencana membangun lagi satu jembatan gantung.
“Kami berharap dari wisata alam ini nanti akan berkembang jadi ekowisata. Lagi disiapkan paket ekowisata, karena di taman nasional ini terdapat banyak ragam jenis tumbuhan dan hewan. Nantinya wisatawan bisa trekking dengan berbagai rute,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Pasar yang Besar
Menteri Pariwisata Arief Yahya menilai hadirnya pasar wisatawan milenial tidak lepas dari perkembangan teknologi yang ada. Di mana penerapan teknologi 4.0 akan menghasilkan “disruptive effect” yang akan mengubah secara mendasar wajah berbagai industri termasuk industri pariwisata.
“Berbagai kemajuan teknologi 4.0 memungkinkan terwujudnya berbagai aplikasi yang mampu memperkaya traveller experience di satu sisi. Hal ini secara drastis mendongkrak produktivitas industri pariwisata di sisi lain," kata Arief Yahya.
Menpar memberi contoh di bandara yang memungkinkan adanya robotic airport guide/helper yang membantu para travellers melakukan proses check-in dan boarding. Juga layanan on-demand service untuk jasa transportasi yang sangat praktis dan efisien.
Di hotel bisa dikembangkan layanan e-concierge, m-payment, atau personal assistant dengan memanfaatkan teknologi augmented reality (AR).
ADVERTISEMENT
Sementara di destinasi wisata, seluruh informasi destinasi tidak lagi melalui brosur atau penjelasan para guide, tapi sudah memanfaatkan teknologi virtual reality via smartphone di tangan.
"Singkatnya, Revolusi Industri Keempat bakal mengubah dan mendisrupsi industri pariwisata secara mendasar. Karena terwujudnya cost value (“more for less”), experience value (“personalized”), dan platform value (“resources sharing”) yang bakal dinikmati para travellers. Karena itu kita harus mampu menjadikan teknologi 4.0 sebagai sumber competitive advantages baru di pasar global," tutur Arief Yahya.
Perubahan ini menjadi salah satu tantangan besar bagi pelaku bisnis pariwisata di Tanah Air untuk segera menyesuaikan model bisnis sesuai dengan tuntutan pasar.
“Jika tidak, jelas akan tertinggal apalagi saat ini era digital sehingga semua dilakukan secara digital yang butuh kecepatan, kelengkapan data dan informasi, praktis serta mudah,” kata Menpar.
ADVERTISEMENT
Wisatawan milenial diprediksi akan terus tumbuh dan menjadi pasar utama. Diproyeksikan pada 2030, pasar pariwisata Asia mendominasi wisatawan milenial berusia 15 tahun hingga 34 tahun mencapai hingga 57 persen. Di Cina kaum milenial akan mencapai 333 juta orang, Filipina 42 juta wisatawan, Vietnam 26 juta anak muda, Thailand 19 juta dan Indonesia mencapai 82 juta generasi milenial.