Konten dari Pengguna

Kuliner Jenang Warung Kebon Kalasan Bagelen, Citarasa Legendaris Jawa

Helena Oktavia
Mahasiswi S1 Pariwisata Universitas Gadjah Mada
8 Desember 2023 17:51 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Helena Oktavia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar 1. Jenang kombinasi (Kumparan/Helena Oktavia)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar 1. Jenang kombinasi (Kumparan/Helena Oktavia)
ADVERTISEMENT
Jenang merupakan makanan atau kuliner tradisional legendaris di kalangan masyarakat Jawa, tak terkecuali di Purworejo, Jawa Tengah. Jenang memiliki arti filosofis dan dijadikan sebagai simbol yang diyakini oleh masyarakat Jawa sebagai representasi doa, harapan, maupun rasa syukur. Masyarakat Jawa kerap menggunakan jenang dalam acara hajatan, syukuran, hingga dalam perkembangannya jenang juga ditawarkan sebagai salah satu wisata kuliner.
ADVERTISEMENT
Salah satu resto yang menawarkan jenang sebagai salah satu menu kulinernya yaitu Warung Kebon Kalasan Cabang Bagelen yang letaknya berada di Krendetan, Bagelen, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Jarak tempuh dari pusat kota menuju Warung Kebon Kalasan Cabang Bagelen yaitu 16km dengan estimasi waktu selama 23 menit.
Terdapat beberapa jenang yang ditawarkan di Warung Kebon Kalasan Cabang Bagelen yaitu ada jenang candil dan jenang sum-sum. Namun, dalam penyajiannya kedua jenang tersebut akan dikolaborasikan bersama dengan mutiara, ketan hitam, dan kuah yang sudah di racik. Kuahnya pun juga memiliki 2 variasi, yaitu kuah santan dan gula merah. Menariknya, dalam pembuatan jenang ini tidak menggunakan bahan kimia dan masih menggunakan bahan-bahan tradisional.
ADVERTISEMENT
Ketika saya melihat bahan-bahan yang disediakan untuk menyajikan jenang, saya penasaran dengan cara pengolahannya sehingga saya bertanya kepada Ibu Watini selaku pengolah jenang. Namun, ketika Ibu Watini menjelaskan cara pembuatannya, beliau menyatakan bahwa tidak bisa memberikan informasi terkait merek bahan-bahan yang digunakan untuk membuat jenang karena bahan-bahan tersebut sebenarnya merupakan rahasia dapur dan merupakan resep turun temurun.
“Ibu, saya penasaran untuk jenang yang berwarna putih itu jenang apa?”, tanyaku.
“Yang warna putih namanya jenang sum-sum, rasanya gurih”, ujar Ibu Watini.
“Jenang sum-sum terbuat dari bahan apa saja dan bagaimana cara mengolahnya, bu?”, tanyaku.
“Untuk jenang sum-sum ini terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan daun pandan. Nah, daun pandan digunakan untuk menghasilkan aroma yang wangi secara alami. Cara pembuatannya sangat mudah, cukup masak tepung beras menggunakan air yang dicampur dengan garam dan gula putih hingga mengental dan jangan lupa masukkan daun pandannya”, ujar Ibu Watini.
Gambar 2. Jenang sum-sum (Kumparan/Helena Oktavia)
Jenang sum-sum dipercaya memiliki nilai filosofis dalam masyarakat Jawa yaitu sebagai simbol keberkahan dan kesehatan. Selain itu juga dipercaya dapat digunakan untuk mempererat hubungan antar masyarakat.
ADVERTISEMENT
Gambar 3. Jenang candil (Kumparan/Helena Oktavia)
Selain jenang sum-sum, ada juga jenang candil. Jenang candil merupakan jenang yang berwarna coklat. Untuk membuat jenang candil diperlukan beberapa bahan yaitu tepung ketan, tepung kanji, tepung beras, dan gula merah. Untuk mengolah jenang candil yaitu dengan mencampurkan tepung ketan dan tepung kanji hingga kenyal lalu dibentuk bulat-bulat.
Setelah itu, masak gula merah dan tepung beras dengan air hingga mengental. Dalam masyarakat Jawa, jenang candil dianggap merepresentasikan keharmonisan dalam hidup yang penuh dengan perbedaan dan diibaratkan sebagai kehidupan yang berputar seperti roda.
Gambar 4. Mutiara (Kumparan/Helena Oktavia)
Gambar 5. Ketan hitam (Kumparan/Helena Oktavia)
Untuk memasak mutiara yaitu dengan merebus air hingga mendidih dengan api yang kecil. Ketika sudah mendidih masukkan mutiara dan diberi gula putih, garam secukupnya, serta vanili. Selanjutnya untuk membuat ketan hitam caranya seperti menanak nasi pada umumnya, namun diberi tambahan gula dan garam.
ADVERTISEMENT
Untuk membuat kuah santan yaitu menggunakan perasan kelapa parut yang diberi tambahan daun pandan, gula, dan garam. Sedangkan untuk membuat kuah gula merah cukup menggunakan air dan gula merah.
“Untuk memasak semua bahan yang digunakan untuk menjadi jenang kira-kira berapa lama, bu?”, tanyaku.
“Tidak lama, hanya sekitar satu jam”, ujar Ibu Watini.
Warung Kebon Kalasan Cabang Bagelen menawarkan beberapa menu jenang yaitu jenang original yang berisi jenang sum-sum, jenang candil, mutiara, ketan merah, dan kuah santan atau kuah gula merah dengan harga Rp 7.000,00. Namun, ada juga inovasi menu jenang lainnya yaitu jenang ice cream dengan harga Rp 10.000,00, jenang durian Rp 10.000,00, dan jenang kombinasi Rp 15.000,00.
Inovasi tersebut menjadi ciri khas jenang yang disajikan di Warung Kebon Kalasan Cabang Bagelen karena pada umumnya jenang-jenang yang disajikan tidak menggunakan ice cream ataupun durian. Untuk pembayarannya pun bisa tunai maupun non-tunai. Saat itu saya memesan jenang kombinasi yang mana isinya terdapat jenang sum-sum, jenang candil, ketan hitam, mutiara, ice cream, durian dan menggunakan kuah santan. Jenang ini disajikan menggunakan cobek yang dilapisi dengan daun pisang.
Gambar 6. Jenang kombinasi (Kumparan/Helena Oktavia)
Ketika jenang sudah disajikan, aroma yang paling menonjol yaitu aroma dari buah durian. Namun, perpaduan jenang, ice cream, dan durian bukan menjadi sesuatu hal yang buruk melainkan menciptakan cita rasa dan tampilan yang unik. Untuk jenang candil teksturnya kenyal dan terasa manis, mengingat terdapat campuran gula dalam proses pembuatannya.
ADVERTISEMENT
Tidak berbeda dengan mutiara dan ketan merah, keduanya juga memiliki cita rasa yang manis. Sedangkan untuk jenang sum-sum rasanya gurih dan terdapat aroma daun pandan. Hadirnya kuah santan yang gurih dan tidak terlalu manis menjadi pilihan yang tepat untuk menikmati jenang ini.