Konten dari Pengguna

Era Baru Komunikasi: Adaptasi Program Studi dalam Menghadapi Tren Global

Diego
Dosen Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Andalas
29 September 2024 9:56 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Diego tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Era Baru Komunikasi dalam Menghadapi Tren Global

Sumber: Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Pexels.com
ADVERTISEMENT
Era Baru Komunikasi merujuk pada fase yang kita hadapi saat ini, di mana transformasi teknologi dan sosial sangat mempengaruhi cara manusia berkomunikasi. Era ini ditandai dengan munculnya teknologi digital yang canggih, konektivitas global yang masif, serta cara baru dalam berinteraksi yang semakin cepat dan interaktif. Perkembangan teknologi komunikasi di era 4.0 seperti sekarang telah merubah tatanan kehidupan sosial di masyarakat. Tren yang berlaku secara global sekarang ini telah beralih dari era komputerisasi ke arah teknologi artificial intelligence (AI). Masyarakat dituntut untuk cepat beradaptasi dengan segala perubahan yang berlangsung dengan masif dan sangat cepat. Rasanya baru beberapa tahun ini tren digitalisasi dilakukan masyarakat untuk menghemat waktu dan biaya, dan sekarang tren ini sudah selangkah lebih maju lagi dengan munculnya meta data.
ADVERTISEMENT
Dengan segala kamajuan teknologi yang menerpa masyarakat, dunia pendidikan juga dituntut untuk beradaptasi dengan kemajuan ini terutama teknologi AI. Mahasiswa yang berasal dari generasi z adalah lapisan masyarakat yang sangat cepat menyerap semua arus informasi dan kemajuan teknologi ini. Sejalan dengan hal tersebut, tentunya program studi yang ada di universitas juga harus mampu menyeimbangkan pergerakan ini. Pada artikel kali ini, saya tentunya berfokus pada adaptasi yang dilakukan oleh program studi ilmu komunikasi tempat saya bekerja. Rasanya kompetensi saya mampu untuk membahas perubahan dalam lingkup ilmu komunikasi sesuai dengan keilmuan yang saya miliki.
Dalam menghadapi tren global yang mengacu pada teknologi AI, program studi ilmu komunikasi juga melakukan banyak sekali penyesuaian. Salah satu penyesuaian yang sangat kentara terjadi adalah pada perombakan kurikulum agar mahasiswa bisa secara literasi menangkap apa dampak positif dan negatif dari teknologi AI itu sendiri. Sebagai contoh, untuk mata kuliah jurnalistik telah menyesuaikan dengan kebutuhan pasar dengan memunculkan mata kuliah jurnalistik data serta analisis jaringan di sosial media. Untuk mata kuliah yang berhubungan dengan hubungan masyarakat (humas), muncul mata kuliah baru seperti humas online dan lain sebagainya.
Sumber: Pexels.com
Mengapa kurikulum dari program studi ilmu komunikasi perlu dilakukan penyesuaian? Hal ini dilakukan agar mahasiswa tidak gagap lagi dalam memanfaatkan teknologi AI namun tetap sadar akan dampak yang akan ditimbulkannya. Sebagai seorang dosen, saya sangat merasakan kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi AI ini, saya sangat terbantu untuk mendapatkan inspirasi dan ide - ide tulisan kekinian yang perlu untuk dibahas di dalam penelitian ilmiah maupun materi di dalam proses belajar mengajar (PBM). Namun secara sadar saya juga harus waspada akan 'kemanjaan' yang ditawarkan oleh teknologi AI. Sebagai contoh kasus, apabila saya membutuhkan rangkuman mengenai materi citizen jurnalism maka dalam hitungan detik chat GPT dapat memberikan apa yang saya perlukan dengan mudah tanpa saya perlu untuk membaca buku teks maupun jurnal lagi. Pekerjaan saya benar - benar dipermudah dan terbantu oleh keberadaan teknologi ini.
ADVERTISEMENT
Sejalan dengan jabaran di atas, program studi ilmu komunikasi juga tidak boleh ketinggalan dalam tren global ini. Program studi juga dituntut untuk ikut berpartisipasi dalam mengedukasi mahasiswanya dalam memanfaatkan teknologi ini dengan penuh rasa tanggung jawab. Dampak dari teknologi AI ini rasanya sudah tidak bisa dihindari lagi, namun peran dosen pengampu sebagai mentor dirasa perlu untuk menyentuh hati nurani mahasiswa untuk mempertahankan kejujuran dan integritas dalam mengerjakan tugas - tugas yang empiris. Tugas dosen pengampu mata kuliah lah yang menjelaskan kepada mahasiswa bahwa dalam mencerna ilmu pengetahuan diperlukan sebuah proses dan tempaan yang serius.
Tren global memang mengalirkan informasi ke arah teknologi AI dengan mudah namun tentunya kita sebagai manusia juga dirasa perlu untuk memahami bahwa teknologi AI belum bisa dipertanggung jawabkan secara moral mengenai originalitasnya. Seperti yang sudah kita pahami, pengutipan dari karya ilmiah tanpa mencantumkan sumbernya adalah sebuah pencurian dan di dalam dunia akademis hal ini merupakan kejahatan yang serius. Menurut saya, disinilah peran dosen pengampu untuk mengedukasi mahasiswanya bahwa penggunaan teknologi AI ibarat pisau bermata dua, jika tidak hati - hati maka akan merugikan penggunanya.
ADVERTISEMENT
Output dari sebuah program studi adalah menghasilkan seorang lulusan yang berkualitas dan bertanggung jawab. Dunia kerja memang membutuhkan seorang lulusan yang siap pakai, namun tentunya perlu kita sadari juga bahwa seorang lulusan yang berkualitas adalah lulusan yang memiliki kompetensi yang baik dari hard skill maupun soft skill. Keseimbangan dari dua hal tersebut lah yang membuat seorang lulusan menjadi berkualitas tinggi dan memiliki kepribadian yang menawan. Semoga program studi yang ada di Indonesia bisa beradaptasi dengan baik akan kemajuan teknologi yang sudah sangat 'kebablasan' ini.