Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Apa Itu Fast Fashion? Ini Jawaban dan Dampaknya ke Lingkungan
18 Januari 2023 12:52 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Hello Ladies tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Fast fashion adalah konsep dalam dunia fashion untuk menggambarkan perubahan mode secara cepat. Konsep ini sangat umum di industri fashion sebab menguntungkan dan menjanjikan.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Investopedia, para pemain utama di pasar fast fashion adalah Zara, H&M , UNIQLO, GAP, Forever 21, Topshop, Esprit, Primark, Fashion Nova, dan New Look.
Sekilas mungkin fast fashion tampak normal-normal saja, mengingat perubahan iklim fashion yang serba cepat. Namun, konsep ini rupanya menuai banyak kontra karena berdampak ke lingkungan.
Pengertian Fast Fashion
Fast fashion dapat didefinisikan sebagai pakaian catwalk atau selebriti yang diubah menjadi pakaian murah di toko dengan cepat untuk memenuhi permintaan konsumen.
Konsep ini dimaksudkan untuk mendapatkan fashion terbaru di pasar secepat mungkin, sehingga pembeli mengambilnya selagi pakaian tersebut masih tren.
Sebab, konsep ini menganggap sering memakai baju yang sama itu tidak trendy. Kalau kamu ingin tetap relevan dengan industri fashion , kamu harus senantiasa tampil dengan mode terbaru.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, baju yang tren di satu waktu cenderung dipakai beberapa kali saja. Ujung-ujungnya, konsumen akan membuang baju tersebut.
Hal ini termasuk ke dalam contoh kelebihan produksi dan konsumsi yang menjadikan mode sebagai salah satu pencemar terbesar di dunia.
Alasan Fast Fashion Dinilai Problematik
Meskipun konsumen mungkin menikmati pakaian yang murah dan trendy, tapi perlu diketahui bahwa fast fashion telah sering dikritik buruk karena dampaknya ke lingkungan.
Dikutip dari situs treehugger, setidaknya ada 3 alasan kenapa fast fashion itu problematic.
1. Limbah Tekstil
Orang-orang cenderung membuang pakaian murah dan trendy daripada pakaian yang lebih mahal dan timeless. Menurut Environmental Protection Agency (EPA), 17 juta ton limbah tekstil dihasilkan pada tahun 2018, dan yang didaur ulang hanya 2,5 juta ton.
ADVERTISEMENT
Pakaian memiliki tingkat daur ulang yang jauh lebih rendah daripada bahan lain seperti kertas, kaca, atau bahkan plastik. Hal tersebut karena kain yang digunakan berserat pendek, lebih murah dan lebih tipis, sehingga tidak dapat ditenun ulang menjadi kain baru.
Rata-rata orang Amerika membuang sekitar 70 pon pakaian dan tekstil lainnya setiap tahun, menurut Council for Textile Recycling.
Setara dengan satu truk sampah pakaian dibuang di tempat pembuangan sampah atau dibakar setiap detik di AS, menurut laporan tahun 2017 dari Ellen MacArthur Foundation.
Itu baru Amerika, bayangkan betapa banyak limbah tekstil di seluruh dunia yang tidak bisa didaur ulang. Jadi wajar kalau fast fashion dikritik.
2. Emisi CO2
Selain banyaknya sampah di tempat pembuangan sampah, fast fashion berdampak pada lingkungan melalui emisi karbon. Industri fashion bertanggung jawab atas 10% emisi CO2 global setiap tahun, menurut Ellen MacArthur Foundation.
ADVERTISEMENT
Para peneliti memproyeksikan bahwa jika keadaan tidak berubah, pada tahun 2050 industri fashion akan menghabiskan seperempat dari jumlah karbon dunia.
Emisi karbon terjadi selama transportasi dari pabrik ke gerai ritel. Kemudian terjadi lagi oleh konsumen selama pembelian, baik secara langsung maupun online.
Terakhir, emisi juga terjadi ketika konsumen membuang produk dan dibawa ke tempat pembuangan sampah dan terkadang dibakar.
3. Polusi Air Laut
Selain polusi CO2, pakaian juga berkontribusi terhadap polusi laut. Pakaian yang terbuat dari kain sintetis dapat mengandung mikroplastik.
Saat pakaian dicuci atau berada di tempat pembuangan sampah dan terkena hujan, serpihan kecil plastik dibuang ke sistem air limbah dan akhirnya mengalir ke laut.
Penelitian telah menunjukkan serat plastik dapat berakhir di perut hewan laut. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Environmental Science and Technology menemukan bahwa rata-rata lebih dari 1.900 serat dapat dilepaskan oleh pakaian sintetis hanya dalam sekali cuci di mesin cuci.
ADVERTISEMENT
(DEL)