Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Bermain dan Berenang Tanpa Pelindung di Pantai Bersama Ikan Hiu Paus
26 November 2023 9:20 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Hendra J Kede tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Mau berenang dengan ikan hiu paus tanpa pelindung, Pak? Hiu pausnya jinak kok, pagi ini ada 2 (dua) ekor hiu paus yang menepi"
ADVERTISEMENT
Adakah pembaca yang budiman yang tidak terusik rasa penasarannya jika pertanyaan dan pernyataan di atas ditujukan kepada pembaca?
Kayaknya pada diri kebanyakan pembaca akan muncul rasa penasaran diiringi munculnya rasa ingin membuktikan kebenaran pertanyaan dan pernyataan di atas deh. Penulis sekadar mencoba menebak-nebak. Itu jugalah yang penulis alami pula pada pagi hari Jumat (24/11) lalu.
"Jarak pantainya dari sini hanya sekitar 30 menit perjalanan, Pak," sambungnya.
Makin naiklah rasa ingin mencobanya. Bayangkan saja, bisa berenang tanpa pelindung dan dapat menyentuh ikan hiu paus yang selama ini penulis persepsikan buas, di tepi pantai laut lepas pula. Wah, sungguh akan jadi pengalaman yang luar biasa pikir penulis.
"Bu Susi pernah berenang juga dengan hiu paus itu, Pak--saat beliau berkunjung ke sini," tambahnya menyakinkan.
ADVERTISEMENT
"Bu Susi yang mantan Menteri Perikanan dan Kelautan itu?" tanya penulis penasaran.
"Iya Pak, saat beliau masih Menteri. Pak Sandiaga Uno juga pernah ke sana Pak. Saat Pak Sandiaga Uno berkunjung, hiu pausnya yang menepi sampai 7 (tujuh) ekor," jelasnya menggoda penulis untuk berkunjung.
Jelas sudah, penulis putuskan berkunjung ke Pangkalan IV Wisata Hiu Paus di Desa Wisata Botubarani, Kecamatan Kabilo Bone, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, pantai di mana ditemukan ikan hiu paus tersebut hampir tiap pagi.
Penulis naik perahu kecil tipis kapasitas 3 orang penumpang selebar badan orang dewasa dengan pendorong manual dikayuh nelayan. Jarak tepi pantai ke lokasi hiu paus sekitar 30 meter. Itu perkiraan kasar penulis saja.
ADVERTISEMENT
Tebing pantai yang curam memungkinkan jarak 30 meter dari pantai sudah cukup dalam untuk hiu paus tersebut bisa berenang bebas tanpa terdampar. Hiu pausnya memang bukan hiu paus besar banget. Namun, itulah ikan terbesar yang pernah penulis lihat dan pegang langsung.
Setiba penulis di lokasi di mana ikan-ikan hiu paus berada, sudah ada sekitar 7 perahu pengunjung lain. Salah satu perahu diisi satu keluarga bule suami istri dengan 4 anak. Perahunya agak panjang dengan lebar tidak terlalu lebih lebar dari perahu yang menulis naiki. Anaknya yang paling besar nampaknya belum 15 tahun dan yang kecil sekitar 4 tahun.
Suami istri bule tersebut bergantian berenang menemani 3 anak-anaknya berenang bersama hiu paus. Sementara si kecil asyik memberi makan hiu yang mendekat ke perahu mereka. Mereka menikmati sekali nampaknya.
ADVERTISEMENT
Apalagi tidak ada ombak, hanya ada riak-riak kecil layaknya tepi danau, padahal sedang di pantai Sulawesi yang terkenal sebagai laut terdalam Indonesia, bahkan ada titik yang mencapai kedalaman di atas 10.000 (sepuluh ribu) meter.
Penulis dari awal memutuskan tidak berenang dengan hiu paus yang menggemaskan itu karena sadar kemampuan berenang agak kurang.
Hampir 45 menit penulis menikmati bermain dari atas perahu dengan hiu paus yang mendekat. Begitu juga nampaknya para wisatawan lokal lainnya, begitu menikmati suasana tersebut. Bahkan saking menikmatinya ada seorang wanita muda menaiki perahu khusus untuk tiduran sambil direkam dengan kamera yang diterbangkan drone.
Betapa menyenangkannya bisa menyentuh dan membelai langsung hiu paus yang selama ini telanjur penulis lukiskan dalam benak sebagai hewan buas tak tersentuh. Tiba-tiba muncul kesadaran yang menyeruak ke alam kesadaran penulis tentang betapa kayanya fauna bumi pertiwi ini, sebuah kekayaan yang pantas diperjuangkan dengan segala upaya untuk kesejahteraan anak cucu bangsa Indonesia kelak.
ADVERTISEMENT
Tiba-tiba penulis dikejutkan ada 2 (dua) orang bule perempuan yang sedang menikmati berenang dengan hiu paus yang lewat persis di depan perahu yang penulis tumpangi. Kehadiran kedua bule perempuan dengan baju renangnya tersebut cukup mampu membuat penulis memalingkan pandangan seketika. Entah kapan mereka berdua datang, yang pasti nampaknya penulis lebih dulu datang deh di lokasi tersebut.
Kejadian itu sekaligus menyadarkan penulis kalau sudah waktunya penulis kembali ke tepi pantai untuk melanjutkan agenda yang sudah terjadwal agar tidak telat. Berkunjung ke Kelompok Tani (Poktan) yang sudah berhasil membuat Badan Hukum Koperasi untuk memasarkan produk-produk organiknya, mulai dari pupuk, pestisida, sampai bibit padi yang diproduksi sendiri.
Hebatnya, semuanya telah berhasil melalui proses Standar Nasional Indonesia (SNI), di bawah binaan Balai Standarisasi Instrumen Pertanian (BSIP), Kementerian Pertanian, di Gorontalo. Dan siap untuk dipasarkan melalui badan hukum koperasi mereka. Bercita-cita suatu saat koperasi punya kemampuan layaknya korporasi dalam segmen organik.
ADVERTISEMENT
Kembali ke hiu paus, kalau pembaca yang budiman penasaran dengan pengalaman penulis bermain dengan hiu paus di atas, dan ingin merasakan sensasi membelai bahkan berenang bersama hiu paus di laut tanpa pelindung dan pembatas dengan rasa aman, maka cobalah untuk berkunjung ke objek wisata hiu paus di Provinsi Gorontalo tersebut. Provinsi yang memiliki slogan mirip slogan suku bangsa Minangkabau, Sumatera Barat, "Adat bersendi syara', syara' bersendi Al Quran".
Oh ya, menutup tulisan ini, pembaca jangan membayangkan akan bertemu pantai yang airnya keruh di lokasi ikan hiu paus tersebut. Air lautnya bening, jernih, lagi menyenangkan, bahkan di tepi pantai, dasar laut dangkalnya dengan kedalaman 5-7 meter masih kelihatan jelas dengan mata telanjang dengan ikan-ikan kecilnya berenang bebas.
ADVERTISEMENT
Selamat menikmati. Bisa diawali dengan membayangkannya, lalu searching-searching di internet. Dan semoga suatu saat pembaca nan budiman sampai di sana, Allahumma aamiin.