Konten dari Pengguna

Wetonan: Perayaan Kelahiran Menurut Tradisi Jawa

Helma Nailul
Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
18 November 2024 9:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Helma Nailul tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sampai saat ini, Suku Jawa masih memiliki warisan budaya yang melimpah dan dipegang erat oleh masyarakat, salah satunya yaitu Wetonan. Wetonan berasal dari kata weton yang memiliki arti memperingati hari kelahiran seseorang dengan menggabungkan perhitungan hari dan penanggalan Jawa. Jika menggunakan hari seperti Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu dan Ahad, maka dalam penanggalan Jawa dikenal dengan pasaran yaitu Pon, Wage, Kliwon, Legi, dan Pahing. Penggabungan hari dan penanggalan Jawa tersebut menjadi landasan untuk menentukan Weton seseorang. Ketika seseorang lahir pada hari Selasa Kliwon maka Wetonannya setiap 35 hari kemudian pada Selasa Kliwon atau biasanya disebut selapanan. Tradisi ini mirip perayaan ulang tahun, namun tradisi Wetonan setiap 35 hari yang berarti setahun bisa 8 atau 9 kali. Masyarakat Jawa juga memiliki nama bulan tersendiri yaitu Suro, Sapar, Mulot, Bakda Mulot, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rejeb, Ruah, Poso, Syawal, Dzulqoidah dan Besar.
ADVERTISEMENT
Beberapa masyarakat jawa menggunakan Weton sebagai panduan kehidupan, contohnya saat orang tua yang akan melihat potensi seorang anak dan bagaimana cara mendidiknya pun dilihat berdasarkan Weton sang anak. Bukan hanya itu saja, bahkan mereka juga menggunakan Weton dalam menentukan jodoh dan tanggal pernikahan, kemudian meyakini bahwa kehidupan dan keharmonisan rumah tangga mereka akan dipengaruhi oleh kecocokan Weton mereka. Jika ternyata kedua belah menunjukkan ketidakcocokan weton, maka para orang tua perlu mempertimbangkan atau akan mencari solusi agar pernikahan tetap berjalan lancar.
Tingkat ukuran kecocokan seseorang bisa dihitung berdasarkan neton yaitu nilai hari dan pasaran seseorang. Jika hari Senin memiliki nilai 4, Selasa 3, Rabu 7, Kamis 8, jumuah 6, Sebtu 9 dan Ahad 5. Sedangkan nilai dalam Pasaran Jawa yaitu Wage 4, Legi 5, Pon 7, Kliwon 8 dan Pahing 9.
Foto kalender Jawa (dokumentasi pribadi)
Dikutip dari Jurnal Ilmiah Multidisipline berjudul ‘Tradisi wetonan pada Suku Jawa sebagai Perhitungan Kelahiran Anak di Desa Sei Simujur Kabupaten Batu Bara’ yang disusun oleh Cyndy Aulia dan Nuriza Bara dari Pragram Studi Ilmu Pengetahuan Sosial FTIK, Universitas Negeri Sumatra Utara menyatakan adanya keyakinan bahwa seseorang yang lahir pada Hari Sabtu cenderung sombong dan seseorang yang memiliki Weton Kliwon akan diyakini memiliki bakat spiritual atau akan menjadi ilmuwan karena masyarakat Jawa menganggap Kliwon adalah yang keramat dan suci.
ADVERTISEMENT
Bagi masyarakat Jawa, tradisi Wetonan ini dulunya dirayakan dengan Slametan atau selamatan menggunakan sesaji. Namun seiring perkembangan jaman, masyarakat lebih memilih untuk membagikan among-among yang berisi nasi, kuluban, telor dan tempe atau bisa juga dengan membagikan nasi kuning kepada tetangga sekitar sebagai bentuk rasa syukur dan permohonan kehidupan yang damai dan tentram kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dibeberapa daerah di Magelang, tradisi Wetonan dilakukan di masjid-masjid desa dengan pembagian among-among dan dilanjutkan dengan pembacaan solawatan Nariyah dan ditutup dengan doa.
Tradisi Wetonan adalah tradisi yang telah hidup ratusan tahun namun tetap dijaga baik oleh masyarakat Jawa. Menurut masyarakat Jawa, selain mengajarkan tentang rasa syukur Wetonan juga mengajarkan kita untuk memahami diri sendiri dan mengenal lingkungan sosial sehingga membuat masyarakat Jawa saling menghormati dan legowo.
ADVERTISEMENT
Helma Nailul Muna, Mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.