Perbedaan Deodorant dan Antiperspirant serta Risikonya

Hello Ladies
Kumpulan berita dan informasi terkini seputar wanita, gaya hidup, kecantikan, dan karier.
Konten dari Pengguna
24 Oktober 2022 13:47 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hello Ladies tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Perbedaan Deodorant dan Antiperspirant. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Perbedaan Deodorant dan Antiperspirant. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Sama-sama mampu menghilangkan bau tak sedap di ketiak, deodoran dan antiperspirant sering sulit dibedakan. Padahal cara kerja keduanya sangat berbeda.
ADVERTISEMENT
Menurut WebMD, deodoran tergolong kosmetik, sementara antiperspirant berada di bawah klasifikasi obat. Karena itu, antiperspirant diatur oleh Food and Drug Administration (FDA). Artinya, pembuatan antiperspirant tunduk pada kebijakan dan prosedur, serta memiliki tanggal kedaluwarsa pada labelnya.
Untuk perbedaan selengkapnya antara deodoran dan antiperspirant, kamu bisa pemaparannya di bawah ini.

Perbedaan Deodorant dan Antiperspirant

Untuk mengetahui mengetahui perbedaan deodorant dan antiperspirant, kamu harus mengetahui definisi keduanya. Dirangkum dari Insider, berikut penjelasan mengenai kedua produk ketiak ini.
Ilustrasi Perbedaan Deodorant dan Antiperspirant. Foto: Pixabay

Apa Itu Deodorant?

Deodoran diformulasikan untuk menghilangkan bau ketiak, bukan keringat. Produk deodoran biasanya berbasis alkohol. Ketika diaplikasikan, deodoran akan mengubah kulit menjadi asam, yang membuatnya menjadi area kurang menarik bagi bakteri.
Jadi, sebenarnya bakterilah yang menyebabkan bau badan di ketiak, karena keringat tidak berbau. Deodoran bisa kamu aplikasikan di pagi hari pada kulit yang bersih dan kering dan bertahan sekitar 24 jam. Biasanya deodoran memiliki parfum yang akan memberikan aroma wangi pada ketiak.
ADVERTISEMENT

Apa Itu Antiperspirant?

Antiperspirant diformulasikan dengan aluminium klorida dan senyawa aluminium lainnya. Fungsinya untuk memblokir pori-pori keringat, tapi sifatnya sementara.
"Antiperspirant sangat ideal bagi mereka yang ingin mengurangi basah di ketiak atau merasa keringat berlebihan," kata Kiran Mian, DO, seorang dokter kulit di New York.
Berkeringat sebenarnya hal yang normal, ya. Keringat adalah proses tubuh mengatur suhunya. Saat kelembaban menguap dari kulit, keringat akan mendinginkan tubuh. Meskipun normal, tapi barangkali banyak yang terganggu ketika berkeringat lebih banyak dari biasanya, misal saat olahraga.
Nah, antiperspirant bisa membantumu mengontrol keringat. Kamu harus mengoleskan antiperspirant di malam hari sebelum tidur untuk memblokir saluran keringat. Antiperspirant akan bekerja yang selama sekitar 24 jam.
Berbeda dengan deodoran yang dijual bebas, antiperspirant yang dijual bebas sangat terbatas, tapi tersedia antiperspirant resep.
ADVERTISEMENT

Risiko Deodorant dan Antiperspirant

Ilustrasi Perbedaan Deodorant dan Antiperspirant. Foto: Unsplash
Dikutip dari WebMD, menggunakan deodoran atau antiperspirant dengan parfum dapat membuat seseorang berisiko terkena allergic contact dermatitis (ACD). Satu studi pun menunjukkan bahwa deodoran dan antiperspirant berada di urutan teratas dalam daftar produk kosmetik yang menyebabkan reaksi alergi pada kulit.
Namun, perlu digarisbawahi, bahwa yang menyebabkan alergi bukan deodoran atau antiperspirant sebagai sebuah produk, melainkan bahan-bahan yang terkandung di dalam keduanya.
Makanya, membaca label produk adalah cara terbaik untuk mengetahui apakah produk tersebut mengandung bahan yang memicu reaksi alergi.
Berhati-hatilah jika kamu menemukan salah satu dari sejumlah bahan di bawah ini:

Triclosanant

Bahan kimia triclosanant merupakan antibakteri yang kerap digunakan dalam antiperspirant dan deodoran untuk membunuh kuman penyebab bau. Namun, triclosanant adalah pengganggu endokrin, sehingga triclosanant mungkin bisa bertindak seperti hormon alami tubuh lalu mengganggu sinyal hormonal tubuh yang sebenarnya.
ADVERTISEMENT
Triclosanant juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara. FDA melarang penggunaannya dalam sabun tangan, tetapi mungkin masih menjadi bahan dalam deodoran atau antiperspirant, jadi baca label komposisi dengan cermat, ya.

Phthalates

Phthalates sebenarnya umum di semua jenis produk kosmetik dan perawatan kulit, termasuk deodoran dan antiperspirant. Namun, phthalates mengkhawatirkan karena dapat mengganggu sistem endokrin, terutama pada pria. Phthalates juga dapat menyebabkan pubertas dini pada remaja, yang meningkatkan risiko kanker payudara di kemudian hari.‌

Paraben

Paraben adalah pengawet yang membantu antiperspirant dan deodoran memiliki masa simpan lebih lama. Namun, kulit dapat menyerap paraben dengan mudah, sehingga paraben mungkin meniru estrogen dalam tubuh seseorang. Terlalu banyak terpapar paraben dapat meningkatkan risiko kanker payudara.

Diethanolamine

Diethanolamine juga terdaftar sebagai DEA pada label dan dianggap sebagai produk karsinogenik. Bahan ini dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker.
ADVERTISEMENT
Itulah perbedaan deodorant dan antiperspirant, jadi lebih paham , kan? Nah, kamu tertarik memakai yang mana, nih, Ladies?
(DEL)