Fase Siklus Menstruasi, Pahami Demi Kesehatan Sistem Reproduksi!

Hello Ladies
Kumpulan berita dan informasi terkini seputar wanita, gaya hidup, kecantikan, dan karier.
Konten dari Pengguna
22 Mei 2021 12:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hello Ladies tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi fase siklus menstruasi pada wanita. (Dok. Shutter Stock/Dean Drobot)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi fase siklus menstruasi pada wanita. (Dok. Shutter Stock/Dean Drobot)
ADVERTISEMENT
Ladies, sudahkah kamu mengetahui soal fase siklus menstruasi? Informasi itu penting loh, untuk meninjau kelancaran siklus menstruasi setiap bulan, serta memerhatikan kesehatan sistem reproduksi.
ADVERTISEMENT
Dengan memahami fase-fase siklus menstruasi, kamu dapat memperkirakan waktu menstruasi di bulan depan sehingga bisa memahami kondisi tubuhmu sendiri. Tak cuma itu, kamu juga jadi tahu jikalau nanti ada yang salah dengan siklus menstruasimu.
Nah, agar bisa sama-sama belajar, Hello Ladies telah merangkum informasi seputar fase siklus menstruasi pada wanita dari berbagai buku dan jurnal. Ada pula estimasi waktu terjadinya tiap fase. Yuk, simak bersama, ladies!

Fase Siklus Menstruasi pada Wanita

Berdasarkan artikel ilmiah berjudul Menstrual Cycle dari Better Health Channel Departemen Kesehatan Australia, fase siklus menstruasi utama terdiri dari:
1. Fase Menstruasi (Hari ke-1 hingga ke-7)
Fase menstruasi ini terjadi pada hari pertama hingga hari ketujuh siklus menstruasi. Secara umum, lamanya menstruasi rata-rata terjadi antara 3 hingga 7 hari.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku #Si Tamu Bulanan: Fakta, Mitos, dan Tip Menstruasi (2020) karya Maria Angela, fase ini terjadi dengan meluruhnya dinding rahim, lalu mengalir keluar tubuh bersama dengan darah melalui alat reproduksi. Karena itulah, cairan menstruasi tak cuma mengandung darah, tetapi juga sel endometrium (sel lapisan rahim) dan lendir.
Contoh peninjauan fase siklus menstruasi melalui handphone. (Dok. Shutter Stock/goffkein.pro)
Jika mengacu pada buku Biologi: Jilid 2 dari penulis Diah Aryulina dkk., fase menstruasi akan berlangsung saat tidak ada pembuahan pada sel telur. Pada akhirnya, itu menghentikan produksi hormon estrogen dan progesteron.
Di sisi lain, dinding uterus menebal sehingga akhirnya sel telur lepas dari sana. Hal itulah yang menyebabkan perdarahan, dengan volume rata-rata 50 ml setiap kali menstruasi.
2. Fase Folikuler/Praovulasi (Hari ke-7 hingga ke-13)
ADVERTISEMENT
Setelah menstruasi, ada fase folikuler yang terjadi pada hari ketujuh sampai hari ketigabelas. Pemicunya adalah pelepasan hormon perangsang folikel (FSH) dari hipotalamus (kelenjar pituitari).
Hormon tersebut memicu lahirnya 5 sampai 20 folikel (kista kecil) di permukaan, memicu produksi hormon estrogen. Nah, tiap folikel menampung sel telur yang belum matang. Pertumbuhan folikel itu akhirnya merangsang penebalan lapisan rahim wanita.
Bukan itu saja loh, ladies! Saat folikel tumbuh, konsentrasi estrogen pun naik sehingga berdampak pada keluarnya lendir basa dari serviks.
3. Fase Ovulasi (H-14 dari Fase Menstruasi)
Gambaran rasa nyeri pada fase siklus menstruasi. (Dok. Shutter Stock)
Dua pekan sebelum kembali terjadi fase menstruasi, sel telur yang matang siap lepas dari ovarium karena produksi hormon estrogen yang meningkat.
Sel telur yang lepas itu akan masuk ke tuba falopi, lalu menuju rahim. Umur sel telur hanyalah 24 jam sehingga jika tak ada sperma yang membuahi, itu akan mati.
ADVERTISEMENT
Nah, penting untuk memperhatikan fase ovulasi guna meninjau masa subur dalam siklus menstruasi. Khususnya bagi kamu yang telah menikah, ladies.
4. Fase Luteal/Pascaovulasi (2 Minggu Setelah Fase Ovulasi)
Saat ovulasi, salah satu sel telur keluar dari folikel. Sementara, folikel yang hancur tetap ada di permukaan ovarium.
Nah, 2 pekan selanjutnya, folikel itu berubah jadi struktur bernama korpus luteum yang melepaskan hormon progesteron serta sejumlah kecil estrogen.
Pada akhirnya, 2 hormon itu menjaga penebalan lapisan rahim, menunggu menempelnya sel telur yang sudah mengalami pembuahan (proses implan).
Jika sel telur tersebut berhasil tertanam di lapisan rahim, akan muncul hormon hCG (human chorionic gonadotropin) yang berguna mendeteksi kehamilan lewat tes urine. Korpus luteum pun bakal terus memproduksi hormon progesteron demi menjaga lapisan rahim yang menebal.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, bila tak ada kehamilan, korpus luteum akan mati, umumnya pada hari ke-22 dalam siklus 28 hari. Mengapa sih itu bisa terjadi? Karena adanya penurunan kadar progesteron.
Selanjutnya, pelepasan lapisan rahim itu kembali terjadi pada fase menstruasi. Siklus itu akan terus berulang setiap bulannya.
Sekarang, sudahkah kamu memahami fase siklus menstruasi? Jika sudah, maka itu berarti kamu sudah selangkah lebih maju dalam memahami tubuhmu melalui edukasi sistem reproduksi. Keep going, ladies!
(TDI)