Konten dari Pengguna

TikTok dan Kehidupan Sosial: Apakah Kita Semakin Dekat atau Semakin Jauh?

Helga Adielya Astri Alodia
Mahasiswa Pendidikan Administrasi Perkantoran Universitas Sebelas Maret
20 November 2024 17:11 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Helga Adielya Astri Alodia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sumber: Canva
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Canva
Pada era digital sekarang ini, media sosial telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari kita. Salah satu platform yang paling populer pada kalangan generasi muda atau remaja saat ini adalah TikTok. TikTok merupakan platform media sosial yang memberikan kemungkinan bagi para penggunanya untuk dapat membuat video pendek dengan durasi hingga 3 menit yang didukung dengan fitur musik, filter, dan berbagai fitur kreatif lainnya. Platform ini diluncurkan pada September 2016. Pengguna dari Tiktok ini sangat beragam. Mulai dari anak kecil hingga orang tua. Tiktok juga menyuguhkan konten yang singkat, menarik, serta simpel dalam mengaksesnya. TikTok telah mengubah cara kita berinteraksi satu sama lain serta interaksi dengan dunia. Namun, ada pertanyaan timbul: apakah eksistensi TikTok benar-benar membawa kita lebih dekat satu sama lain, atau justru menjauhkan kita dengan interaksi sosial yang nyata?
ADVERTISEMENT
Di satu sisi, TikTok bisa menjadi alat yang dapat memperkuat hubungan sosial. Perlu dicatat bahwa juga bahwa TikTok merupakan tempat untuk para remaja mengekspresikan diri dengan cara yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Video- video pendek yang bisa diunggah dan dibagikan dengan praktis memungkinkan pengguna untuk menunjukkan bakat mereka, menyampaikan pemikiran, serta berinteraksi menggunakan audiens yang luas. Namun, interaksi ini tak jarang bersifat tak nyata serta menggantikan interaksi tatap muka yang penting dalam perkembangan sosial. Akibatnya, banyak remaja yang lebih memilih menghabiskan waktu mereka di depan layar daripada berinteraksi langsung dengan teman sebaya mereka.
Selain itu, TikTok juga dapat menjadi sarana untuk berbagi informasi tentang isu-isu sosial yang sedang terjadi. Banyak pengguna yang memanfaatkan platform ini untuk mengedukasi pengikut mereka tentang berbagai topik, mulai dari kesehatan mental hingga kesetaraan gender. Dengan cara ini, TikTok tidak hanya berfungsi sebagai platform hiburan, tetapi juga menjadi alat untuk membentuk kesadaran dan mendorong diskusi tentang masalah-masalah yang penting. Dalam hal ini, TikTok bisa diklaim sebagai jembatan yang menghubungkan orang-orang menggunakan latar belakang yang tidak sama, membangun dialog yang mungkin tidak terjadi di kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Namun, pada sisi lain, ada argumen yang kuat bahwa TikTok bisa juga menjauhkan kita dari interaksi sosial yang ada. Meskipun platform ini memungkinkan kita untuk terhubung dengan banyak orang, interaksi yang terjadi seringkali bersifat tak nyata. Para penggunanya lebih memilih untuk berkomunikasi melalui komentar atau pesan daripada bertemu langsung. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan kemampuan sosial, di mana remaja kurang terampil dalam berinteraksi secara langsung.Ketika mereka lebih nyaman menggunakan komunikasi yang virtual, mereka mungkin merasa canggung atau tidak nyaman pada situasi sosial yang nyata.
Selain itu, penggunaan TikTok yang berlebihan dapat mengarah pada isolasi sosial. Banyak remaja yang menghabiskan berjam-jam pada depan layar, mengabaikan hubungan dengan keluarga dan sahabat-sahabat di dunia nyata. Dalam pencarian untuk mendapatkan perhatian serta pengakuan di platform tersebut, mereka mungkin mengorbankan hubungan yang seharusnya lebih berarti. Hal ini membuat kebingungan karena remaja dalam kondisi di mana kita memiliki banyak "sahabat" pada dunia maya, tetapi sedikit koneksi yang nyata di kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Perbandingan sosial yang terjadi di TikTok juga bisa memperburuk masalah ini. Ketika pengguna melihat kehidupan glamor dan sempurna yang ditampilkan oleh influencer atau teman-teman mereka, mereka bisa merasa tidak puas dengan kehidupan mereka sendiri. Perasaan ini bisa mendorong mereka untuk menarik diri dari hubungan sosial, karena mereka merasa tidak dapat memenuhi ekspektasi yang ditetapkan oleh orang lain. Ini adalah siklus yang berbahaya, di mana impian untuk terhubung justru mendorong mereka untuk menjauh.
Selanjutnya, TikTok juga memfasilitasi pembentukan komunitas yang tidak selalu positif. Meskipun ada banyak konten yang mengedukasi serta menghibur, banyak juga video yang mempromosikan perilaku negatif, seperti bullying, body shaming, pergaulan bebas serta perilaku merugikan lainnya. Konten ini lah yang dapat menyebabkan remaja berperilaku melanggar norma. Mereka terpengaruh dengan apa yang mereka tonton di Tiktok tanpa memikirkan apakah hal tersebut baik atau buruk. Apalagi usia remaja merupakan usia rentan yang sedang dalam upaya mencari jati diri. Jika remaja tidak pintar dalam menyaring konten- konten yang ada akan berdampak buruk bagi perkembangan mereka.
ADVERTISEMENT
TikTok memiliki potensi untuk memperkuat hubungan sosial melalui komunitas dan edukasi. Namun dapat juga menyebabkan isolasi dan penurunan keterampilan sosial. Apakah TikTok membawa kita lebih dekat atau menjauh itu tergantung pada bagaimana kita menggunakannya. Dengan memaksimalkan manfaat dari platform ini, penting bagi pengguna untuk menemukan keseimbangan antara kehidupan online dan offline. Membangun hubungan yang bermakna di dunia nyata tetap penting, bahkan di tengah pesona dunia maya. Dengan pendekatan yang sempurna, TikTok bisa menjadi alat yang memperkuat hubungan sosial, bukan menjauhkan kita dari interaksi yang sebenarnya.