Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Serial 'Stranger Things 3': Anak-anak yang Kurang Pengawasan Orang Tua
28 Agustus 2019 16:47 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Helinsa Rasputri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Salah satu elemen menarik yang sering kali luput dari pengawasan teman-teman saya ketika menonton serial Stranger Things 3 adalah sikap orang tua para bocah yang menjadi pemeran utama. Dari sisi akting hingga cerita yang dibawakan, Stranger Things musim ketiga bisa dibilang membawa nuansa baru yang 'segar' dan tidak dipaksakan.
ADVERTISEMENT
Mike dan Eleven dengan kisah cintanya, membuka serial ini dengan ciuman kecil bertubi-tubi yang kemudian mesti terhenti karena Jim Hopper (ayah angkat Eleven) memergokinya. Hopper bahkan membuat ketentuan untuk selalu membuka pintu setidaknya sebesar tiga inci (keep the door opens three inches).
Walau Hopper terkesan galak pada anak gadisnya dan berusaha mengawasinya dengan ketat (yang bahkan bisa bikin penonton kesal sendiri), kalimat peringatan Hopper justru jadi kalimat paling menyentuh yang bisa kamu temukan di akhir cerita.
Dalam musim kali ini, serial televisi Stranger Things memperlihatkan bahwa perlakuan kasar orang tua berperan dalam pembentukan karakter anak. Hal ini secara tersirat muncul dalam diri Billy Hargrove, yang rupanya punya kisah kelam di balik sikapnya yang arogan dan citranya sebagai pria kuat dan kasar.
ADVERTISEMENT
Hampir sama seperti dua musim sebelumnya, sudah pasti Eleven dan kawan-kawan mesti mengalahkan monster jahat Demogorgon atau Mindflyer yang dulu pernah mengekang Will di Upside Down. Bedanya, kali ini Demogorgon memakai perantara untuk mengumpulkan kekuatan baru yang diambil dari penduduk Hawkins dan kemunculannya pun sebenarnya bisa dibilang 'sengaja-tak-sengaja'.
Karena ada pihak tertentu yang menginginkan kekuatannya dan kemudian membuka kembali pintu gerbang yang telah dikunci Eleven pada musim sebelumnya. Yang mengherankan, hanya ada satu orang yang menyadari tanda-tanda kondisi ini, yaitu Joyce Bryers yang juga ibu dari Will dan Jonathan.
Sayangnya, dalam serial kali ini, Joyce yang terlalu sibuk dengan rasa ingin tahu dan ketakutan bahwa monster jahat akan kembali justru malah mengabaikan sang anak. Anak-anaknya? Sama saja. Anak sulungnya, Jonathan, sibuk membantu Nancy membuktikan diri bahwa dia bisa jadi seorang jurnalis.
ADVERTISEMENT
Sementara Will, sibuk berusaha mengembalikan teman-temannya kembali ke keadaan semula, mau bermain seperti anak-anak seperti dia. Joyce mencari tahu kebenaran bersama Hopper yang juga kadung jatuh cinta, akhirnya, Hopper pun tak ada interaksi dengan Eleven.
Eleven? Sama saja, sibuk bermain dengan Max untuk melupakan rasa galau akibat putus dengan Mike, sekalian mencari pergaulan baru. Orang tua Max dan Billy tak terlihat sama sekali, dari awal hingga akhir, tak peduli Billy menjadi perantara kekuatan jahat yang mengganggu kota mereka.
Bagaimana dengan Mike? Ibu Mike hampir selingkuh dengan Billy, sementara sang ayah hanya mengawasi anak bungsunya semata. Mike dan Nancy, sibuk dengan urusan masing-masing.
Ketika kota diserang monster, lampu padam, dan huru-hara terjadi, sepertinya tidak ada satu pun orang tua yang mencari anaknya, ya kecuali Hopper dan Joyce. Itu pun karena memang yang mereka cari pada akhirnya bermuara pada hal yang sama.
ADVERTISEMENT
Meskipun menurut saya pribadi, Duffer Brothers sungguh cakap dalam menjalin setiap alur dan karakter dalam Stranger Things 3. Eleven, Dustin, Will, Mike, Max, dan Lucas digambarkan sebagai bocah-bocah remaja labil yang baru-baru mengalami pubertas. Tapi, ya, kok agak enggak masuk akal, gitu maksud saya.
Walau saya tahu tidak semua hal harus diceritakan dalam sebuah film karena akan terkesan bertele-tele dan tidak sesuai dengan durasi. Tapi, toh, ini opini saya yang dibuat hanya untuk kesenangan semata. Ingin tahu lebih lanjut review Stranger Things 3? Yuk, dengarkan podcast saya dan Hesti Widianingtyas berikut.