Konten dari Pengguna

Jurnalisme Warga: Berita Aktual Tanpa Batas

Diego
Dosen Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Andalas
11 Agustus 2024 16:12 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Diego tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Jurnalisme warga

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jurnalisme warga, atau dikenal juga sebagai citizen journalism, adalah bentuk jurnalisme di mana warga biasa, bukan jurnalis profesional, terlibat dalam pengumpulan, pelaporan, analisis, dan penyebaran berita serta informasi. Dengan adanya platform media sosial dan blog, setiap orang kini dapat menjadi pelapor berita, berbagi informasi yang mereka saksikan secara langsung, dan berkontribusi dalam dialog publik.
ADVERTISEMENT
Olimpiade Paris 2024 yang tengah berlangsung dari bulan Juli hingga Agustus memang merupakan salah satu pesta olah raga terbesar yang pernah ada. Ramai atlet dari berbagai cabang olah raga berkompetisi untuk memperebutkan medali yang sudah disediakan. Ajang pesta olah raga ini akan menjadi saksi dari kerja keras para atlet yang ditempa dalam waktu yang cukup lama untuk membuktikan bahwa mereka adalah yang terbaik di masing-masing kategori. Negara Indonesia pun salah satu negara partisipan yang mengirimkan atletnya untuk turut berkompetisi pada ajang ini.
Sumber: Pexels.com (Jurnalisme Warga)
Pembukaan Olimpiade Paris 2024 pada akhir Juli 2024 ini dinilai banyak sekali menuai kontroversi. Kalangan dari agama tertentu memilai seremoni pembukaan Olimpiade Paris 2024 telah menghina Perjamuan Terakhir dalam bentuk parodi. Berbagai negara mengeluarkan kecaman atas kejadian ini sehinga memicu permintaan maaf dari panitia acara tersebut. Berbagai liputan media massa tentang berbagai kontroversi yang terjadi menjadi santapan hangat masyarakat dunia. Tak hanya pada media massa konvensional, pemberitaan di media sosial tampak lebih "panas".
ADVERTISEMENT
Pada media sosial, banyak influencer serta masyarakat yang tengah berada di negara Perancis menginformasikan Olimpiade Paris 2024 dengan versi mereka masing-masing. Banyak sekali sisi lain dari Olimpiade Paris 2024 beredar secara luas dan menimbulkan pro dan kontra yang bersumber dari kamera warga. Dari kacamata jurnalistik, berita - berita seperti ini dikategorikan sebagai citizen journalism atau jurnalisme warga.
Disinilah jurnalisme warga ini memegang peranan besar dalam lingkaran perputaran informasi di dunia. Warga internasional bebas dalam menyuarakan apapun pendapat mereka di akun pribadi masing-masing. Mulailah mereka menggebukan semangat untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi saat ini dibalik tenangnya pemberitaan pada madia massa konvensional. Dengan cekatan, mereka juga dengan kreativitas masing-masing menyuarakan isu yang ada melalui spesifikasi akun mereka. Food influencer menyuarakan situasi yang ada sambil menceritakan makanan yang dikonsumsi para atlet yang dinilai tidak enak, influencer musisi dan artis membuat karya dan camera effects yang mengarah pada sindiran terhadap panitia Olimpiade Paris 2024. Tidak ketinggalan artis internasional lainnya yang memberikan opini mereka baik tersirat maupun terang-terangan.
ADVERTISEMENT
Secara sederhana, jurnalisme warga adalah bentuk peliputan dan publikasi yang juga mencakup unsur-unsur penting berita pada media informal dan tanpa terikat oleh institusi dan kewajiban apapun. Jurnalisme warga muncul dari kemudahan akses publikasi yang terbentuk dari perkembangan internet dan media sosial. Suatu jaringan yang dapat menjangkau khalayak luas tidak lagi menjadi sesuatu yang mahal dan langka. Belum lagi, jurnalisme warga justru sudah menjadi fenomena umum yang bahkan terkadang dapat menangkap situasi lebih tanggap dan tangkas dari jurnalis profesional (Jurrat dalam Taibi & Yin Na, 2020).
Perbedaan lainnya adalah, jurnalisme dilakukan secara sukarela, dan bukanlah suatu pekerjaan berbayar atau dengan gaji (Domingo et al, 2008). Walaupun tidak seluruh peliputan jurnalisme warga dilakukan semata-mata demi penyebaran informasi, kebanyakan praktik jurnalisme warga ini dilakukan oleh orang-orang dengan tingkat proximity sehingga mereka dapat dengan cepat menyebarkan informasi yang ada. Selain itu, praktik jurnalisme warga ini bersifat amatir (Domingo et al, 2008) yang walaupun dalam praktik jurnalisme formal bisa saja melanggar kode etik yang ada, jurnalisme ini tidak bersifat formal dan tidak terikat dengan peraturan yang ada.
ADVERTISEMENT
Jurnalisme warga juga dapat dikatakan sebagai bentuk demokrasi dari praktik pemberitaan yang ada sekarang, dikarenakan informasi yang ada dilakukan oleh orang untuk orang. Selain itu, tidak dapat dipungkiri bahwa media pemberitaan yang ada sekarang terkadang disalahgunakan (Ward dalam Shandu, 2019). Penyalahgunaan ini tampak dalam manipulasi terhadap informasi tertentu yang mana hanya menguntungkan sekelompok kecil.
Di Indonesia sendiri, menurut hasil survey, lebih dari 70% warga negara ini menggunakan media sosial sebagai sumber informasi primer, dan barulah kurang dari 20%-nya menggunakan platform berita sebagai sumber informasi. Hal ini menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat justru lebih besar kepada akun informasi media sosial. Terlepas dari tingkat literasi dan rentang umur yang mungkin saja menyebabkan perbedaan preferensi tersebut, pemberitaan dalam media sosial dianggap lebih luas dan menyentuh begitu banyak aspek dan alternatif, daripada pemberitaan di media berita yang cenderung kaku dan terarah pada satu tujuan (Horoub, 2023). Belum lagi, media berita formal kurang mampu dalam menampung dan menyediakan komunikasi dua arah, sehingga feedback tidak dapat langsung dirasakan, berbeda dengan media sosial.
ADVERTISEMENT
Di tengah-tengah banyaknya kemudahan dan juga kelebihan yang ditawarkan oleh jurnalisme warga, menyebabkan pekerja jurnalis profesional seakan memiliki saingan yang berat dan menyebabkan kompetisi antara warga dan jurnalis. Akan tetapi, jurnalis profesional juga kerap mengikuti perkembangan teknologi yang ada serta menekankan kredibilitas yang dimiliki.
Internet memang dikenal sebagai tempat pertukaran informasi yang begitu bebas, yang dapat mendatangkan kekurangan lainnya. Data yang didapatkan dari media sosial seringkali mengundang keraguan dikarenakan kurangnya bukti yang dapat menunjukkan keabsahan sebuah data. Biodata, umur, gender dan bahkan nama dapat dipalsukan dalam media sosial. Kurangnya izin yang meregulasi pengguna juga menjadikan data yang ada diragukan, bahkan dapat membahayakan baik secara fisik, reputasi maupun sosial (Ward dalam Shandu, 2019). Dalam jurnalisme profesional, seluruh data yang ada harus dipastikan kebenarannya. data dalam media sosial dipastikan dengan mengidentifikasi sumber asli, mengeliminasi adanya akun palsu atau bot, serta memberikan kredit terhadap konten visual seperti foto dan video. Dengan cara ini suatu informasi dapat dilacak sumbernya dan memberikan kepercayaan bahwa sumber yang disertakan benar adanya.
ADVERTISEMENT
Dalam menghadapi perubahan zaman, jurnalis profesional mengembangkan mobile journalism yang juga dimanfaatkan oleh sebagian besar jurnalisme warga. Mobile journalism memanfaatkan perangkat mobile yaitu handphone dalam melakukan reportase yang termasuk di dalamnya video jurnalistik, jurnalistik multimedia bahkan aktivis yang meliput sebagai jurnalis (Quinn dalam Prestianta, 2022). Bentuk jurnalisme ini menggabungkan kemudahan yang ditawarkan teknologi namun tidak mengubah nilai-nilai dari suatu liputan.
Kemudahan dalam mobile journalism ditawarkan dalam bentuk efisiensi dan fleksibilitas. Satu perangkat saja sudah mampu merangkap mic, video bahkan teleprompter dan editing. Selain itu, apabila liputan telah selesai di edit, dengan perangkat yang sama video atau hasil liputan sudah dapat disebarkan ke khalayak. Kehadiran jurnalisme warga tidak dapat dikatakan sebagai kemunduran dalam suatu berita. Justru, jurnalisme warga dapat menjadi motivasi seseorang untuk terus menggarap suatu informasi sebaik dan seprofesional mungkin. Jurnalisme warga juga mampu menjadi informan ataupun saksi, dikarenakan kemungkinan mereka berada tepat di lokasi kejadian. Jurnalisme warga juga mampu mengangkat sebuah isu yang terkadang dibatasi dalam media mainstream dan memberikan masyarakat informasi yang dibutuhkan karena jurnalisme ini bersifat bebas, tidak terikat. Tugas selanjutnya oleh jurnalis profesional adalah mengimbangi kelebihan yang dimiliki oleh jurnalisme warga, terutama soal penyebaran informasi dan menjadi watch dog. Sudah saatnya media berita Indonesia kembali memberitakan apa yang benar, dan mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap campur tangan gatekeeping informasi yang berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat luas.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka:
Horoub, I. (2023). Understanding media empowerment: citizen journalism in Palestine. Humanities and Social Sciences Communications. https://doi.org/10.1057/s41599-023-01526-z
Ireton, C., & Posetti, J. (2018). Journalism, 'fake News' & Disinformation: Handbook for Journalism Education and Training (C. Ireton & J. Posetti, Eds.). United Nations Educational, Science, and Cultural Organization. https://unesdoc.unesco.org/ark:/48223/pf0000265552/PDF/265552eng.pdf.multi
Prestianta, A. M. (2022, November). Mobile Journalism Practice in the Kompas.com Newsroom. Komunikator, 14(2), 138-146. https://journal.umy.ac.id/index.php/jkm/article/view/15883/7893
Shandu, N. H.-G. (2019). The Effects of Citizen Journalism on the Ethics of Journalism: The Case of the Marikana Massacre and the #FeesMustFall Movement. Master of Arts in Philosophy, in the School of Religion, Philosophy and Classics. https://researchspace.ukzn.ac.za/server/api/core/bitstreams/75f292c1-2978-4c99-8670-4668629b836f/content
Taibi, M., & Na, T. Y. (2020). The Changes of Media Landscape in Malaysia: How Citizen Journalism Poses Threats to Traditional Media. Jurnal Komunikasi: Malaysian Journal of Communication, 36(1), 369-380. https://core.ac.uk/reader/322855570
ADVERTISEMENT