Konten dari Pengguna

Resensi Cerpen "Wasiat Orang-orang Kalah"

Hellen Zaskia
Mahasiswi universitas islam negri syarif hidayatullah jakarta fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan jurusan pendidikan bahasa dan sastra indonesia semester 2
24 Oktober 2024 16:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hellen Zaskia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Resensi Cerpen “Wasiat Orang-Orang Kalah” dalam Kumpulan Cerpen di Larang Mencintai Bunga-Bunga Karya Kuntowijoyo
ADVERTISEMENT
Identitas Buku:
            •          Judul Buku: Di Larang Mencintai Bunga-Bunga
    • Pengarang: Kuntowijoyo
    • Penerbit: Bentang Pustaka
   • Tahun Terbit: 1992
    • Jumlah Halaman: 144 halaman
Sumber foto: Shutterstock
Cerpen “Wasiat Orang-orang Kalah” menceritakan tentang kehidupan orang-orang yang hidup di lapisan bawah masyarakat. Mereka adalah individu-individu yang telah menerima kekalahan sebagai bagian dari hidup mereka. Cerita ini menampilkan pergulatan hidup orang-orang yang hidup dalam keterpurukan dan ketidakberdayaan, yang diwariskan dari generasi ke generasi. Wasiat dalam cerita ini bukanlah harta atau kekayaan, tetapi warisan pengalaman pahit yang mereka alami sepanjang hidup.
ADVERTISEMENT
Cerpen ini menggali tema tentang kekalahan sosial, keterpurukan, dan kemiskinan. Kuntowijoyo menggambarkan kehidupan orang-orang yang tidak memiliki daya untuk mengubah nasib. Mereka adalah sosok-sosok yang kalah dalam kehidupan, baik secara ekonomi, sosial, maupun moral. Wasiat yang mereka berikan kepada generasi berikutnya adalah sebuah siklus kehidupan yang tidak dapat keluar dari keterpurukan. Ini mencerminkan bagaimana ketidakadilan sosial membelenggu mereka dalam lingkaran kemiskinan dan ketidakberdayaan.
Kelebihan:
Kekuatan utama cerpen ini terletak pada kemampuan Kuntowijoyo untuk menyampaikan kritik sosial dengan bahasa yang sederhana namun penuh makna. Kuntowijoyo menggambarkan realitas masyarakat bawah dengan sangat jujur, sehingga pembaca dapat merasakan kepedihan dan kekalahan yang dialami oleh tokoh-tokohnya. Selain itu, gaya bahasa yang digunakan penulis juga efektif dalam membangun suasana cerita yang muram dan penuh keputusasaan, tetapi tetap mengalir dengan lancar.
ADVERTISEMENT
Penggunaan simbolis dalam cerpen ini juga menambah kedalaman makna cerita. Misalnya, wasiat yang diwariskan bukanlah sesuatu yang positif, tetapi justru penderitaan dan kegagalan. Ini mencerminkan pandangan bahwa orang-orang miskin dan tertindas dalam masyarakat tidak mewarisi kesempatan atau harapan, melainkan kesedihan dan kemiskinan.
Kekurangan:
Salah satu kekurangan cerpen ini mungkin terletak pada alur cerita yang cenderung lambat. Bagi pembaca yang terbiasa dengan cerita yang dinamis, cerpen ini mungkin terasa membosankan karena narasinya lebih berfokus pada penggambaran suasana dan kondisi sosial dibandingkan aksi atau konflik yang jelas. Selain itu, beberapa pembaca mungkin merasa bahwa akhir cerita tidak menawarkan solusi atau pelarian dari kenyataan pahit yang digambarkan, yang bisa meninggalkan perasaan putus asa.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan:
Cerpen “Wasiat Orang-orang Kalah” adalah sebuah refleksi mendalam tentang nasib orang-orang yang terpinggirkan dalam masyarakat. Kuntowijoyo berhasil menunjukkan bahwa kekalahan sosial adalah sesuatu yang diwariskan dan sulit dihindari bagi mereka yang hidup dalam kemiskinan dan ketidakadilan. Dengan bahasa yang lugas namun menyentuh, cerpen ini tidak hanya mengajak pembaca untuk merenungkan nasib individu yang kalah, tetapi juga menantang sistem sosial yang menciptakan ketidakadilan ini. Bagi mereka yang menyukai karya sastra dengan kritik sosial yang tajam dan penggambaran realisme sosial yang kuat, cerpen ini patut dibaca.